26 Des 2011

Liburan: Episode Bogor


Setelah dari Bandung kemarin, kami terpikir untuk jalan-jalan ke Bogor. Haha...jalan mulu, yah mumpung ada mertua dan keponakan. Kali ini edisi hemat alias naik transportasi umum. Sarana transportasi yang kami pilih adalah commuter alias KRL. Selain cepat dan murah, sekalian ngajakin si Dindha yang belum pernah merasakan sensasi naik kereta. Hehe...secara di Palangkaraya ngga ada kereta.
Kami berangkat dari rumah pukul 7 pagi, naik angkot menuju stasiun Pondok Ranji untuk naik commuter arah Tanah Abang jam 7.45. Harga tiketnya 6 ribu. Mengajak Hanif naik kereta api adalah sebuah perjuangan tersendiri. Hanif sangat suka naik kereta, malah saking sukanya sampai-sampai kalau ada kereta lewat maunya langsung naik. Ngga peduli yang lewat bukan kereta yang dituju, pokoknya harus naik. Kalau ngga dituruti, akan meronta-ronta sambil nangis heboh banget. Jadi datang ke stasiun lebih baik pas sebelum kereta yang akan dinaiki datang. Tapi sayangnya kereta lebih sering telatnya daripada tepatnya. Seperti waktu berangkat kemarin, ada 2 kereta yang akan lewat sebelum kereta yang kami naiki. Akhirnya saya pakai trik. Ketika ada pengumuman kereta akan lewat, Hanif saya ajak ke peron yang berlawanan dengan kereta yang datang. Karena peron di stasiun lumayan tinggi, sewaktu kereta datang Hanif ngga akan bisa menuju kereta tersebut. Tentu saja tangisannya hebooh banget. Untungnya begitu kami naik kereta yang benar, tangisannya langsung stop seketika. Haha...tapi emaknya udah keringetan tuh , gimana ngga megangin anak yang nangis dan meronta pengen naik kereta. Tiba di stasiun Tanah Abang jam 8.10, setelahnya kami lanjut naik kereta Bogor jam 8.30 dengan tiket 7 ribu perorang. Sembari nunggu kereta, saya menyuapi Hanif yang sudah kelaparan dan kecapean nangis hehe... Tak lama, kereta Bogor datang. Untunglah hari Sabtu penumpangnya lumayan sepi. Kami berlima dapat tempat duduk. Perjalanan selama kurang lebih 1 jam terasa singkat. Sampai di stasiun Bogor, ayahnya menyuruh saya memotret jadwal kereta pulang. Ide yang jitu... Dari depan stasiun, kami naik angkot menuju Kebun Raya. Lupa nomor angkotnya, tinggal tanya saja sebelum naik. Saat di dalam angkot, saya bertanya-tanya dalam hati ‘mana taman topi yang katanya depan stasiun?’. Setelah angkot berbelok meninggalkan stasiun barulah saya melihat bagian atas topi raksasa...alamak rupanya tamannya ngga terlihat gara-gara saking banyaknya PKL yang mangkal di sekeliling pagarnya. Sebenarnya dari stasiun ke kebun raya bisa ditempuh dengan jalan kaki 20 menit-an, tapi opsi ini agaknya melelahkan untuk yang membawa anak kecil.
Sampai di kebun raya, pintu masuknya tampak ramai oleh anak sekolah maupun keluarga. Memang lagi musim liburan sih. HTMnya 9.500 per orang. Setelah masuk kami makan dulu di depot bawah pintu masuk (bingung kan? Hehe...). Sotonya enak, bukan karena laper lo ya. Baru setelah makan, kami jalan keliling. Oh ya, ada yang baru (setidaknya saya baru tahu) di kebun raya yaitu mobil wisata. Cukup membayar 10 ribu per orang, kita akan dibawa keliling kebun raya sambil mendengarkan keterangan dari pak sopir yang merangkap sebagai guide. Lumayan sebagai referensi sebelum jalan ke wilayah mana yang mau dituju, juga rasanya lebih masuk mendengarkan deskripsi guide-nya daripada sekedar membaca papan nama-nama pohon yang ada. Berhubung waktu itu Hanif dan Dindha dipangku, jadi kami cukup membayar 30 ribu untuk tur 20 menit kebun raya. Turun dari mobil wisata, kami jalan dan foto sejenak di depan istana. Hiks...Hanif minta es krim. Trus lanjut jalan ke taman entah apa namanya hehe...dan berakhir di museum zoologi. Masuk ke museum ngga perlu bayar lagi. Di dalamnya banyak koleksi hewan-hewan yang diawetkan, ada juga kerangka paus biru. Cukup menarik sebenarnya, sayangnya Hanif ngga tertarik. Jadilah sepanjang dalam museum, saya berusaha membaca keterangan setiap hewan sambil memegangi Hanif yang menarik-narik pengen keluar. Setelah dari museum, kami pergi sholat lalu pulang. Rencana untuk naik delman sambil keliling kota batal karena mendung. Bahkan hujan turun waktu kami hendak naik angkot. Sampai di stasiun sekitar pukul 14.15, alhamdulillah keretanya sudah ada meski adanya di peron 6 yang cukup jauh. Sebenarnya saya pengen tuh mampir ke pasar samping stasiun (biasa ibu-ibu...naluri belanja), tapi ngga jadi karena hujan dan ribet bawa Hanif. Perjalanan pulang terasa dingin...ya iyalah bajunya setengah basah hehe... Rencana awal kami turun di stasiun Pasar Minggu untuk lanjut taksi, tapi urung melihat kemacetan depan stasiunnya. Alhasil jadinya turun di stasiun Sudirman, trus naik taksi deh sampai rumah jam 15.30. Capeee...tapi senang...

