26 Mar 2015

Memperpanjang SIM C di Satpas Daan Mogot

 

Tahun ini SIM C saya sudah harus diperpanjang. Sebenarnya masa berlakunya baru akan habis di bulan April. Tapi mumpung saya sempat (baca: atasan sedang tidak di kantor hehe), jadilah saya putuskan untuk memperpanjang pada bulan ini. Awalnya saya berniat memperpanjang SIM di Samsat Keliling yang sedang ada di Mal Ciputra sampai akhir Maret. Namun tidak jadi karena info yang saya baca di internet, Samsat Keliling hanya melayani SIM/STNK dengan KTP setempat. Akhirnya saya memutuskan langsung ke Satpas Daan Mogot yang jaraknya sekitar 30 menit dari kantor saya di Kemanggisan. Jika datang dari arah Grogol, terus saja menyusuri Jalan Raya Daan Mogot, melewati Indosiar dan jalan layang yang panjang, halte Green Garden, halte Taman Kota, naah...tak jauh akan tampak plang Satpas SIM. Jangan khawatir meski Satpas ada di seberang kanan jalan, plangnya dipasang di pembatas jalan jadi tetap terlihat dari sisi kiri jalan. Jika dari arah Jalan Panjang, terus saja menyusuri jalan Kedoya, sampai mentok pertigaan di bawah flyover, belok ke kiri (Jalan Raya Daan Mogot), halte Green Garden, halte Taman Kota, sampai ke Satpas SIM. Berikut saya share step-step memperpanjang SIM C dalam poin-poin biat lebih jelas.

  1. Siapkan KTP asli dan fotokopinya (3 lembar), SIM lama dan pulpen. SIM lama tak perlu fotokopi. Saya sempat ikut-ikutan fotokopi SIM lama karena orang di sebelah saya bilang begitu...eh ngga kepake. Iya juga, kalau dipikir kan SIM lama nantinya akan diserahkan. Ngapain difotokopi lagi hehe...
  2. Menuju loket pemeriksaan kesehatan. Letaknya ada di sebelah parkir motor, dekat minimarket Bao Bao Ekspress. Bayar 25.000. KTP asli dicek dan fotokopinya diminta 1 lembar untuk dilampirkan di lembar pemeriksaan. Cepet banget periksa matanya. Cukup 5 detik^^
  3. Lanjut ke Gedung Biru. Sebelum masuk akan diberikan ban tangan "Peserta Uji SIM". Saya sempat mikir apa yang perpanjang harus ujian lagi. Ternyata engga...huff *lega.
  4. Membayar biaya perpanjangan 75.000 di konter BRI kemudian bayar asuransi di loket sebelah BRI 30.000. Sepertinya asuransi ini opsional ya...tapi karena semua orang diarahkan ke loket sebelah jadi kesannya seperti wajib. Ah...sudahlah, bayar aja^^. Oh iya, fotokopi KTP diambil oleh petugas asuransi dan langsung diberikan kartunya.
  5. Berikutnya isi formulir di balik loket BRI. Minta formulirnya di loket dan isi sesuai contoh yang dipajang gede-gede di dinding atas (segitu gedenya...masih ada aja yang nanya:D). Menurut saya, tempat pengisian formulir agak tidak sesuai alur karena setelah mengisi, harus kembali lagi melewati BRI untuk masuk ke loket dalam.
  6. Menuju loket di bagian dalam. Untuk perpanjangan SIM C, loketnya nomor 22. Di sini petugas meminta formulir, surat pemeriksaan kesehatan, SIM lama dan fotokopi KTP 2 lembar. Lalu menunggu untuk dipanggil. 
  7. Setelah dipanggil ke ruang foto dan sidik jari, ya...untuk foto sama sidik jari hehe...oh tanda tangan elektronik juga. Sebelum dicetak, kita akan diminta untuk mengecek data kita.
  8. Lanjut ke loket pengambilan SIM. Duduk dan menunggu dipanggil. Ketika di ruang tunggu, tampaklah perbedaan antara mengurus sendiri dan via calo. Yang pake calo, baru datang (bahkan ada yang belum sempat duduk)...udah dipanggil ckckck.... Sampai ada bapak-bapak yang setengah kesal karena tak kunjung dipanggil. Saya cuma senyam-senyum sambil bilang "sama Pak." *senasib
  9. Dipanggil...akhirnya hehe.... Saya pun menuju loket untuk menukar tanda terima formulir dengan SIM C baru berlaku sampai 2020 horee...
Mudah kan mengurus sendiri perpanjangan SIM C. Tipsnya datang pagi-pagi sebelum jam 8. Saya berangkat dari kantor jam 7.30. Sampai di Satpas sekitar jam 8.10 karena lumayan macet. Jam 9.10 saya sudah mengantongi SIM baru dan berhasil tiba kembali di kantor jam 9.50. Mencuri waktu 2,5 jam *piss paak.

