Seringkali ketika saya bercerita tentang Hanif, pertanyaan yang terlontar dari lawan bicara adalah ‘apakah autisme bisa disembuhkan’. Banyak yang beranggapan bahwa autisme adalah penyakit. Autisme adalah bukanlah penyakit, tapi gangguan perkembangan yang terjadi pada diri seseorang sejak ia masih bayi. Gejalanya sangat kompleks. Citra tentang autisme yang melekat pada sebagian orang adalah antisosial alias asyik sendiri sehingga tidak peduli pada lingkungan sekitar. Padahal itu hanya satu dari sekian banyak gejala autisme. Menurut Bu Ratmi, psikolog di sekolah Hanif, ada 3 ciri primer yang biasanya melekat pada anak autis. Yang pertama adalah minimnya kontak mata. Pengalaman awal saya dengan Hanif adalah sangat sulit menjalin kontak mata lebih dari 1 detik. Minimnya kontak mata biasanya menyebabkan anak jadi terlihat cuek, asyik sendiri dan terlambat bicara. Kedua, perilaku berulang yang aneh dan berlebihan seperti flapping, berputar-putar, tertawa atau menangis tanpa sebab. Yang terakhir adalah rigid atau apa ya...terlalu kaku. Misalnya ketika berangkat sekolah, harus lewat jalan yang sama. Jika lewat jalan lain, akan mengamuk atau uring-uringan seharian. Tapi tentu saja mengenali gejalanya sejak dini tak semudah itu. Spektrum autisme sangat luas. Semakin ringan tingkatannya, semakin samar gejalanya. Misal Hanif memang minim kontak mata, tapi untuk ciri kedua ia tidak dominan hanya kadang-kadang terjadi ketika ia salah makan. Ciri yang ketiga malah tidak ada pada Hanif. Yang terpenting adalah jika orang tua merasa ada yang ‘aneh’ pada sang anak, segeralah berkonsultasi pada ahlinya yaitu dokter di klinik tumbuh kembang atau psikiater. Pengalaman saya tentang ‘keanehan’pada Hanif, waktu menjelang 2 tahun dia sudah bisa mengenal huruf dan angka sebelum mengenal warna. Bahkan sampai sekarang pun Hanif belum bisa menyebut warna dengan benar. Padahal warna adalah hal yang paling sederhana. Jangan menganggap remeh keterlambatan perkembangan pada anak. Semakin ringan gejala autisme, memang makin sulit untuk dikenali. Tapi jika diketahui sejak dini, autisme dapat diterapi. Keponakan saya didiagnosa autis umur 2 tahun dan dinyatakan ‘sembuh’ ketika 5 tahun setelah menjalani terapi. Jadi apakah autisme dapat disembuhkan? Sebenarnya itu hanya istilah ketika perkembangan anak autis sudah lebih baik atau sesuai dengan usianya dan ia tidak butuh diterapi lagi. Tapi autis tidak ‘sembuh’, ciri autis biasanya akan tetap ada. Pada keponakan saya, misalnya, ia tidak suka duduk mengobrol sebagaimana anak ABG lainnya tapi lebih memilih untuk berjalan-jalan mengamati benda-benda. Yah, setiap anak diciptakan dengan keunikan masing-masing, anak autis pun istimewa dengan caranya sendiri.