Mobil wisata


Jalan kaki panas-panas sambil makan es krim:(


Berpose di depan kerangka paus biru Museum Zoologi


23 Des 2011

Liburan: Episode Bandung

Liburan Hanif semester ini kebetulan bertepatan dengan kepulangan ayahnya dan kedatangan Utinya dari Palangkaraya. Timbullah ide dari si ayah untuk ngajak jalan-jalan ke Bandung. Terakhir kali saya pergi ke Bandung adalah tahun 2003, mengunjungi temen SMA yang kuliah di sana. Ngga pergi ke mana-mana, secara yang dikunjungin sibuk banget kuliah. Waktu itu bisa ke Bandung juga gara-gara tanggal masuk kuliah diundur seminggu. Baru diberitahu hari Jumat padahal Senin harusnya sudah mulai masuk. Hehe...cuma kampus saya yang bisa begitu. Naah, setelah browsing-browsing akhirnya kami putuskan untuk ke De Ranch (karena ponakan kelas 2 SD suka naik kuda) dan Tangkuban Perahu. Transportnya sewa mobil dan ngga menginap karena pertimbangan budget.

Kami berangkat dari rumah jam 7 pagi, nyampe di De Ranch, Lembang sekitar jam 11-an. Agak lama karena sempat putar-putar di Purwakarta, maksudnya maw cari jalan pintas eh...ada kecelakaan. Putar balik lagi ke tol, alhasil jadi lama. Tiket masuknya murmer 5000 perak/orang dan bisa ditukar dengan welcome drink, boleh milih susu atau minuman hangat. Begitu masuk langsung disuguhi pemandangan food court yang bergaya koboi. Ketika itu cuacanya lagi mendung, jadi udaranya berasa seger dan dingin banget. Kami berlima langsung pengen makan hehe... Banyak pilihan di food courtnya, tapi saya dan ponakan penasaran sama sosis panggangnya. Wow...gendut banget. Harga makanannya ngga mahal koq. Setelah kenyang, baru deh main-main. Permainan pertama yang dicoba adalah perahu mini. Tiketnya 15ribu/orang, bertiga jadi 45ribu sepuasnya eh...secapeknya. Gimana ngga capek, ngejalanin perahunya pake pedal tangan. Capee deeh... Tapi Hanif cukup enjoy di perahu. Untung Hanif diem, klo banyak gerak perahunya gampang oleng. Setelah itu naik kuda poni, tiketnya 15ribu/orang, 2 kali putaran (400-an meter). Cuma si Dindha aja yang naik, Hanif ketakutan. Setelahnya, kami naik kereta kuda. Tiketnya 25ribu, bisa naik berempat saya, ayah, Hanif dan Dindha. Hehe...sebenarnya agak kasihan sama kudanya, maklum gerombolan siberat semua nih kecuali Dindha. Muternya lumayan jauh, hampir sekilo-an. Sebenarnya De Ranch punya banyak pilihan permainan, tapi Hanif ngga gitu tertarik dan si Dindha ngga mau kalo Hanif ngga ikutan. Jadi cuma tiga yang kami coba. Setelahnya kami main-main di lapangan, foto-foto trus sholat. Mushollanya kecil, tapi waktu kami ke sana lantai atas mushola sedang dibangun. Mungkin untuk perluasan. Yah...overall untuk De Ranch cukup menyenangkan. Plusnya tiket masuk murah, makanan affordable, suasananya enak. Minusnya mungkin tiket untuk permainannya harus bayar satu-satu, jatuhnya lumayan mahal kalo banyak yang dicoba.

