19 Mar 2013

Apa Itu Terapi Okupasi? (Terapi #3)

Pernah mendengar terapi okupasi? Dalam pendidikan anak berkebutuhan khusus, terapi okupasi identik dengan melatih motorik halus, seperti menulis, menggambar, dan hal-hal lain yang membutuhkan konsentrasi lebih. Terapi okupasi berasal dari kata occupation, yang artinya pekerjaan. Yang dimaksud pekerjaan di sini tak hanya meliputi profesi, tetapi juga seluruh aktivitas seperti melakukan hobi dan merawat diri (self-care). Jadi cakupan yang ditangani oleh terapis okupasi sebenarnya sangat luas, bahkan termasuk sensori intergrasi, memory training, social skill training, dan aspek psikologis. Pada ABK, terapi okupasi biasanya akan diberikan saat anak sudah mencapai level tertentu dalam terapi perilaku maupun terapi sensori intergrasi. Hanif disarankan untuk ditambah sesi terapi okupasi setelah menjalani terapi perilaku dan SI selama 1,5 tahun. Ini dikarenakan untuk menjalani terapi okupasi, anak harus bisa duduk tenang dan paham instruksi. Dalam sesi terapi permulaan, anak akan diberikan aktivitas yang dapat memperkuat motorik halusnya melalui permainan maupun tugas. Selanjutnya anak juga diajarkan bagaimana cara merawat diri, seperti memakai baju, memakai sepatu bertali, dan lain-lain. Berbagai keterampilan atau hobi seperti menjahit, meronce kalung, mengetik juga dapat dimasukkan dalam kegiatan terapi okupasi. Berikut beberapa aktivitas yang dilakukan dalam terapi okupasi awal.

1. Pegs puzzle atau Pegs board



 
Mainan edukatif ini bermanfaat untuk latihan pre-writing, melatih tangan anak untuk menjumput sebagai persiapan untuk belajar menulis. Di rumah, kita juga bisa menggunakan kerikil akuarium atau biji kedelai gantinya. Minta anak untuk mengambilnya satu per satu dan memasukkannya ke wadah bercorong sempit seperti bekas botol yakult.

2. Pencil grip


Anak terkadang sulit memegang pensil dengan benar. Dengan bantuan pencil grip yang dapat dipasang di pensil atau pulpen, anak akan lebih mudah memposisikan ketiga jarinya karena terdapat tiga cekungan berbeda di pencil grip untuk masing-masing jari. Jika anak sering mengeluh capek menulis, mungkin saja caranya memegang pensil salah dan kita bisa membiasakannya memegang pensil secara benar dengan alat bantu ini. Bentuk dan model pencil grip sangat beragam.

3. Penjepit


Penjepit berguna untuk melatih kekuatan tangan sekaligus kontentrasi. Minta anak untuk memindahkan biji-bijian dengan penjepit. Untuk di rumah, bisa juga menggunakan penjepit botol bayi (minta anak memindahkan benda yang agak besar) atau jepitan jemuran (minta anak menjepitkannya ke tepi buku). Latihan kekuatan tangan dapat juga dilakukan dengan aktivitas mencocok dan mengocok air sabun memakai kocokan telur.

4. Menulis Dot-to-dot


Tahapan awal menulis adalah menggunakan dot-to-dot. Setelah dot-to-dot, anak diajarkan menyalin tulisan dengan diberikan contoh dan tahapan berikutnya barulah menulis dengan dikte. Anda bisa membuat latihan dot-to-dot sendiri atau membeli buku latihannya.

Demikian sekilas tentang terapi okupasi. Tulisan ini saya tulis berdasarkan pengalaman pribadi dan ingatan saya tentang artikel yang pernah saya baca. Semoga bermanfaat...