25 Mar 2015

Resensi: 30 Paspor di Kelas Sang Profesor #1


J.S. Khairen, Noura Books, 2014

Setelah sekian lama, ini kali pertama di tahun 2015 finally i'm back to printed books. Kebetulan saat mencari kado kenang-kenangan untuk anak magang, saya menemukan buku ini. Kayaknya bagus nih...baru sebulan terbit sudah cetak ulang. Akhirnya saya beli dobel, untuk kado dan diri saya sendiri hehe. Sebenarnya saya agak malas membaca buku cetak karena biasanya bukunya akan di-"bully" oleh Hanif. Tapi kini Hanif yang semakin besar mulai bisa memperlakukan buku sebagaimana mestinya hehe...

Bayangkan saja jika Anda diberikan tugas kuliah "harus" pergi keluar negeri, sendirian, dan paling lambat dalam waktu 1,5 bulan harus sudah berangkat? Horror kan? Gak dikerjakan...tar takut gak lulus. Mau ngga mau harus dikerjakan... Begitulah kiranya perasaan 30 mahasiswa Matkul Pemasaran Internasional Jurusan Manajemen FE UI ketika diberikan proyek yang nyentrik oleh Sang Profesor Rhenald Kasali. Berbagai pengalaman seru 30 mahasiwa (tepatnya 16 orang di buku 1) terangkum dalam buku ini. Mulai dari ketinggalan pesawat, kesasar, sampai kena tipu. Tapi ternyata yang ditolong oleh orang asing pun tidak sedikit.

Pikiran pertama saat membaca 'kenyentrikan' Pak Rhenald adalah "waah, asyiik banget jadi mahasiswanya". Tapi...kalau saya pas masih mahasiswa culun diberikan tugas yang sama...stress pasti. Mengurus tetek bengek paspor, tiket, dan itinerary itu ribet. Belum lagi duitnya dari maneee? Gak boleh ke Singapore pula -yang deket hehe... Namun justru di situlah letak "pembentukan karakter" yang dirancang oleh sang profesor. Bagaimana mengatasi hambatan dan melecut diri sendiri sampai batas maksimal. Self driving excercise, seperti yg tertulis di covernya. Yang dari desa, boro-boro bikin paspor...naik pesawat aja belum pernah. Di sisi lain, yang sudah beberapa kali ke luar negeri ternyata juga mengalami "kesulitan" seperti halnya para traveler newbie karena perginya sendirian. Kesendirian pada akhirnya memang memaksa manusia untuk berputar otak, berhubungan dengan orang asing meski dengan berbagai kendala, bahasa, budaya dan banyak hal. Jika ditanya tulisan mana yang paling berkesan di buku 1? Maka saya pilih kata pengantarnya. Haha...jam terbang memang tak bisa bohong. Pak Rhenald mengangkat kisah Colombus sebagai analogi latar belakang penugasan ke luar negeri. Kegagalan Colombus menuju India malah membawanya menemukan benua Amerika. Bukanlah hasil yang paling penting, tapi proses untuk terus maju dan mengatasi segala kesulitan. Kisah perjalanan ke-16 mahasiswa di buku ini terasa warna-warni. Sayang foto perjalanannya cuma ada di halaman judul saja dan tanpa keterangannya. Jadi saya kerap mencocokkan kembali ini foto siapa, sama siapa, pas sedang apa setiap usai membaca satu kisah. Gaya penulisan tiap kisah berbeda-beda...ada yang mengalir dan tersimpul dengan baik tapi ada juga yang alurnya agak mbulet (tidak mengalir). Mungkin memang asli tulisan mahasiswanya yang diedit seperlunya. Saya sempat jeda membaca di beberapa kisah yang saya anggap agak boring hehe...tapi saya berhasil membaca sampai selesai. Terus terang buku ini mengingatkan saya untuk tak berlama-lama "camping" di zona nyaman. Salam perubahan^^

ikutan (pura-pura) baca
Diposting untuk Lucky No.15 Reading Challenge - Something New

24 Mar 2015

Dulu dan Sekarang

seharusnya past and present^^...telanjur

Kemarin tak sengaja menyadari kalau Hanif memakai baju yang sama dengan fotonya waktu kecil. Isenglah saya meminta si ayah dan Hanif berfoto dengan pose yang sama dengan foto jadul. Yang kiri foto ketika ayah Hanif pulang liburan pertamanya dari kuliah S2 (Hanif berumur 3,5 tahun) dan yang kanan Hanif sudah 7 tahun. Time flies yah... Lihat saja baju yang dipakai Hanif, dulunya celana 3/4...sekarang jadi celana pendek >_< *emak-emak pelit hehe... Ayah Hanif juga berkembang :D.