Menjelang ashar, kami bertolak ke Tangkuban Perahu. Jaraknya sekitar 7 km dari De Ranch. Sepanjang jalan yang kami lewati sebenarnya banyak kuliner yang menarik, tapi sayang perut sudah penuh jadi ngga selera. Padahal udah kepikiran pengen tahu susu atau tahu tauhid. Yah...maybe next time. Tiket masuk Tangkuban Perahu 13ribu/orang plus mobil 10ribu. Begitu parkir, langsung disambut hujan. Akhirnya kami nunggu dulu di dalem mobil. Setelah agak reda, baru deh keluar. Banyaknya pedagang makanan agaknya menggoda iman Hanif. ‘Masak mi!’, serunya melihat pop mie. Dibujuk-bujuk makanan lain, tetep ngga mau, malah nangis kenceng yang bikin heboh seantero gunung *lebay.com. Akhirnya dikasih lah...hiks...tapi tanpa bumbu. Dengan lahapnya anakku makan sampe habis-bis...kayak orang ngga pernah makan mi...emang, padahal hambar anyep. Kami ngga jalan turun, cuma di sekitaran tempat parkir. Setelah puas jajan gorengan, foto-foto dan membeli beberapa kaos Tangkuban, kami turun menjelang magrib. Setelah ini rencananya maw mampir Cihampelas.

Rencana tinggal rencana. Macet bangeeeet, lebih parah daripada macetnya Arteri Pondok Indah di jam pulang kerja. Jalanan di Bandung mana sempit. Hujan deras dan penuhnya trotoar sepanjang jalan Cihampelas tak pelak membuat kami urung. Akhirnya muter-muter aja keliling kota. Mau makan di mana, bingung juga. Pas muter-muter, ngga sengaja lihat tulisan Trans Studio. Ayo...mampir. Pengen lihat aja gedungnya, meski ngga masuk.Muahal hehe, toh rugi juga Hanif masih kecil, ngga bisa coba banyak permainan tapi harus bayar full. Akhirnya kami sekalian makan di foodcourt Bandung Supermall. Pemandangannya mirip foodcourtnya Central Park di Jakarta Barat. Elite... Harganya sih standar mall-mall, cuma bayarnya yang ribet. Ngga terima cash, jadi mesti bikin Mega Cash (semacam kartu flazz BCA tapi punya Bank Mega), top up duit, baru deh bayar. Deuh...bayar aja ribet, apalagi ngga bayar ya hehe... Setelah kenyang, kami muter-muter dulu di mallnya. Oh ya, nyempetin juga foto di depan Trans Studio Store. Ngga beli apa-apa, harganya hmmm... Mudah-mudahan tar klo Hanif udah gede dan ada rejeki, kami bisa main ke Trans Studio. Kan udah punya Mega Cashnya hehe... Jam menunjukkan pukul 9.30 malam, akhirnya kami bertolak kembali ke Jakarta. Fin.

