22 Feb 2012

Tawakkal dalam Berkendara

Akhir-akhir ini begitu marak berita tentang kecelakaan lalu lintas di televisi. Mulai dari bis, mobil sampai sepeda motor. Tak jarang diantaranya memakan korban jiwa yang tidak sedikit. Sementara itu beberapa waktu yang lalu dari obrolan ibu-ibu di sekolah saya juga mendengar bahwa salah seorang wali murid bahkan terpaksa diamputasi jari kakinya gara-gara ditabrak oleh anak SMA saat yang bersangkutan sedang berhenti di pinggir jalan!! Bayangkan kehilangan jari kaki, meski hanya sebelah kaki tentu saja akan berpengaruh pada kekuatan pijakan kaki. Berbagai kabar tadi tak urung sempat membuat ciut nyali beberapa kalangan untuk berkendara, terutama para ibu. Bisa jadi kita sudah hati-hati, orang lainlah yang kurang berhati-hati lantas turut mencelakakan kita. Tapi tentu saja kita tidak bisa meniadakan peran kendaraan dalam hidup, apalagi jika jarak yang harus ditempuh cukup jauh. Solusinya adalah tawakkal, menyerahkan segala urusan kita kepada Allah. Yang perlu kita ingat dalam tawakkal ada 2 syarat. Tak sekedar menyandarkan hati hanya kepada Allah semata, tawakkal juga mengandung dimensi ikhtiar. Nah, sudahkah kita berikhtiar secara maksimal dalam berkendara? Ikhtiar bisa berupa doa naik kendaraan, berhati-hati saat berkendara, maupun melengkapi diri dengan perlengkapan yang memadai meski jarak yang ditempuh tak terlalu jauh. Sayangnya banyak orang merasa aman berkendara ketika jarak yang ditempuh tak jauh. Coba saja lihat berapa banyak yang memakai helm saat mengantar anak sekolah atau sekedar pergi ke mini market. Tak sedikit juga yang merasa repot dan ribet ketika harus pakai helm dengan alasan berat, takut rambut kusut atau ngga ada polisi. Padahal manfaat helm bukan untuk orang lain, melainkan diri kita sendiri. Petaka bisa saja terjadi kapanpun, di mana pun, bahkan mungkin di beberapa meter dari pagar rumah kita. Sudah sedemikian sombongnyakah diri kita yakin akan keselamatan diri dengan usaha sendiri? Yuk bunda, mari sempurnakan tawakkal kita dengan ikhtiar yang maksimal dalam berkendara. Ajarkan kebiasaan baik pada buah hati kita untuk selalu memakai helm (kalau naik motor), mengucap doa dan hati-hati berkendara. Sesungguhnya hidup dan mati manusia ada di tangan Allah. Semoga dengan tawakkal yang sempurna, Allah senantiasa melindungi kita dan keluarga dalam setiap perjalanan yang kita tempuh.

Hanif (2 th) dengan helm pertamanya.


Hanif (3,5 th) dan helm barunya...uk.S (8-10 y.o)^o^

[Review] Langkah Kecilku


Menjadi orang tua bukanlah perkara mudah, apalagi jika si buah hati dilahirkan dengan kondisi ‘spesial’. Berbagai upaya yang dilakukan sang orang tua, bagaimana mereka menyikapi dan menerima kondisi si kecil dengan ikhlas serta mengajarinya tentang kehidupan. Semuanya dirangkum dalam acara baru di B Channel yang bertajuk Langkah Kecilku. Acara yang tayang setiap hari Minggu pukul 08.30 ini mengulas profil anak-anak berkebutuhan khusus beserta orang tua dan terapis yang menanganinya. Tak hanya anak autis, sindrom lain seperti down syndrom, celebral palsy bahkan tuna netra pernah ditayangkan dalam acara ini. Selama setengah jam, pemirsa akan diajak mengenal lebih dekat keseharian si anak ‘spesial’, berdialog dengan sang orang tua dan berbagi tips terapi dengan para terapis. Bagi sesama orang tua anak berkebutuhan khusus, acara ini memberikan inspirasi dan semangat optimisme dalam pengasuhan buah hati. Banyak orang tua lain di luar sana yang berhasil mendidik anak spesialnya. Kasih sayang dan penerimaan sepenuh hati adalah hal yang paling dibutuhkan oleh anak berkebutuhan khusus. Tips terapi yang diperagakan oleh para terapis juga dapat menjadi contoh untuk diterapkan di rumah, baik untuk anak normal maupun yang special-needs. Terkadang kita bermain dengan anak tanpa tahu apa sebenarnya manfaat dari permainan tersebut. Dengan menyimak info dari para terapis, orang tua dapat memperoleh ilmu tentang permainan terstruktur dan terarah. Sedangkan untuk para orang tua yang anaknya normal, acara yang dipandu Choky Sitohang ini memberikan pengetahuan tentang berbagai sindrom anak berkebutuhan khusus sehingga keberadaan mereka akan dapat dipahami dan diterima dengan tangan terbuka di lingkungan masyarakatnya. Meski dilahirkan dengan tidak sempurna, setiap langkah kecil anak-anak spesial ini patut kita hargai karena bagaimanapun mereka juga ciptaan Allah.

