Setelah dari Bandung kemarin, kami terpikir untuk jalan-jalan ke Bogor. Haha...jalan mulu, yah mumpung ada mertua dan keponakan. Kali ini edisi hemat alias naik transportasi umum. Sarana transportasi yang kami pilih adalah commuter alias KRL. Selain cepat dan murah, sekalian ngajakin si Dindha yang belum pernah merasakan sensasi naik kereta. Hehe...secara di Palangkaraya ngga ada kereta.
Kami berangkat dari rumah pukul 7 pagi, naik angkot menuju stasiun Pondok Ranji untuk naik commuter arah Tanah Abang jam 7.45. Harga tiketnya 6 ribu. Mengajak Hanif naik kereta api adalah sebuah perjuangan tersendiri. Hanif sangat suka naik kereta, malah saking sukanya sampai-sampai kalau ada kereta lewat maunya langsung naik. Ngga peduli yang lewat bukan kereta yang dituju, pokoknya harus naik. Kalau ngga dituruti, akan meronta-ronta sambil nangis heboh banget. Jadi datang ke stasiun lebih baik pas sebelum kereta yang akan dinaiki datang. Tapi sayangnya kereta lebih sering telatnya daripada tepatnya. Seperti waktu berangkat kemarin, ada 2 kereta yang akan lewat sebelum kereta yang kami naiki. Akhirnya saya pakai trik. Ketika ada pengumuman kereta akan lewat, Hanif saya ajak ke peron yang berlawanan dengan kereta yang datang. Karena peron di stasiun lumayan tinggi, sewaktu kereta datang Hanif ngga akan bisa menuju kereta tersebut. Tentu saja tangisannya hebooh banget. Untungnya begitu kami naik kereta yang benar, tangisannya langsung stop seketika. Haha...tapi emaknya udah keringetan tuh , gimana ngga megangin anak yang nangis dan meronta pengen naik kereta. Tiba di stasiun Tanah Abang jam 8.10, setelahnya kami lanjut naik kereta Bogor jam 8.30 dengan tiket 7 ribu perorang. Sembari nunggu kereta, saya menyuapi Hanif yang sudah kelaparan dan kecapean nangis hehe... Tak lama, kereta Bogor datang. Untunglah hari Sabtu penumpangnya lumayan sepi. Kami berlima dapat tempat duduk. Perjalanan selama kurang lebih 1 jam terasa singkat. Sampai di stasiun Bogor, ayahnya menyuruh saya memotret jadwal kereta pulang. Ide yang jitu... Dari depan stasiun, kami naik angkot menuju Kebun Raya. Lupa nomor angkotnya, tinggal tanya saja sebelum naik. Saat di dalam angkot, saya bertanya-tanya dalam hati ‘mana taman topi yang katanya depan stasiun?’. Setelah angkot berbelok meninggalkan stasiun barulah saya melihat bagian atas topi raksasa...alamak rupanya tamannya ngga terlihat gara-gara saking banyaknya PKL yang mangkal di sekeliling pagarnya. Sebenarnya dari stasiun ke kebun raya bisa ditempuh dengan jalan kaki 20 menit-an, tapi opsi ini agaknya melelahkan untuk yang membawa anak kecil.
Sampai di kebun raya, pintu masuknya tampak ramai oleh anak sekolah maupun keluarga. Memang lagi musim liburan sih. HTMnya 9.500 per orang. Setelah masuk kami makan dulu di depot bawah pintu masuk (bingung kan? Hehe...). Sotonya enak, bukan karena laper lo ya. Baru setelah makan, kami jalan keliling. Oh ya, ada yang baru (setidaknya saya baru tahu) di kebun raya yaitu mobil wisata. Cukup membayar 10 ribu per orang, kita akan dibawa keliling kebun raya sambil mendengarkan keterangan dari pak sopir yang merangkap sebagai guide. Lumayan sebagai referensi sebelum jalan ke wilayah mana yang mau dituju, juga rasanya lebih masuk mendengarkan deskripsi guide-nya daripada sekedar membaca papan nama-nama pohon yang ada. Berhubung waktu itu Hanif dan Dindha dipangku, jadi kami cukup membayar 30 ribu untuk tur 20 menit kebun raya. Turun dari mobil wisata, kami jalan dan foto sejenak di depan istana. Hiks...Hanif minta es krim. Trus lanjut jalan ke taman entah apa namanya hehe...dan berakhir di museum zoologi. Masuk ke museum ngga perlu bayar lagi. Di dalamnya banyak koleksi hewan-hewan yang diawetkan, ada juga kerangka paus biru. Cukup menarik sebenarnya, sayangnya Hanif ngga tertarik. Jadilah sepanjang dalam museum, saya berusaha membaca keterangan setiap hewan sambil memegangi Hanif yang menarik-narik pengen keluar. Setelah dari museum, kami pergi sholat lalu pulang. Rencana untuk naik delman sambil keliling kota batal karena mendung. Bahkan hujan turun waktu kami hendak naik angkot. Sampai di stasiun sekitar pukul 14.15, alhamdulillah keretanya sudah ada meski adanya di peron 6 yang cukup jauh. Sebenarnya saya pengen tuh mampir ke pasar samping stasiun (biasa ibu-ibu...naluri belanja), tapi ngga jadi karena hujan dan ribet bawa Hanif. Perjalanan pulang terasa dingin...ya iyalah bajunya setengah basah hehe... Rencana awal kami turun di stasiun Pasar Minggu untuk lanjut taksi, tapi urung melihat kemacetan depan stasiunnya. Alhasil jadinya turun di stasiun Sudirman, trus naik taksi deh sampai rumah jam 15.30. Capeee...tapi senang...
Mobil wisata |
Jalan kaki panas-panas sambil makan es krim:( |
Berpose di depan kerangka paus biru Museum Zoologi |