21 Des 2012

Hanif 5th Birthday

 Hari ini Hanif genap berusia 5 tahun. Alhamdulillah Hanif sekarang tambah pinter, tambah manja (malah bersyukur^^) dan semakin paham aturan. Tak seperti ulang tahun sebelumnya, ultah kali ini tanpa ada nasi kuning. Ini karena saya dan Hanif sedang di rumah mbahnya (ortu saya), yang tak memungkinkan untuk repot-repot masak nasi kuning. Tapi tak apa, toh yang penting kebersyukuran akan pencapaian Hanif di usia yang ke-5. Teriring doa...
Semoga Hanif manjadi anak yang shaleh,
dikaruniai umur yang berkah,
ilmu yang bermanfaat,
teman-teman yang baik,
serta senantiasa dalam lindungan dan petunjukNya.
Ibu sayang Hanif xoxo

Hanif di ultah setahunnya

Hanif sekarang (5 yo)

18 Des 2012

Resensi: Ilmuwan-Ilmuwan Muslim: Pelopor Hebat di Bidang Sains Modern


Ehsan Masood, Gramedia Pustaka Utama, 2009

Siapapun yang mencari kebenaran tidak akan mendapatkannya dengan mempelajari tulisan para pendahulunya lalu hanya menerimanya begitu saja. Siapa pun yang mempelajari karya ilmiah harus, jika dia ingin menemukan kebenarannya, mengubah dirinya menjadi kritikus atas apa yang dibacanya. Dia harus menelaah berbagai hasil pengujian dan penjelasan dengan keakuratan tinggi dan mempertanyakannya dari berbagai sudut pandang dan aspek yang berbeda-beda.
Hassan Ibnu al-Haitsam, Kairo, abad ke-10
Buku yang berjudul asli “Science and Islam: A History” ini sesungguhnya menceritakan sejarah perkembangan ilmu pengetahuan pada masa kejayaan Islam yakni sekitar tahun 800 sampai 1700. Sistematika buku ini dibagi menjadi 3 bagian, di mana bagian pertama menjabarkan secara singkat perkembangan sains mulai dari zaman Rasulullah sampai pasca jatuhnya Dinasti Abbasiyah. Dalam sejarah sering disebutkan ‘zaman kegelapan’ yakni masa hilangnya ilmu pengetahuan yang terjadi setelah keruntuhan Kerajaan Romawi sampai dengan terbitnya pemikiran Galileo tentang heliosentris (awal zaman Renaissance). Pada masa itulah sebenarnya ilmu pengetahuan berkembang pesat di bawah pengaruh kerajaan Islam. Berbagai karya filsuf Yunani diterjemahkan dan dikembangkan menjadi lebih sempurna oleh para ilmuwan pada masa itu. Penemuan kertas oleh bangsa Cina pun turut mendorong penyebaran sains ke berbagai kalangan dengan lebih murah. Sementara itu bagian kedua menjelaskan lebih detil tentang berbagai cabang ilmu yang berkembang pesat di masa itu, antara lain: kedokteran, astronomi, matematika, alkimia, dan mekanika. Pada dasarnya kebutuhan beragamalah yang mendorong berkembangnya sains. Anjuran islam untuk menjaga kesehatan mendorong ilmu kedokteran, kebutuhan akan keakuratan waktu sholat, hilal dan arah kiblat menggiatkan ilmu astronomi, sementara perhitungan waris yang rumit membutuhkan matematika aljabar. Di bagian terakhir penulis buku ini berusaha merangkumkan perkembangan sains di masa kini, khususnya pada umat muslim dan menganalisis hubungan seperti apa yang seharusnya dibangun antara islam dan sains agar sejarah buruk masa lalu tak terulang kembali.
Buku ini sudah ada di rak buku saya entah sejak kapan saya sampai lupa. Yang saya ingat saya membelinya dengan harga diskon. Awalnya saya bermaksud menyeimbangkan porsi bacaan antara fiksi dan nonfiksi, walau di kemudian hari kebanyakan buku nonfiksi saya tak selesai dibaca #sigh. Setelah membaca 99 Cahaya di Langit Eropa, saya jadi teringat buku ini. Alhamdulillah kali ini saya berhasil menyelesaikannya tanpa mengantuk^^. 
Tajuk buku ini agak-agak kurang tepat menurut saya karena yang diceritakan di sini bukan hanya ilmuwan muslim tapi perkembangan sains secara umum pada masa kejayaan Islam di Eropa. Para ilmuwan tersebut selain beragama Islam, ada juga yang memeluk Yahudi, Nasrani, bahkan Majusi (Zoroastrianisme). Entah atas pertimbangan komersial atau apa, penterjemahan judulnya jadi berbeda dengan judul asli. Di sisi lain, penulis cukup berhasil merangkumkan sejarah perkembangan sains dengan bahasa yang mudah dimengerti dan ringkas sehingga buku ini bisa menjadi pengantar untuk membaca buku lain sejenis yang lebih komprehensif. Buku ini juga dilengkapi daftar pustaka cukup banyak, yang bisa dijadikan referensi untuk mendalami sejarah sains Islam. Membaca buku ini, saya jadi menyesal tak begitu tertarik dengan sejarah Islam di pelajaran agama islam zaman masih sekolah. Sejarah Islam pasca wafatnya Rasul bagi saya identik dengan ajang saling membunuh demi perebutan kekuasaan, tak ada bedanya dengan sejarah Indonesia zaman kerajaan. Makanya tak satu pun tertinggal di ingatan tentang pelajaran waktu itu, tidak berkesan. Tapi berkat buku ini, mata saya jadi semakin terbuka akan adanya penghapusan peranan Islam dari kurikulum sejarah dunia dan munculnya ‘mitos’ zaman kegelapan. Padahal pada masa itulah Islam mencapai kejayaan dan berkontribusi dalam transfer ilmu pengetahuan. Sentimen keagamaan telah membuat orang-orang tertentu menghapus jejak-jejak Islam dari ranah sejarah sains. Tak sekedar mengetahui sejarah sains Islam, ada beberapa hal penting yang saya petik dari buku ini:
  1. Kebenaran bisa datang dari mana saja sebagaimana ilmuwan muslim yang mempelajari karya filsuf Yunani yang penyembah berhala. Sentimen agama hendaknya tak menghalangi kebenaran (ilmu) selama tak mempengaruhi keyakinan.
  2. Keberhasilan dalam pengembangan ilmu pengetahuan hanya akan terjadi dengan dukungan penuh pemerintah seperti yang dilakukan para sultan zaman dulu. Hal ini memang  agak sulit diterapkan di negara berkembang yang rakyatnya masih berkutat dengan kelaparan dan mendanai proyek sains akan terlihat sebagai keputusan yang kurang ‘merakyat’. Saya jadi teringat nasib yang sama pada proyek pembuatan pesawat di negara kita zaman Habibie jadi menristek.
  3. Sains dan agama adalah dua hal yang tidak untuk dipertentangkan. Agama mendorong sains, dan sains memudahkan keberagamaan. Ketika sains dipertuhankan, agama mulai dipertanyakan dan paham rasionalisme dipaksakan, itulah saat kehancurannya sebagaimana yang terjadi pada berbagai dinasti Islam zaman dahulu.