7 Feb 2012

Mie Instan untuk Hanif

Hanif sangat suka mie. Untungnya dia mau-mau saja ketika saya kasih bihun atau soun. Tentu saya menyebut keduanya mie di depan Hanif. Bihun atau soun seringnya saya masak ala mie jawa. Tapi kadang ketika saya sedang malas atau Hanif sedang kumat ngga sabarannya, ini sering jadi jurus andalan.
Bahannya:
Soun/bihun jagung kemasan kecil (biasanya 50 gram)
Bubuk kaldu nonMSG
Kecap manis
Lada putih
Garam
Minyak sayur
Cara membuat:
  1. Rebus soun/bihun hingga matang, tiriskan
  2. Campur 1 sdt peres bubuk kaldu nonMSG, sedikit garam, sedikit kecap manis dan sedikit minyak sayur di piring
  3. Taruh soun/bihun rebus di atasnya, campur sampai bumbu merata.
  4. Sajikan dengan taburan bawang goreng dan bakso homemade untuk sumber proteinnya
Pesan:
Ngga boleh sering-sering juga, karena ternyata bubuk kaldu nonMSG masih mengandung hydrolized vegetable protein yang notabene nama lain dari MSG dgn kadar 20-40%. Ini juga tahu dari internet. Tapi emang tidak ada pengaruh yang signifikan pada Hanif, ngga seperti kalau makan yang berMSG langsung deh ngecesss... Yah, sesekali bolehlah *legalisasi hehe...

Spectrum Education and Treatment Centre


Kali ini saya ingin menulis tentang tempat terapi Hanif. Sebenarnya Hanif pertama kali diterapi di sebuah klinik di bilangan Jakarta Selatan. Karena kejauhan, saya memutuskan untuk pindah ke Spectrum atas rekomendasi salah seorang teman yang anaknya sempat diterapi di sana. Letaknya di Bintaro Sektor 7, sebelum jembatan ke arah Lotte Mart belok kiri. Dari ujung jalan, plang Spectrum sudah terlihat. Sejak masih kuliah, saya sudah tahu Spectrum karena sering ke Plasa TELKOM yang terletak tepat di seberangnya. Tadinya saya kira sekolah biasa, tenyata klinik terapi.
Hanif masuk Spectrum bulan September 2010. Prosedur awal biasanya dilakukan assessment dulu, baik oleh dokter (psikiater dan psikolog) serta terapis untuk menentukan tingkat kemampuan anak. Biayanya waktu Hanif dulu 400 ribu. Dari hasil assessment itu juga, akan ditentukan terapi apa saja yang diperlukan dan frekuensinya. Hasil assessment Hanif, skor SDA (Skala Derajat Autis) 33. Rentang skor 30-55 tergolong spektrum autis ringan. Sepertinya skor ini didapat dari ceklist, yang berarti besarannya bisa naik atau turun di kemudian hari tergantung dari intervensi dan stimulasi yang diberikan. Terapi yang didapat Hanif ada 4, yaitu Terapi Perilaku, Terapi Wicara, Terapi Berenang, dan Terapi Sensori Integrasi. Biaya terapi dihitung perjam, berkisar antara 80 ribu sampai 100 ribu. Uang pangkal Hanif 700 ribu untuk 5 jam terapi perminggu. Besaran uang pangkal dan biaya terapi semakin murah jika jam terapi perminggunya makin banyak, pakai sistem tarif regresif.
Fasilitasnya lumayan lengkap. Pertimbangan utama saya memilih Spectrum adalah lokasinya yang dekat dengan rumah, hanya 5 menit naik sepeda motor. Terapisnya baik-baik, sebagian besar muslimah berjilbab. Spectrum juga memiliki Sekolah Khusus (SD dan SMP) di lokasi yang terpisah. Sementara di lantai duanya terdapat Workshop Spectrum, yang merupakan kursus bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Ada beading (meronce kalung dan gelang), membatik, komputer, band, dan banyak lagi. Saya pernah melongok ke dalam kelasnya, subhanallah karya anak-anak bagus-bagus. Walaupun mereka punya keterbatasan, tapi tak menghalangi mereka untuk berkarya. Semoga perkembangan Hanif semakin baik di masa depan dan jadi anak sholeh. Amiiin....


