Sebagai orang visual, saya suka sekali nonton film. Ketika
musim libur sekolah zaman masih SD, saya sampai lupa mandi gara-gara asyik
nonton film anak dari satu saluran ke saluran tv lain. Kini nonton film adalah
hal yang langka. Beda dengan membaca buku yang bisa dicicil per lembar, untuk
menonton film saya harus meluangkan waktu minimal 1,5 jam tanpa gangguan. Hanya
mungkin dilakukan ketika Hanif tidur siang atau mengurangi jatah tidur malam,
yang biasanya saya ikutan tidur juga atau menyempatkan online. Minggu kemarin
Hanif tidur siang lebih cepat karena capek berenang, akhirnya bisa juga saya
nonton film ini yang DVDnya sudah dibeli entah dari kapan.
Merida adalah putri mahkota dari Raja Fergus dan istrinya.
Tak seperti putri pada umumnya, Merida tumbuh sebagai remaja tomboi yang gemar
berkuda dan memanah. Sang ratu bahkan harus sering mengingatkannya untuk
berlaku anggun layaknya putri raja. Mengingat usia Merida yang beranjak dewasa,
Ratu mengirim surat undangan untuk berkompetisi menjadi calon suami Merida ke
tiga klan tetangga. Ternyata ketiga klan tetangga setuju untuk menjadi pelamar
potensial dan turut kompetisi. Merida yang merasa belum siap untuk menikah
protes, tapi tak digubris ibundanya. Ketika ia membuat kekacauan di kompetisi
tersebut, Ratu marah besar dan membuang busur kesayangan putrinya ke perapian.
Merida yang kalut kabur dari rumah dan tak sengaja tersesat ke pondok seorang
penyihir. Kemudian ia meminta ramuan untuk mengubah ibunya agar tak lagi
memaksanya menikah. Ramuan itu berhasil, ibunya benar-benar berubah
jadi...beruang!! Kini Merida tak hanya harus berjuang mengembalikan wujud
ibunya,tapi juga harus menyembunyikan sang ibu –yang sekarang beruang- dari
ayahnya yang sudah kehilangan sebelah kakinya karena menyelamatkan Merida kecil
dari serangan beruang.
Saya selalu suka dongeng. Makanya ketika Pixar
mengeluarkan film bertema dongeng, saya langsung pengen nonton. Apalagi film
ini digadang-gadang sebagai film pertama Pixar yang tokoh utamanya perempuan.
Saya juga baru sadar hal itu, padahal saya sudah nonton hampir semua kartun
Pixar. Temanya sih klasik, tentang pertentangan ibu dengan putrinya yang
beranjak dewasa yang melibatkan kekuatan sihir. Film yang saya ingat mengambil
tema (hampir) serupa adalah “Freaky Friday”-nya Lindsay Lohan. Jujur, awalnya
saya sempat agak kecewa ketika menyadari film ini ngga ada ‘prince
charming’-nya, haha...ternyata saya kuno sekali ya. Ketiga ‘calon’ Merida di
film ini sama sekali ‘ngga banget’ tapi lucu sih. Kelucuan juga tercipta
berkat ketiga adik kembar Merida yang jahil, pun ketika Sang Ratu berusaha
tetap anggun dengan wujud beruangnya. Film ini terasa
istimewa berkat penyampaian cerita yang apik dan gambar animasi yang indah khas
film-film Pixar. Keharmonisan hubungan Raja dan Ratu yang beda karakter juga
memberi kesan tersendiri bagi saya. Biar dikata endingnya tertebak, tetep aja
saya ikutan nangis di endingnya, terharu hiks... Film ini cocok ditonton
bersama keluarga.