13 Des 2011

Ayah Pulang


Akhirnya hari yang dinanti-nanti selama 2 tahun ini tiba juga. Alhamdulillah setelah dinyatakan lulus minggu kemarin, ayahnya Hanif pulang ke tanah air hari ini tanggal 13 Desember. Saya dan Hanif pergi ke bandara untuk menjemput si ayah. Mumpung sedang tidak ada jadwal terapi sore dan sekalian ngajak Hanif jalan-jalan lihat pesawat. Pesawatnya dijadwalkan landing jam 16.05 dan diperkirakan akan selesai urusan imigrasi sekitar jam 5 sore. Jadilah saya berangkat jam 3 sore menuju Xtrans Bintaro. Maksudnya mau ngirit.com daripada naik taksi. Eh, ternyata Hanif harus bayar sendiri. Yawda deh, gak papa masih lebih murah ini. Perjalanan ke bandara yang saya perkirakan maksimal 1 jam –secara bandara deket klo lewat Serpong- ternyata sampai 1,5 jam. Saya baru tahu kalo setelah ngambil penumpang di Serpong, mobil Xtransnya tidak langsung menuju bandara lewat pintu belakangnya tapi malah belok-belok trus tiba-tiba nongol di tol dekat Carefour Puri Indah dan masuk bandara lewat gerbang depan. Alamaaak...lama. Hanif sempat senewen dan nangis gara-gara bete pengen turun tapi ngga nyampe-nyampe hehe... Kami tiba di terminal kedatangan luar negeri sekitar jam 16.45, janjian ketemuan sama saudara temennya si ayah yang mau ngambil titipan. Lagi-lagi Hanif rewel, terpaksa disogok pake Nu Green Tea. Sekitar 10 menit kemudian (yang terasa begitu lama...), akhirnya si ayah nongol. Saya biarkan Hanif lepas dari gandengan saya. Pengen tahu dia masih inget ngga sama ayahnya. Meski sempat berhenti di tengah jalan, Hanif antusias lari menyambut ayahnya. Hiks...terharu saya, klo ngga inget di tempat umum udah nangis bombay deh hehe.... Selanjutnya ayahnya digandeng teruuus, emaknya ngga laku hari ini. Tapi sesekali Hanif menoleh ke belakang, mengupdate lokasi emaknya yang kebagian mendorong troli.



Bagi saya, kepulangan suami kali ini begitu melegakan dan sangat saya syukuri. Kalau mengingat 2 tahun yang lalu saya ada di tempat yang sama untuk mengantar suami berangkat, rasanya tak percaya kalau pada akhirnya saya akan bisa melewati 2 tahun ini dengan baik. Memang awalnya saya dan Hanif direncanakan untuk menyusul suami di pertengahan studi, tapi Allah punya rencananya sendiri. Hanif didiagnosa autis ketika ayahnya menjalani semester kedua. Dengan pertimbangan lingkungan beda bahasa mungkin akan memperlambat perkembangan keterampilan bicara Hanif, akhirnya rencana awal dibatalkan dan saya tetap di Indonesia. Kemudian setelahnya pengasuh Hanif –sejak ia bayi- minta pulang dan saya memutuskan untuk cuti di luar tanggungan untuk mengasuh Hanif sendiri. Begitu banyak kejadian yang kami lewati 2 tahun ini, alhamdulillah Allah selalu memberi kemudahan. Walau suami nun jauh di sana, pada saat-saat penting selalu pas lagi liburan semester. Ketika butuh bantuan pun, alhamdulillah tante saya bisa dicalling untuk datang jauh-jauh dari Surabaya. Begitu pula ketika harus mudik hanya berdua dengan Hanif, koq ya pas mbahnya pindah ke Maos. Jadinya lebih dekat. Namun ada juga masa-masa di mana saya merasa berat menjalani semua ini sendirian dan berharap seandainya suami tak perlu kuliah jauh-jauh. Tapi saya sadar bahwa suami mungkin merasakan hal yang sama, berat jauh dari anak dan istri dan masih harus mikir kuliah pula. Yah...selalu ada perjuangan dan pengorbanan dalam hidup. Semoga Allah menjadikan keluarga kecil kami menjadi kuat setelah apa yang kami lalui. Semoga juga kepulangan suami ini memberikan pengaruh positif pada perkembangan buah hati kami, Hanif. Amiiin....