Ruang sensori integrasi


Hanif sedang sesi hydrotherapy


Ruang tunggu, tempat berbagi cerita dengan ibu2 dan mbak2 'hebat'


Hanif di kelas terapi perilaku


Mampir di ruang fisioterapi

6 Feb 2012

Tahu Bulat



Daripada beli jadi yang pastinya pake penyedap, yuuk...bikin tahu bulat sendiri. Karena Hanif alergi telur, saya bikin tahu bulat tanpa telur.
Bahan:
1 buah tahu cina
2 siung bawang putih
Garam dan lada secukupnya
Daun bawang iris halus (saya sering ngga pakai)

Cara membuat:
  1. Lumat tahu dengan garpu. Peras tahu dengan menggunakan kain untuk menghilangkan kadar airnya. 
  2. Parut bawang putih, campurkan ke adonan tahu. Tambahkan garam, lada, dan daun bawang. 
  3. Kepal-kepal adonan tahu sampai bulat padat lalu goreng dalam minyak panas. 
  4. Jangan dibalik sampai kulitnya kecoklatan. Balik dengan hati-hati. 
  5. Angkat, hidangkan.
Tips:
Semakin kering air tahunya, adonan tahu akan makin mudah dibentuk dan hasil gorengannya makin krispi. Tahu akan tetap krispi meski sudah digoreng sejak lama. Beda dengan tahu bulat yang dicampur telur, biasanya akan terasa basah jika sudah dingin.
Sewaktu menggoreng minyak harus panas agar tahu tidak menyebar/hancur dan jangan dibalik-balik sampai tahu berkulit kecoklatan.

Hanif Campak

Sepulang dari Taman Topi, Hanif mendapat oleh-oleh. Keesokan harinya, badannya mulai panas. Panas mulai memuncak di hari Rabu sehingga saya putuskan untuk tidak masuk sekolah dulu. Mau dibawa ke dokter, ah...tunggu besok siapa tahu sembuh. Ternyata masih demam dan mulai muncul bintik merah di punggungnya. Saya pikir alergi, karena Hanif sudah 2 kali merah-merah karena alergi. Tapi kali ini bintiknya lebih kecil dan tidak gatal seperti sebelumnya. Selera makannya memang agak turun, tapi minumnya alhamdulillah banyak banget. Mintanya teh anget terus, bisa 5 gelas besar sehari. Tentu saja hanya saya beri sedikit gula dan warna tehnya pun pucat, asal berwarna aja. Hari Jumat, bintiknya makin menyebar ke seluruh tubuh bahkan sampai belakang telinga. Kata mbak yang bantuin di rumah itu tampek a.k.a campak. Setelah dibaca-baca di internet, kayaknya iya. Urung di bawa ke dokter karena panasnya sudah turun. Seiring meluasnya bercak merah, demam dan nafsu makan membaik. Alhamdulillah Hanif benar-benar sembuh hari Selasa, pas seminggu sakit. Obatnya hanya Sanmol, banyak minum, dan istirahat (ngga keluar rumah). Makannya saya bikinin bubur sendiri, dimakan sedikit-sedikit 2-3 suap, tapi sering. Hikmah sakitnya Hanif kali ini saya jadi tahu gimana rasanya punya anak pendiam hehe.... Ketika sakit, ia jadi pendiam dan tiduran terus di kasur. Padahal sehari-hari Hanif sangat mobile, hobi ngoceh dan bersenandung. Begitu badannya mulai enak, langsung deh ocehannya keluar. Kata ayahnya, “salah makan apa nih?.” Itu tandanya anaknya sudah sehat, ayah...

Info campak bisa dibaca di sini.