11 Mar 2015

Lucky No.15 Reading Challenge


Saat lagi googling, nemu reading challenge yang cukup unik. Saya putuskan untuk ikut agar lebih semangat bikin review...tentunya tidak melupakan resolusi saya di tahun 2015 ini, lebih banyak membaca buku nonfiksi dan buku Islami^^. 

Nama RC-nya Lucky No.15 Reading Challenge yang digagas oleh Astrid (Books to Share). Kenapa 15? Karena ada 15 kategori buku yang harus dibaca dalam satu tahun...minimal...boleh lebih...haha #pesimis. Kategorinya sebagai berikut:

  1. Chunky Brick: buku yang tuebeel...lebih dari 500 halaman. (Lapis-lapis Keberkahan)
  2. Something New : buku yang baru-baru ini dibeli.-(30 Paspor di Kelas Sang Profesor)
  3. Something Borrowed: buku pijeman dari siapa aja. (Amulet Samarkand)
  4. It's Been There Forever: buku lama tapi belum sempat terbaca (Amelia)
  5. Freebies Time: buku gratisan, bisa dari giveaway atau kado ultah (A Song for Julia)
  6. Bargain All The Way: buku yang pernah dibeli karena murce^^ diskon misalnya
  7. Favorite Color: buku dari rak yang covernya adalah warna kesukaan qta
  8. First Initial : buku dengan inisial nama penulis yang sama dengan qta
  9. Super Series: buku serial...boleh dibaca lengkap, boleh juga satu hehe (Insurgent)
  10. Opposites Attract: buku dengan penulis beda gender (sama qta)
  11. Randomly Picked: buku yang dipilihin sama orang lain (dari rak buku qta)
  12. Cover Lust: buku yang bikin qta jatuh hati sama covernya
  13. Who Are You Again?: buku dari penulis yang belum pernah qta baca karyanya
  14. One Word Only: buku dengan judul satu kata! (angka juga boleh). (The DUFF)
  15. Dream Destination: buku dengan latar belakang tempat yang pengen banget dikunjungi tapi belum kesampaian
Fiuuuuh... Lucu-lucu ya kategorinya.  Makanya pengen ikutan, biar semangat aja bikin review. Buku yang akan dibaca akan di-update seiring waktu. Yang tertarik, langsung aja ke sini. Yang jelas harus bikin master post, review, dan wrap up post trus submit link untuk masing-masing. Markicaa...

1 Mar 2015

Cilok Isi Keju


Semakin sering ke dapur (ngga sering amaat...lebih sering dari waktu kuliah maksudnya), saya semakin memahami bahwa memasak itu memang bukan ilmu pasti. Kirologi tepatnya...serba dikiro-kiro *bhs jawa-red. Makanya tidak ada resep yang pasti untuk satu masakan. Bisa beda antara satu orang dengan yang lain, tergantung selera. Kini saya tidak lagi saklek mengikuti resep, modif sana-sini...sah-sah saja asal cocok dengan lidah kita. Begitupun percobaan kedua saya membuat cilok. Sebelumnya saya pernah bikin tapi ketika dingin ciloknya mengeras. Kali ini saya buat lebih banyak takaran airnya. Sempat kesal ketika membulat-bulat gara-gara lengket di tangan. Tapi untunglah saya teringat tips dari membuat pempek yakni lumuri tangan dengan minyak. Alhasil cilok kali ini selain lebih empuk juga lebih mulus^^.

Bahan:
150 gram sagu
150 gram terigu
300 ml air
2 siung bawang putih
1 sdm bawang merah goreng (kadang saya skip jika tak ada)
1,5 sdt garam
Seujung sdt penyedap (bisa diskip, tambahkan garam)
Daun bawang, iris tipis bagian hijaunya saja
Keju, potong dadu


Cara:
  1. Haluskan bawang putih dan bawang merah goreng. Larutkan dalam air bersama garam dan didihkan.
  2. Tuang air ke campuran tepung. Tambahkan daun bawang, aduk sampai rata. Jangan pake tangan yaa...panas wkwk...
  3. Bulat2 dan beri isian sesuai selera.
  4. Masukkan dalam air mendidih dan angkat ketika sudah mengapung.
  5. Sajikan dengan saos sambal atau bumbu pecel.
Yumm...jadinya sekitar 40 butir...mpe mblenger hehe...