14 Des 2012

Film: Brave (2011)







Sebagai orang visual, saya suka sekali nonton film. Ketika musim libur sekolah zaman masih SD, saya sampai lupa mandi gara-gara asyik nonton film anak dari satu saluran ke saluran tv lain. Kini nonton film adalah hal yang langka. Beda dengan membaca buku yang bisa dicicil per lembar, untuk menonton film saya harus meluangkan waktu minimal 1,5 jam tanpa gangguan. Hanya mungkin dilakukan ketika Hanif tidur siang atau mengurangi jatah tidur malam, yang biasanya saya ikutan tidur juga atau menyempatkan online. Minggu kemarin Hanif tidur siang lebih cepat karena capek berenang, akhirnya bisa juga saya nonton film ini yang DVDnya sudah dibeli entah dari kapan.
Merida adalah putri mahkota dari Raja Fergus dan istrinya. Tak seperti putri pada umumnya, Merida tumbuh sebagai remaja tomboi yang gemar berkuda dan memanah. Sang ratu bahkan harus sering mengingatkannya untuk berlaku anggun layaknya putri raja. Mengingat usia Merida yang beranjak dewasa, Ratu mengirim surat undangan untuk berkompetisi menjadi calon suami Merida ke tiga klan tetangga. Ternyata ketiga klan tetangga setuju untuk menjadi pelamar potensial dan turut kompetisi. Merida yang merasa belum siap untuk menikah protes, tapi tak digubris ibundanya. Ketika ia membuat kekacauan di kompetisi tersebut, Ratu marah besar dan membuang busur kesayangan putrinya ke perapian. Merida yang kalut kabur dari rumah dan tak sengaja tersesat ke pondok seorang penyihir. Kemudian ia meminta ramuan untuk mengubah ibunya agar tak lagi memaksanya menikah. Ramuan itu berhasil, ibunya benar-benar berubah jadi...beruang!! Kini Merida tak hanya harus berjuang mengembalikan wujud ibunya,tapi juga harus menyembunyikan sang ibu –yang sekarang beruang- dari ayahnya yang sudah kehilangan sebelah kakinya karena menyelamatkan Merida kecil dari serangan beruang.
Saya selalu suka dongeng. Makanya ketika Pixar mengeluarkan film bertema dongeng, saya langsung pengen nonton. Apalagi film ini digadang-gadang sebagai film pertama Pixar yang tokoh utamanya perempuan. Saya juga baru sadar hal itu, padahal saya sudah nonton hampir semua kartun Pixar. Temanya sih klasik, tentang pertentangan ibu dengan putrinya yang beranjak dewasa yang melibatkan kekuatan sihir. Film yang saya ingat mengambil tema (hampir) serupa adalah “Freaky Friday”-nya Lindsay Lohan. Jujur, awalnya saya sempat agak kecewa ketika menyadari film ini ngga ada ‘prince charming’-nya, haha...ternyata saya kuno sekali ya. Ketiga ‘calon’ Merida di film ini sama sekali ‘ngga banget’ tapi lucu sih. Kelucuan juga tercipta berkat ketiga adik kembar Merida yang jahil, pun ketika Sang Ratu berusaha tetap anggun dengan wujud beruangnya. Film ini terasa istimewa berkat penyampaian cerita yang apik dan gambar animasi yang indah khas film-film Pixar. Keharmonisan hubungan Raja dan Ratu yang beda karakter juga memberi kesan tersendiri bagi saya. Biar dikata endingnya tertebak, tetep aja saya ikutan nangis di endingnya, terharu hiks... Film ini cocok ditonton bersama keluarga.
 


