17 Feb 2013

Resensi: Dragon Flight

 


Jessica Day George, Bloomburry, 2009

Setahun telah berlalu sejak terjadinya Dragon Wars, di mana para naga yang dikendalikan oleh Si Jahat Putri Amalia dengan selop kulit naganya menyerang kerajaan untuk merebut tahta Feravel. Namun pada akhirnya Putri Amalia berhasil dikalahkan saat Velika, Queen of Dragons, terjun ke Boiling Sea yang beracun membawa serta si putri jahat bersamanya. Shardas, King of Dragons, pun menyusul pasangannya terjun ke dalam Boiling Sea. Creel yang kini memiliki toko butiknya sendiri bersama Marta dan Alle, menemukan bahwa ternyata Shardas masih hidup setelah sempat berpikir sahabatnya itu mati tenggelam di Boiling Sea. Begitu pun dengan Velika, keduanya masih hidup meski terluka cukup parah. Tapi hari-hari yang tenang nampaknya masih jauh dari angan Creel, Prince Luka yang tengah ditugaskan Raja Feravel ke Citatie mengirim berita bahwa puluhan ekor naga terlihat beterbangan bebas di langit Citatie. Kabarnya Raja Citatie berniat menyerang Feravel melewati Roulaini, yang tepat berada di antara Feravel dan Citatie. Creel, antara sukacita akan bertemu dengan Luka dan cemas atas kemungkinan meletusnya perang naga yang kedua, berangkat ke Citatie bersama beberapa kawan naganya, Marta, dan Tobin -tunangan Marta-. Mereka akan menyamar untuk menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi di Citatie. Benarkah perang naga babak kedua akan meletus?
 
Butuh waktu beberapa lama bagi saya untuk mulai membaca lagi kelanjutan dari Dragon Slipper. Maklum saya bukanlah fans berat naga. Tapi begitu membaca 5 chapter pertama, ternyata saya tak bisa menahan untuk langsung terus membaca sampai selesai. Rupanya di sekuel kedua penulisnya tak mau bertele-tele untuk mencapai klimaks cerita. Berbeda dengan buku pertama yang antagonisnya manusia, yang jadi the evil-nya di sini adalah naga (ups..spoiler). Jadi kali ini naga versus naga dan para manusia terjepit di tengahnya hehe... Lalu saya juga sempat heran ketika cerita menjadi antiklimaks jauh sebelum akhir buku, tapi ternyata ada hal penting lain yang diangkat. Tentang kemungkinan manusia hidup berdampingan dengan para naga, yang secara tak langsung turut andil dalam dua perang di mana banyak korban manusia dan kenyataan bahwa selama ini para naga hidup bergantung pada manusia, dengan mengambil ternak, hasil panen, dan benda-benda koleksi mereka. Tapi sejujurnya saya agak kurang puas dengan akhir perang naga kali ini, rasanya setelah deg-degan seru eh koq gitu doang akhirnya. A little bit too easy for the ending, but I'm quite enjoying the way to it. Untuk kisah Creel dan Prince Luka, ada banyak kemajuan di seri kedua ini. Pangeran kedua Feravel itu tak lagi menutupi perasaannya pada Creel and he is proposing...finally!!! Tapi ngga romantis huh...hehe.... Meski tak segreget buku pertama, buku kedua ini tetap menawarkan kisah petualangan tentang naga dan manusia yang asyik dan seru untuk dibaca. Masih penasaran dengan kelanjutan Creel dan Prince Luka...yukz lanjut ke sekuel terakhirnya Dragon Spears.