26 Nov 2011

Morning Light



Sejujurnya bukan masanya lagi saya membaca novel bergenre teenlit. Malu...inget umur hehe... Tapi novel yang satu ini beda, yang jelas saya tidak menyesal membacanya. Awalnya gara-gara nama penulisnya terasa familiar bagi saya, dan ternyata benar...sang penulis adalah teman seangkatan saya waktu kuliah tapi beda spesialisasi. Aih...makin penasaran nih. Jadilah saya meminjam buku ini dari adik kelas saya. Teteup...ngga modal...
Cover buku ini bergambar bunga matahari, tapi entah kenapa judulnya morning light. Sinopsis di cover belakang buku ini menuturkan tentang bunga matahari yang lelah terus menatap matahari. Singkat kata, awalnya saya menyimpulkan ceritanya mirip cintapuccino kali ya, cinta bertepuk sebelah tangan... Ternyata saya salah. Ada 4 tokoh sentral di buku ini Sophie, Devon, Julian dan Agnes. Mereka sohiban sejak SMP dan mereka berempatlah bunga mataharinya. Sophie yang ingin jadi penulis tapi dibayang-bayangi ketenaran sang mama, jurnalis ternama. Devon yang cinta sepak bola, jadi tertekan berlatih di bawah arahan sang ayah yang mantan pesepak bola handal. Julian yang berambisi melebihi prestasi yang pernah diraih kakaknya. Sementara Agnes selalu merasa dirinya tidak dicintai orang tuanya karena tak sepintar dan secantik almarhumah kakaknya. Mereka berjuang untuk lepas dari bayang-bayang matahari dan mendukung satu sama lain. Bagaimanakah akhir ceritanya? Baca sendiri ya...
Di luar dugaan saya menyukai buku ini. Padahal si empunya buku bilang “ngga terlalu bagus mbak”. Yah, selera beda-beda. Ceritanya mengalir dan cela-celaan antar 4 sahabat yang akhirnya “in love” satu sama lain membuat buku ini tidak membosankan. Saya bahkan senyum-senyum sendiri karena lucu. Tentang cinta-cintaan, meski ada tapi tidak menjadi fokus utama di novel ini. Pokoknya beyond ekspektasi saya terhadap novel teenlit umumnya. Mereka berempat saling mendukung sampai akhirnya menyadari ada sesuatu yang berbeda, pun tanpa harus dinyatakan dengan kata "suka" -yang menurut saya norak:p-. Siapa sama siapa hayo? Bagaimana pun, yang terpenting adalah moral values dari novel ini. Just be yourself, secara penting banget tuh buat para ABG. Hehe...yang udah ngga ABG lagi.
For Windhy, keep up the good work. Salut masih bisa bikin novel padahal kerjanya 7.30 to 5. Penasaran pengen baca novelnya yang lain:)