Piku-piku@De Ranch

Snapshot Hanif...lagi diem....

Berpose sebelum naik kereta kuda.

Perahu tenaga manusia...tarik buwk...

Makan siang bersama...

Piku-piku@Tangkuban Perahu dan BSM

Foto bareng uti dan adik Dindha...sambil makan mi:(

Makan berjamaah...yang lain makan gorengan...Hanif makan mi....

Mejeng di depan Trans Studio Store...

Menunggu makanan...

22 Des 2011

Hanif: 4th Birthday

Saya baru sadar kalau ternyata saya resmi jadi ibu tepat di hari Ibu. Sebenarnya Hanif lahir di tanggal 21 Desember 2007 tapi jam 8 malem jadi sudah dianggap masuk tanggal 22 hehe... Ulang tahun Hanif kali ini terasa lebih istimewa. Meski tidak ada pesta, ultah kali ini didampingi oleh Ayah juga Mbah Uti dan Adik Dinda. Kebetulan ibu mertua sedang berkunjung ke Jakarta dalam rangka menyambut kedatangan putra semata wayangnya, sekalian ngajakin keponakan liburan. Seperti tahun-tahun sebelumnya, saya hanya menyiapkan nasi kuning kotak untuk dibagi-bagi ke tetangga. Tanda syukur Hanif sehat dan tambah pintar. Jumlahnya juga ngga banyak, hanya 20 kotak. Masak sendiri, dibantu Mamanya Dika (yang bantu2 di rumah) dan ibu mertua.

Di ulang tahunnya yang ke-4, alhamdulillah Hanif sudah banyak kemajuan. Kesadaran lingkungan makin bagus, kosakata tambah banyak yang otomatis berdampak pada keinginan yang mulai macem-macem. Berbagai macam makanan dia hafal, terutama pantangannya. Sebisa mungkin saya buat sendiri, meski pake terigu atau telur paling ngga minus pengawet. Kadang pengin deh, diet yang bener-bener...tapi susah. Nangisnya itu lo, heboh banget apalagi kalau di tempat umum. Yah...saya berikhtiar semaksimal mungkin, membatasi pantangannya atau membuat sendiri. Tapi kalau pun terpaksa harus ngasih, saya doain ‘moga-moga ni makanan ngga ngefek banget ke Hanif’. Amiin...

Di rapor sekolahnya, Hanif mendapat skor 3 untuk hafalan baik abjad, angka, maupun doa-doa. Kemandirian seperti membuang sampah, mencuci tangan dan makan sendiri juga dapat skor 3. Motorik kasar dan motorik halus masih banyak dapat skor 2, artinya dalam proses. Hanif baru bisa melompat kecil, sementara motorik halus seperti memegang crayon atau gunting masih agak kaku. Yang diberi skor 1 (belum berkembang) adalah mengancingkan baju, komunikasi 2 arah (bertanya dan bercerita), dan engklek (lompat 1 kaki). Meski masih jauh di bawah teman-temannya (yang rapornya rata-rata didominasi angka 3, tanpa angka 1), progress yang diusahakan Hanif tetap saya syukuri mengingat Hanif memang berbeda dengan teman-temannya.

Met milad yang ke-4 ya, sayang. Semoga Allah senantiasa melindungi dan memberkahi setiap langkah yang kau tempuh.

I always love u, just the way u are...