Resensi: Seandainya


Windhy Puspitadewi, Gagas Media, 2012

Rizki, Juno, Arma dan Christine adalah teman sekelas di kelas unggulan sebuah SMA di Surabaya. Awalnya mereka berkenalan tanpa sengaja saat sama-sama dikerjain oleh seniornya. Mereka berempat menjalin persahabatan meski masing-masing ternyata memendam masalah sendiri. Rizki, yang baru bisa melanjutkan SMA-nya setelah 2 tahun vakum, mempunyai trauma bergaul dengan kalangan ‘berpunya’. Christine, hidupnya selalu kesepian meski ia adalah putri seorang pejabat yang bergelimang harta. Arma, bertekad keras menjadi dokter demi membanggakan adiknya meski ia benci dengan profesi dokter. Juno, gadis periang yang kekanakan, menyimpan ‘rasa’ sendiri pada seseorang. Mereka berempat saling membantu dan mendukung hingga sadar akan satu hal penting bahwa ‘ada hal yang harus dikatakan baru bisa dimengerti’...

Sinopsisnya ngga jelas ya hehe..., sengaja karena ceritanya sangat sederhana. Ngga seru kalau seluruh plotnya terbaca dari sinopsis. Windhy lagi-lagi mengambil tokoh persahabatan dua cowok-dua cewek, sama seperti di Morning Light. Tapi kali ini persahabatan keempatnya terasa tanggung dan kurang akrab. Penyampaian ‘pesan moral’nya pun terasa agak kurang mulus karena permasalahan tiap tokohnya tak berujung pada inti yang sama. Meski saya tak terlalu suka endingnya, tapi...cukup ‘kena’ untuk yang pernah mengalami hal yang sama (ehm...). Memang ada hal yang harus dikatakan baru bisa dimengerti, tapi ada juga hal yang tak perlu dikatakan karena sudah terlambat. Saya suka pilihan lagu “One Day in Your Life”-nya Michael Jackson di ending novel ini, pas banget. Bagi saya, novel ini cukup ‘sesuatu’ aja *syahrini mode-on.


