4 Des 2012

Resensi: Dragon Slipper




Jessica Day George, Bloomsburry, 2007

Demi mengangkat derajat keluarganya dari kemiskinan, Creel menuruti saran konyol bibi asuhnya. Mengumpankan dirinya pada naga yang dipercaya tinggal di gua di puncak bukit yang tertinggi agar seorang ksatria (yang kaya tentu saja) menyelamatkan dan menikahinya. Meski cerita tentang naga itu kedengarannya hanya mitos dan mungkin sang ksatria akan urung menikahinya karena ia bukanlah seorang putri, tidak cantik, juga miskin, siapa sangka mitos tentang naga itu benar adanya. Sang naga yang bernama Theoradus terpaksa membawa Creel masuk ke sarangnya di dalam gua. Theoradus  ternyata tidak berniat memakannya. Ia naga yang baik dan hobi mengkoleksi sepatu, bukannya emas seperti dugaan kebanyakan orang. Theoradus telah hidup enam ratus tahun lebih di dalam gua dan ia menghindari manusia. Maka ketika mengetahui bibi Creel berhasil meyakinkan putra tuan tanah untuk menyelamatkan Creel dari tawanan naga, Theoradus bingung karena ia tak ingin ada pertumpahan darah. Akhirnya Creel menawarkan diri untuk menyelesaikan masalah dengan imbalan sepasang sepatu koleksi Theoradus. Theoradus setuju dan Creel memilih selop biru yang cantik dan berdesain unik. Meski awalnya Theoradus keberatan atas pilihan Creel, ia tetap menepati janjinya. Creel turun gunung dan bertemu putra tuan tanah. Ia berkata bahwa sang naga tiba-tiba mati karena usia tua jadi ia bisa keluar dengan selamat. Creel juga berpesan agar mengatakan pada bibinya bahwa dirinya akan pergi ke King’s Seat, ibukota kerajaan untuk mencari kerja agar tak menjadi beban sang bibi. Lalu Creel pun melanjutkan perjalanannya meninggalkan kota Carlieff menuju King’s Seat dengan memakai selop barunya yang ternyata tak hanya mempertemukannya dengan naga-naga lain tapi juga seorang pangeran...

Sewaktu kecil, saya suka sekali dongeng klasik. Sampai-sampai saya punya favorit spot di rumah teman ayah yang anaknya punya satu set dongeng klasik hard cover. Kini begitu banyak dongeng-dongeng modern yang ditulis ulang dari dongeng klasik maupun kreasi baru. Jessica Day George adalah salah satu penulis dongeng modern favorit saya. Salah satu kelebihan dongeng modern adalah penyimpangan ‘pakem dongeng’. Jika biasanya tokoh utama adalah putri cantik yang lemah lembut ala ‘princess’, Creel sama sekali tak cantik, muka berbintik, tetapi pemberani. Ia berani mempertahankan haknya bahkan di hadapan bangsawan kerajaan. Tentu ini bisa menginspirasi pembacanya untuk tampil ‘berani’ seperti Creel. Lalu naga yang biasanya kejam bin mengerikan, di buku ini malah digambarkan hobi mengkoleksi sepatu, kaca patri, bahkan anjing. Saya geli sendiri saat membacanya. Dari segi plot, Jessica meramu kisah ‘selop naga’ ini dengan ketegangan yang terjaga dari awal sampai akhir cerita. Klimaks cerita di mana terjadi peperangan dengan naga begitu menegangkan sampai saya rela bergadang membaca saking penasarannya. Dialog antar para karakternya juga  lucu dan bahasa yang digunakan sangat mudah dimengerti hingga saya lupa kalau sedang membaca dalam bahasa Inggris. Endingnya...bahagia (hore!!!) walau ada sedikit sedih. Beberapa misteri dibiarkan belum terjawab di ending. Mungkin dikarenakan ‘selop naga’ ini adalah seri pertama dari serial Dragon Slipper. Hhmm dongeng yang seru...jadi pengen baca sekuelnya^^