13 Des 2011

Ayah Pulang


Akhirnya hari yang dinanti-nanti selama 2 tahun ini tiba juga. Alhamdulillah setelah dinyatakan lulus minggu kemarin, ayahnya Hanif pulang ke tanah air hari ini tanggal 13 Desember. Saya dan Hanif pergi ke bandara untuk menjemput si ayah. Mumpung sedang tidak ada jadwal terapi sore dan sekalian ngajak Hanif jalan-jalan lihat pesawat. Pesawatnya dijadwalkan landing jam 16.05 dan diperkirakan akan selesai urusan imigrasi sekitar jam 5 sore. Jadilah saya berangkat jam 3 sore menuju Xtrans Bintaro. Maksudnya mau ngirit.com daripada naik taksi. Eh, ternyata Hanif harus bayar sendiri. Yawda deh, gak papa masih lebih murah ini. Perjalanan ke bandara yang saya perkirakan maksimal 1 jam –secara bandara deket klo lewat Serpong- ternyata sampai 1,5 jam. Saya baru tahu kalo setelah ngambil penumpang di Serpong, mobil Xtransnya tidak langsung menuju bandara lewat pintu belakangnya tapi malah belok-belok trus tiba-tiba nongol di tol dekat Carefour Puri Indah dan masuk bandara lewat gerbang depan. Alamaaak...lama. Hanif sempat senewen dan nangis gara-gara bete pengen turun tapi ngga nyampe-nyampe hehe... Kami tiba di terminal kedatangan luar negeri sekitar jam 16.45, janjian ketemuan sama saudara temennya si ayah yang mau ngambil titipan. Lagi-lagi Hanif rewel, terpaksa disogok pake Nu Green Tea. Sekitar 10 menit kemudian (yang terasa begitu lama...), akhirnya si ayah nongol. Saya biarkan Hanif lepas dari gandengan saya. Pengen tahu dia masih inget ngga sama ayahnya. Meski sempat berhenti di tengah jalan, Hanif antusias lari menyambut ayahnya. Hiks...terharu saya, klo ngga inget di tempat umum udah nangis bombay deh hehe.... Selanjutnya ayahnya digandeng teruuus, emaknya ngga laku hari ini. Tapi sesekali Hanif menoleh ke belakang, mengupdate lokasi emaknya yang kebagian mendorong troli.



Bagi saya, kepulangan suami kali ini begitu melegakan dan sangat saya syukuri. Kalau mengingat 2 tahun yang lalu saya ada di tempat yang sama untuk mengantar suami berangkat, rasanya tak percaya kalau pada akhirnya saya akan bisa melewati 2 tahun ini dengan baik. Memang awalnya saya dan Hanif direncanakan untuk menyusul suami di pertengahan studi, tapi Allah punya rencananya sendiri. Hanif didiagnosa autis ketika ayahnya menjalani semester kedua. Dengan pertimbangan lingkungan beda bahasa mungkin akan memperlambat perkembangan keterampilan bicara Hanif, akhirnya rencana awal dibatalkan dan saya tetap di Indonesia. Kemudian setelahnya pengasuh Hanif –sejak ia bayi- minta pulang dan saya memutuskan untuk cuti di luar tanggungan untuk mengasuh Hanif sendiri. Begitu banyak kejadian yang kami lewati 2 tahun ini, alhamdulillah Allah selalu memberi kemudahan. Walau suami nun jauh di sana, pada saat-saat penting selalu pas lagi liburan semester. Ketika butuh bantuan pun, alhamdulillah tante saya bisa dicalling untuk datang jauh-jauh dari Surabaya. Begitu pula ketika harus mudik hanya berdua dengan Hanif, koq ya pas mbahnya pindah ke Maos. Jadinya lebih dekat. Namun ada juga masa-masa di mana saya merasa berat menjalani semua ini sendirian dan berharap seandainya suami tak perlu kuliah jauh-jauh. Tapi saya sadar bahwa suami mungkin merasakan hal yang sama, berat jauh dari anak dan istri dan masih harus mikir kuliah pula. Yah...selalu ada perjuangan dan pengorbanan dalam hidup. Semoga Allah menjadikan keluarga kecil kami menjadi kuat setelah apa yang kami lalui. Semoga juga kepulangan suami ini memberikan pengaruh positif pada perkembangan buah hati kami, Hanif. Amiiin....

