“So...bakso.... Ibu Guru punya bakso nih! Siapa mau beli?.”
Anak-anak berebut menghampiri. “Aku! Aku!.”
“Ayo, yang anak sholeh, duduk dulu. Kasihan yang di belakang ngga bisa lihat”
“Nih, bakso yang ini terbuat dari kayu. Boleh disusun jadi menara. Ditumpuk dua boleh, satu-satu pun boleh. Biar tinggi kayak menara WTC.”
“Kalau mau pipis ke WTC ya bu?.”
Hehe...itulah percakapan yang sempat saya dengar ketika mengikuti Class Visit di sekolah Hanif. Ibu Guru sedang mengajari anak-anak membuat menara dari balok kayu. Saya dan Bu Dewi, salah satu wali murid juga, berkesempatan ikut Class Visit minggu lalu. Tujuannya untuk memberikan masukan pada pihak sekolah tentang kegiatan belajar, baik metode, media, maupun cara pengajaran. Selama 1,5 jam di dalam kelas, saya diperkenalkan sebagai guru baru...hanya untuk sehari hehe...dan selanjutnya menjadi asisten Ibu Guru. Kegiatan hari itu sholat dhuha, meronce, menyusun menara, memasang puzzle, lalu makan snack bersama. Subhanallah...ibu gurunya sudah oke cara mengajarnya. Malah saya yang jadi berlajar banyak hari itu. Tentang bagaimana cara bicara yang menarik perhatian anak, melerai anak yang bertengkar, membujuk yang nangis, mengajari sholat, sampai membiarkan anak makan secara mandiri meski berantakan. Padahal ibu gurunya sebagian besar masih single loh. Sayangnya saya tidak bisa visit di kelas Hanif karena Hanif kolokan kalau ada ibunya. Tapi saya cukup puas mendengar cerita Bu Dewi yang visit di kelas Hanif. Katanya “Hanif mau ikut kegiatan, Bu”. Alhamdulillah...