Akhir September lalu, tepat 2 tahun Hanif menjalani terapi.
Saya jadi berpikir ingin men-share jenis-jenis terapi yang diikuti Hanif. Tentu
saja tulisan ini tidak berdasarkan ilmu pengetahuan ya, hanya sharing
pengalaman saja.
Terapi perilaku bisa dibilang dasar dari semua jenis terapi.
Terapi perilaku berfungsi untuk membentuk pola perilaku anak sesuai yang kita
inginkan dengan metode reward and no-reward. Hampir semua anak yang ikut terapi
di tempat yang sama dengan Hanif, mendapatkan terapi jenis ini. Tak hanya anak
berkebutuhan khusus saja, anak yang salah pola asuh pun bisa disarankan
mengikuti terapi perilaku. Misal anak yang dibesarkan dengan budaya permisif
(apa-apa boleh alias dimanja), dapat dibentuk perilakunya dengan terapi ini.
Prinsipnya adalah memberikan reward bila anak melakukan apa
yang diminta dan membatalkan atau menarik reward bila anak menolak atau tak
melakukannya. Ada beberapa latihan dalam terapi perilaku yang saya ketahui.
Latihan pertama adalah belajar duduk, tidak keluar dari kursi. Sambil duduk
anak diberikan berbagai aktivitas agar anak betah. Nangis ngga? Tentu saja, Hanif
masih menangis sampai 3 bulan terapi. Wajar saja, anak yang biasanya tidak bisa
diam ‘dipaksa’ untuk terus berada di kursi selama sesi terapi. Saya bahkan
sempat berpikir menghentikan terapi karena tidak tega mendengar tangisannya.
Tapi alhamdulillah hasilnya sekarang Hanif bisa duduk tenang saat makan di
tempat publik.
Tahap yang kedua adalah latihan kontak mata. Biasanya
menggunakan berbagai benda yang didekatkan ke mata kita agar anak tertarik dan melihat
kita. Lambat laun anak akan bisa memandang saat kita panggil walau tanpa
pancingan ‘benda’. Hanif juga sudah bisa dipanggil, walau kontak matanya masih
sangat sebentar. Lalu ada tahapan imitasi atau meniru, terapis akan
mencontohkan dan anak diminta menirukan. Misal terapis bilang tirukan sambil
menepuk meja. Jika semakin pintar,
perintah tak lagi dengan contoh tapi cukup dengan ucapan. Contohnya ambil warna
merah. Beberapa tahapan terapi tersebut bermanfaat untuk membentuk sikap
belajar yakni bisa duduk tenang dan paham perintah. Ibarat hendak memasukkan
air ke dalam botol, tentu akan sulit bila botolnya terus bergoyang, gitu kata
terapis. Mungkin ada banyak lagi jenis latihan/tahapannya, tapi yang saya tahu
cuma dasarnya saja^^.
Tools yang digunakan selama terapi perilaku ini ada
bermacam-macam. Yang paling sering digunakan adalah label gambar. Selain berfungsi
untuk mengenalkan, label gambar juga bisa dipakai untuk latihan kontak mata.
Jenisnya bermacam-macam, ada label huruf, angka, warna, tempat, profesi,
asosiasi, hewan, sayuran dan lain-lain. Orang tua juga bisa membuat sendiri di
rumah untuk label seperti huruf, angka, warna atau suku kata.
Mainan
juga dipakai selama terapi. Mainan edukatif bisa untuk melatih konsentrasi dan pemahaman.
Mainan telepon bisa dipakai untuk pengenalan dan bermain peran. Mainan juga
dapat diberikan sebagai reward,apalagi jika anak suka mainan tertentu. Berikan
mainan tersebut hanya jika anak melakukan dengan benar apa yang diminta. Dengan
begitu, anak akan terdorong untuk belajar patuh. Selain itu, reward dapat pula
berupa sorakan, pujian, tepuk tangan atau pelukan.