6 Mar 2013

Resensi: Dragon Spears

 

Jessica Day George, Bloomsburry, 2010

Di sekuel ketiga dari Dragon Slipper ini, Shardas dan rakyatnya telah pindah ke Far Isles, pulau nun jauh di ujung wilayah Feravel yang disetujui oleh Raja Feravel untuk dihuni para naga. Sementara itu Creel sembari mempersiapkan gaun pengantinnya, berencana mengunjungi Shardas dan Velika ke Far Isles sebelum hari pernikahannya. Ia mengajak serta Luka dan Hagen, adiknya yang telah datang ke King's Seat bersama bibinya sekeluarga dalam rangka pernikahan. Setelah menempuh perjalanan panjang dan membawa serta jahitan gaun pengantinnya, Creel, Luka, dan Hagen akhirnya tiba di pulau tempat tinggal naga. Di sana kejutan telah menanti Creel. Ia tak hanya bertemu semua sahabat naganya, tapi juga dikejutkan bahwa Velika, Queen of Dragon, sedang mengandung. Creel merasa sangat bahagia dikelilingi para naga yang sudah seperti keluarganya sendiri. Tapi kebahagiaan tidak berlangsung lama. Ketika tengah malam, segerombolan naga asing yang pendek dan berkulit kusam menculik Velika dan membawanya pergi dengan jaring. Creel yang saat itu tengah bersama Velika, ditinggalkan di satu pulau terpencil. Siapakah naga-naga tadi? Mengapa mereka menculik Velika? Lalu siapa orang-orang primitif yang bersama mereka?

Sama seperti buku keduanya -Dragon Flight, di buku ini Shardas dkk. kembali berhadapan dengan sesama naga. Mungkin karena para naga sudah menjauh dari habitat manusia, jadi kecil kemungkinan tokoh jahatnya manusia. Tapi kali ini saya merasa endingnya agak sulit tertebak alias lumayan unpredictable. Kadang saya sering menebak ending buku yang saya baca "ah paling tar gini akhirnya" dan Dragon Spears ini tak bisa saya duga-duga. Pusat kisahnya adalah penculikan Velika yang ternyata berhubungan dengan sejarah para pendahulu naga. Creel seperti biasanya selalu tampil heroik atau meminjam istilah Luka, selalu tak bisa menahan diri untuk tak terlibat dalam bahaya. Bahkan ia sampai dua kali mengorbankan gaun pengantinnya demi Velika dan bayi naganya. Untung saja Creel adalah dressmaker, jadi bisa me-remake baju pengantinnya sendiri. Nah, yang paling ditunggu-tunggu di sekuel terakhir tentu saja ada wedding!!!  Finally, it's wrapped, selesai sudah trilogi Dragon Slipper. Kalau ditanya yang paling bagus, tentu saya pilih buku pertama. Alasannya buku pertama yang paling bikin emosi. Tokoh antagonisnya Putri Amalia yang super duper nyebelin justru membuat cerita jadi lebih seru. Tapi ketiga-tiganya bagus koq. Thrilling dragon tales even for a not-big fan of dragons:)