25 Mar 2015

Resensi: 30 Paspor di Kelas Sang Profesor #1


J.S. Khairen, Noura Books, 2014

Setelah sekian lama, ini kali pertama di tahun 2015 finally i'm back to printed books. Kebetulan saat mencari kado kenang-kenangan untuk anak magang, saya menemukan buku ini. Kayaknya bagus nih...baru sebulan terbit sudah cetak ulang. Akhirnya saya beli dobel, untuk kado dan diri saya sendiri hehe. Sebenarnya saya agak malas membaca buku cetak karena biasanya bukunya akan di-"bully" oleh Hanif. Tapi kini Hanif yang semakin besar mulai bisa memperlakukan buku sebagaimana mestinya hehe...

Bayangkan saja jika Anda diberikan tugas kuliah "harus" pergi keluar negeri, sendirian, dan paling lambat dalam waktu 1,5 bulan harus sudah berangkat? Horror kan? Gak dikerjakan...tar takut gak lulus. Mau ngga mau harus dikerjakan... Begitulah kiranya perasaan 30 mahasiswa Matkul Pemasaran Internasional Jurusan Manajemen FE UI ketika diberikan proyek yang nyentrik oleh Sang Profesor Rhenald Kasali. Berbagai pengalaman seru 30 mahasiwa (tepatnya 16 orang di buku 1) terangkum dalam buku ini. Mulai dari ketinggalan pesawat, kesasar, sampai kena tipu. Tapi ternyata yang ditolong oleh orang asing pun tidak sedikit.

Pikiran pertama saat membaca 'kenyentrikan' Pak Rhenald adalah "waah, asyiik banget jadi mahasiswanya". Tapi...kalau saya pas masih mahasiswa culun diberikan tugas yang sama...stress pasti. Mengurus tetek bengek paspor, tiket, dan itinerary itu ribet. Belum lagi duitnya dari maneee? Gak boleh ke Singapore pula -yang deket hehe... Namun justru di situlah letak "pembentukan karakter" yang dirancang oleh sang profesor. Bagaimana mengatasi hambatan dan melecut diri sendiri sampai batas maksimal. Self driving excercise, seperti yg tertulis di covernya. Yang dari desa, boro-boro bikin paspor...naik pesawat aja belum pernah. Di sisi lain, yang sudah beberapa kali ke luar negeri ternyata juga mengalami "kesulitan" seperti halnya para traveler newbie karena perginya sendirian. Kesendirian pada akhirnya memang memaksa manusia untuk berputar otak, berhubungan dengan orang asing meski dengan berbagai kendala, bahasa, budaya dan banyak hal. Jika ditanya tulisan mana yang paling berkesan di buku 1? Maka saya pilih kata pengantarnya. Haha...jam terbang memang tak bisa bohong. Pak Rhenald mengangkat kisah Colombus sebagai analogi latar belakang penugasan ke luar negeri. Kegagalan Colombus menuju India malah membawanya menemukan benua Amerika. Bukanlah hasil yang paling penting, tapi proses untuk terus maju dan mengatasi segala kesulitan. Kisah perjalanan ke-16 mahasiswa di buku ini terasa warna-warni. Sayang foto perjalanannya cuma ada di halaman judul saja dan tanpa keterangannya. Jadi saya kerap mencocokkan kembali ini foto siapa, sama siapa, pas sedang apa setiap usai membaca satu kisah. Gaya penulisan tiap kisah berbeda-beda...ada yang mengalir dan tersimpul dengan baik tapi ada juga yang alurnya agak mbulet (tidak mengalir). Mungkin memang asli tulisan mahasiswanya yang diedit seperlunya. Saya sempat jeda membaca di beberapa kisah yang saya anggap agak boring hehe...tapi saya berhasil membaca sampai selesai. Terus terang buku ini mengingatkan saya untuk tak berlama-lama "camping" di zona nyaman. Salam perubahan^^

ikutan (pura-pura) baca
Diposting untuk Lucky No.15 Reading Challenge - Something New