Menanti yang Terbaik

Beberapa hari yang lalu saya membaca status seorang teman tentang keinginan hatinya untuk berhenti bekerja dan keluar dari PNS. Terus terang saya tak menanyakan lebih lanjut kepada teman saya itu, jadi saya tak tahu apakah dia benar-benar ‘jadi’ untuk resign. Membaca statusnya, saya seolah berkaca pada diri sendiri. Saya juga sempat bimbang antara benar-benar berhenti atau kembali aktif bekerja. Pertimbangannya tentu adalah Hanif. Untuk keluar dari PNS, rasanya belum memungkinkan. Alasan pertama, saya tak sanggup mengecewakan orang tua saya. Lulus dari STAN dan bekerja sebagai PNS adalah salah satu hal yang bisa dibanggakan orang tua dari anaknya. Meski orang tua saya termasuk demokratis dalam urusan pilihan, rasa kecewa pasti akan ada kalau saya betul-betul resign. Alasan kedua adalah saya tak mau berhutang pada negara. Meski negara takkan jadi miskin hanya karena saya ‘kabur’ dari ikatan dinas, tetap saja negara masih punya ‘hak’ yang belum saya tunaikan. Membayar ikatan dinas? Yah, saat ini that’s impossible hehe...rumah aja masih ngontrak. Di sisi yang lain, saya juga merasa berat menyerahkan pengasuhan Hanif pada orang lain. Apalagi sekarang dia mulai ‘terikat’ dengan saya, ngga lagi mau dengan sembarang orang. Akhirnya saya memutuskan untuk mengajukan perpanjangan cuti di luar tanggungan negara, yang sedianya akan berakhir di bulan Februari 2013. Meski belum tentu dikabulkan, saya akan menerima apapun keputusannya nanti dan yakin itulah yang terbaik bagi kami sekeluarga.
Ada sedikit cerita saat saya mengajukan permohonan perpanjangan cuti, di mana saya bertemu langsung dengan Pak Kapusdiklat baru dan mendapat ‘pencerahan’ dari beliau. Sebenarnya beliau keberatan dengan perpanjangan cuti saya dengan alasan pusdiklat sedang kekurangan orang. Tapi beliau berjanji akan membicarakan dulu dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Pak Kapus juga mengingatkan seandainya pun saya harus aktif kembali, saya harus menerimanya dengan ikhlas (ngga ngrundel di belakang begitu bahasanya^^). Dengan bekerja secara ikhlas dan bermanfaat bagi kepentingan yang lebih luas, niscaya Allah akan menjaga Hanif, memudahkan saya mencari pengasuh yang baik, dan mungkin memang saatnya untuk melepas Hanif agar lebih mandiri. Beliau bercerita seorang temannya, setelah dipindah jauh ke seberang pulau, malah jadi lebih sering mengobrol dengan anaknya via telepon sementara dulunya sering pulang malam dan hanya ngobrol sedikit dengan anak. Temannya itu juga semakin intensif dan khusyuk mendoakan sang anak karena merasa anaknya jauh dari jangkauan dan hanya bisa menggantungkan harapan pada Allah. Begitulah Allah memberikan hikmah di balik setiap ketentuannya. Intinya sih beliau ingin membesarkan hati saya kalau permohonan saya ditolak (naga-naganya nih). Tapi terus terang saya jadi lebih mantap menjalani apapun keputusannya nanti dan yakin Allah pasti memudahkan. Semoga Allah juga memberikan yang terbaik bagi teman-teman di luar sana –yang sedang galau ‘pengen berhenti’.

Resep: Kroket Kentang Praktis







Salah satu permasalahan yang kerap dihadapi ibu-ibu adalah makanan sisa. Resep kali ini saya buat dalam rangka memanfaatkan masakan balado ikan yang tak habis dimakan di hari kemarin.

Bahan:
500 gram kentang 
1 butir telur 
1 sdm margarin 
2 sdm tepung kentang (opsional) 
Garam secukupnya 
Tepung panir

Isian:
Balado ikan yang sudah matang, suwir-suwir.
Cara:
  1. Kupas kentang,potong-potong dan goreng asal matang. Jangan sampai terlalu kering.
  2. Haluskan kentang selagi panas, tambahkan sedikit garam, margarin, kuning telur dan tepung kentang.
  3. Ambil bulatan adonan kentang sekepalan tangan, pipihkan dan isi dengan bahan isian,bulatkan kembali. Lakukan sampai adonan habis.
  4. Masukkan kroket ke freezer selama 30 menit agar adonan kaku dan tak mudah pecah. Celupkan dalam putih telur dan gulingkan ke tepung panir.
  5. Goreng kroket dalam wajan minyak banyak dan panas. Angkat dan tiriskan di atas tissue dalam keadaan berdiri. Sajikan dengan cabai.
Tips:
  1. Lebih baik menggoreng kentang daripada mengukusnya karena dapat sekalian mengurangi kadar air dalam kentang. Jika ingin lebih sehat, memang sebaiknya dikukus tapi hasilnya kroket akan terlalu empuk karena mengandung banyak air.
  2. Penambahan tepung kentang berguna untuk memperkeras tekstur adonan kentang.
  3. Menggoreng kroket harus terendam dalam minyak panas, balik sekali lalu angkat agar kroket tak hancur, hasil gorengan cantik dan tak menyerap terlalu banyak minyak.