26 Jan 2012

Autisme dan Diet Makanan



Setelah mereview bukunya Rosemary Kessick, saya jadi ingin menulis tentang diet makanan yang dilakukan Hanif. Tapi tentu saja tulisan ini bukanlah tulisan ilmiah, hanya berdasar sepengetahuan dan pengalaman saja. Pengetahuan saya juga ngga seberapa akurat, berkat mata saya yang otomatis pasang *mode-baca-sekilas* ketika membaca yang njlimet-njlimet. Gitu koq pengen S2 hehe...
1. Diet apa yang biasa dianjurkan untuk anak autis?
Biasanya dokter (psikiater) akan menyarankan 5 macam diet secara umum:
a. Diet bebas gluten dan bebas kasein
Yang harus dihindari: produk gandum dan olahannya (roti, mie, dan segala yang terbuat dari terigu), produk susu hewan apapun dan olahannya (es krim,yogurt dll)
b. Diet bebas zat aditif
Yang termasuk zat aditif: MSG, pemanis buatan (aspartam contohnya), perasa buatan, dan pengawet (dalam makanan dan minuman kemasan)
c. Diet terhadap senyawa fenol dan salisilat
Yang termasuk antara lain: coklat, tomat, jeruk, pisang, apel, anggur dan segala beri (stroberi, blackberry, dll)
d. Diet terhadap ragi
Termasuk juga bahan pangan yang difermentasi seperti: roti,cuka,alkohol,keju,kecap.
e. Diet gula
Gula bersifat penambah energi bagi anak autis dengan hiperaktif. Disarankan untuk dibatasi dan diganti dengan gula stevia atau gula dari sari buah alami.
2. Mengapa anak autis harus melakukan diet?
Dalam tubuh manusia terdapat sistem detoksifikasi yang dilakukan oleh enzim tertentu. Enzim ini sangat penting, karena tidak hanya mendetoks sistem internal tubuh saja, tapi juga berfungsi mengeluarkan toksin yang berasal dari luar tubuh serta memelihara matriks usus. Toksin dapat terkandung dalam senyawa fenol dan salisilat dalam makanan atau produk pembersih yang kita pakai, obat-obatan yang kita konsumsi, juga peptida hasil pemecahan protein gluten dan kasein ternyata mengandung zat yang bersifat seperti opium. Pada orang normal, toksin-toksin tadi akan dikeluarkan dari tubuh oleh sistem detoks. Lain halnya dengan anak autis yang biasanya kekurangan enzim tersebut, usus menjadi ‘bocor’ sehingga toksin yang harusnya dibuang keluar malah merembes keluar dari usus, masuk dalam aliran darah dan masuk ke otak. Akibatnya timbul gangguan perilaku yang mirip dengan kelebihan opium (overdose). Fiuwh...cukup rumit ya... Intinya makanan tersebut di atas biasanya bersifat toksin dan berpengaruh pada perilaku anak. Jadi gejala alergi tidak hanya bentol atau gatal, tapi juga bisa berupa perubahan perilaku (ketawa sendiri, susah konsentrasi, menangis tanpa sebab, susah tidur, dll).
3. Apakah diet itu berlaku untuk semua anak autis?
Jenis-jenis diet di atas adalah diet secara umum. Spektrum autis berbeda-beda pada tiap anak, yang berarti intoleransi terhadap makanannya pun berbeda-beda. Biasanya dokter akan menyarankan diet total dulu selama beberapa waktu sampai terlihat perubahan positif, kemudian dilakukan pengujian selektif terhadap satu jenis bahan makanan selama 3-4 hari untuk melihat pengaruhnya, baik pada perilaku atau kondisi fisik. Pengalaman dengan Hanif yang ternyata alergi juga dengan telur dan susu kedelai (ditandai dengan iler yang berlebihan dan ngoceh terus), tapi masih bisa mengkonsumsi donat/bakpau tanpa telur dalam jumlah sedikit dan ngga sering-sering.
4. Perlukah dilakukan tes alergi?
Tes alergi dengan metode apapun boleh dilakukan untuk membantu pelaksanaan diet. Tapi jangan lantas membatasi sama sekali makanan alergennya dan hanya memberikan makanan yang sama terus-menerus. Hal ini dikarenakan suatu saat kekebalan anak terhadap suatu makanan dapat meningkat atau menurun. Oleh karena itu, disarankan mengulang tes alergi secara berkala atau melakukan pengujian selektif terhadap makanan alergen. Bagaimanapun anak-anak tetap membutuhkan zat gizi yang beragam.
5. Apa diet akan berlangsung seumur hidupnya?
Belum tentu. Jika tubuhnya sudah mampu mentoleransi bahan makanan tersebut, maka diet dapat dihentikan. Biasanya semakin bertambah umur anak, kekebalannya juga akan membaik. Tentu saja ini juga tergantung pada asupan gizi dan tingkat alergi anak.
Nah...cukup sekian. Semoga bermanfaat...
Sumber tulisan :
Panduan Praktis Pemberian Makanan bagi Anak dengan Autis, Prof Winarno, dkk.
Berbagai tulisan tentang autisme di internet yang pernah dibaca jaman dulu dan sudah lupa alamatnya...maaph...

Gambar di atas diculik dari google.