Taman Topi Bogor

Ada satu taman hiburan yang bisa dijadikan alternatif menghabiskan akhir pekan bersama anak, letaknya di kota Bogor. Tidak terlalu jauh karena dapat ditempuh dalam waktu 2 jam-an dengan kereta. Namanya Taman Topi. Lokasinya tepat di depan stasiun Bogor, jadi tidak perlu naik angkot lagi untuk mencapainya. Libur Imlek kemarin, kami bertiga pergi ke sana atas rekomendasi teman pengajian yang sering mengajak keempat anaknya ke sana jika liburan tiba. Rencananya mendadak gara-gara Hanif rewel minta jalan-jalan setelah ngendon melulu di rumah selama weekend. Daripada ke mall, kami putuskan ke Taman Topi yang saat terakhir ke Bogor belum sempat kami kunjungi.
Berangkat dari rumah jam 10 pagi, gambling tanpa melihat jadwal kereta. Alhamdulillah dapat kereta jam 10.40, sampai stasiun Tanah Abang jam 11-an, kemudian nyambung kereta ke Bogor jam 11.20. Kami turun di stasiun Bogor jam 12 siang langsung disambut hujan deras. Berteduh sebentar sembari tanya tukang becak di mana pintu masuk ke Taman Topi. Ternyata jalan masuknya ada di sebelah kanan pintu keluar stasiun berjarak 25 meteran. Kelihatan deh topi-topinya. Oh iya, alasan disebut Taman Topi karena toko-toko di sekitar taman beratap beton cor yang dibentuk bermacam-macam topi, mulai topi tentara sampai sombrero. Pas masuk lebih ke dalam lagi, saya baru tahu ternyata di dalamnya ada taman bermain. Tadinya saya pikir taman biasa doang. Namanya Taman Ade Irma Suryani, dikelola oleh pemkot Bogor (baca di tiket). HTMnya 5000 perak per orang, anak di atas 3 tahun harus bayar. Di dalamnya banyak permainan anak-anak, yang untuk menaikinya harus bayar lagi per permainan. Tiket permainannya cukup terjangkau antara 3 ribu sampai 10 ribu. Yang 3 ribu, ada komidi puter, gajah terbang, kincir air,kereta caterpillar. Kereta yang dinaiki Hanif tiketnya 5 ribu. Rupanya Hanif ngga mau naik kereta yang ngga mirip sama kereta alias bentuk hewan. Dia maunya naik yang ada cerobongnya, suaranya mirip kereta dan ada terowongannya. Pinter juga...ngga mau kereta palsu hehe... Tiket monorail harganya 8 ribu, kita bisa mengelilingi taman dan melihat dari atas. Yang paling mahal Bombom Car, 10 ribu. Mungkin karena peminatnya banyak kali. Jika anak masih terlalu kecil, jangan khawatir ada beberapa permainan yang memungkinkan orang tua ikutan, seperti komidi putar, gajah terbang, atau naik monorail. Untuk orang dewasa biar ngga bosen nungguin, ada juga terapi ikan. Itu...yang kakinya direndam trus ditotol-totol ikan kecil-kecil. Lupa harganya berapa. Kita bisa juga memberi makan ikan, ada kolamnya juga di situ. Makanan ikan harganya seribu. Perahu-perahuan juga ada, ngga tahu harganya berapa. Hanif cuma mau naik kereta, kincir air dan monorail. Kereta 3 kali, kincir 2 kali dan monorail 2 kali. Jadi habisnya (3x5 ribu)+(2x3 ribu)+(2x8 ribu)+(3x5 ribu tiket masuk) = 52 ribu. Tiket commuter line pp = (6 ribu+7 ribu) x 2 orang x 2 pp=52 ribu. Totalnya 52 ribu+52 ribu+3 ribu penitipan motor = 107 ribu. Belum termasuk makan loh ya. Jika mau hemat, bawalah makan sendiri dan tikar. Banyak juga koq yang duduk-duduk ala piknik di sana. Tapi kalau ingin praktis, di sekitaran taman ada banyak tempat makan, fastfood CFC jg ada. Mau yang lebih murah, tinggal nyebrang makan di pasar sebelah stasiun. Pulangnya kami naik kereta jam 15.30. Sembari nunggu kereta, saya sempat jalan-jalan di pasar dan membeli piyama untuk Hanif. Akhirnya kereta datang, kami pulang dan sampai di rumah pukul 17.30. Alhamdulillah Hanif senang, senang naik commuter, senang juga main-main di Taman Topi.

Mengajari Hanif membeli tiket.

Hanif yang hepi naik kereta.

Hanif naik monorail sama ibu.