Bakpau Ayam

Ceritanya beberapa saat yang lalu Hanif sariawan dan ngga doyan makan. Akhirnya jadi laper mata dan laper beneran. Sepanjang jalan sepulang dari tempat terapi, semua jajanan diminta. Akhirnya saya belikan bakpau soalnya yang lainnya gorengan dan batagor, hiks terpaksa...padahal diet terigu. Alamak...2 biji dihabiskan sendiri sama anakku. Alhamdulillah...ngga ada pengaruh yang signifikan ke perilakunya hari itu. Ketika saya baca resepnya di internet (di sini), ternyata bikin bakpau ngga pake telur. Jadilah saya penasaran pengen bikin sendiri. Sekalian saya pengen tahu reaksi alergi Hanif terhadap terigu. Dari awal Hanif sudah diet terigu dan susu sapi, jadi belum ketahuan kalo kebobolan diet terigu aja ngaruhnya apa. Kalau sama telur dan pengawet, Hanif emang sensitif banget. Jangan coba-coba makan makan kemasan meski bukan dari terigu, pasti langsung mobat-mabit.

Percobaan bakpau pertama bantet, karena saya ngga sabar nunggu ngembangnya. Percobaan kedua sukseees... Saya kasih maksimal 3 biji per harinya dan alhamdulillah ngga apa-apa. Tapi saya tetap tidak akan memberikannya sering-sering karena takut pengaruhnya akan timbul dalam jangka beberapa hari. Lagian 2 kali bikin kayaknya dia udah bosen, ngga pernah minta-minta lagi. Yah, kepenginnya udah terobati kali.

Ini dia bahannya:

Adonan biang:

1 gelas munjung tepung terigu (saya pakai kunci biru)

1 sdm ragi (pake fermipan)

80 ml air

Adonan tambahan:

2/3 gelas tepung terigu (pas di garis yang atas ya...)

1 sdm gula tepung (pastikan jangan ada yang menggumpal), gula pasir juga bisa

1 sdm margarin

½ sdt baking powder

30 ml air

Isinya:

½ bagian fillet dada ayam (kira2 100 gram)

Bawang bombay

Kecap

Lada dan garam secukupnya

Kertas roti dipotong 10x10cm secukupnya,atau daun pisang

Caranya:

1. Campur adonan biang sampai kalis. Diamkan 1 jam dan tutup dengan serbet bersih

2. Buat adonan isi. Tumis ayam yang telah dicincang kasar dengan bawang bombay, tambahkan kecap, lada dan garam. Sisihkan.

3. Setelah 1 jam, kempiskan adonan biang dengan ditinju. Tambahkan bahan adonan tambahan, lalu uleni lagi sampai kalis dan lentur.

4. Bagi adonan menjadi 8 untuk ukuran sedang atau 6 untuk ukuran sebakpau yang dijual.

5. Pipihkan adonan isi dengan adonan isi, letakkan di atas kertas roti.

6. Tutup dengan serbet dan diamkan lagi 30 menit.

7. Kukus dengan tutup yang dibungkus serbet selama 20 menit. Sajikan hangat.


Ini penampakannya waktu selesai dibulat-bulatin dan diisi...


Ini setelah dikukus...minul-minul hehe...

Buat yang penasaran sama gelas kopi, ini nih gelasnya. 1 gelas munjung...

Tips:

1. Agar adonan mengembang sempurna, letakkan adonan biang di tempat yang hangat. Di dekat magic com, di dekat kompor atau di atas TV yang menyala hehe... Saya menaruhkan di kompor sebelah sembari saya membuat isiannya.

2. Ketika mengukus, kukuslah mulai dari bakpau yang paling pertama diisi agar semua bakpau mengalami waktu pengembangan yang sama dan besarnya akan sama pula nantinya.

3. Jangan berdesakan ketika mengukus karena bakpau akan mengembang lagi. Beri jarak kira-kira 5 cm.