Jika awal bulan lalu saya sempat memposting kepindahan saya ke bidang lain, here I am in my new place. Yaah, masih new lah, kan baru sebulan lebih. Saya dipindahkan ke Bidang Perencanaan dan Pengembangan Diklat. Sesuai dengan namanya, kerja bidang ini adalah merencanakan dan mengembangkan diklat, khususnya di bidang pajak. Di bidang Renbang ada tiga subbidang, yaitu program, kurikulum dan tenaga pengajar. Subbid program menentukan diklat-diklat apa saja yang perlu dilakukan dalam setahun, subbid kurikulum memotori pembuatan kurikulum dan bahan ajar, lalu subbid tenaga pengajar menangani rekomendasi pengajar untuk masing-masing diklat serta pengembangan widyaiswara (pengajar). Saya ada di subbid tenaga pengajar.
Penyesuaian awal saya lakukan dengan agak susah payah. Menghafalkan widyaiswara (WI) yang jumlahnya 28 orang, letak mejanya dan kompetensinya. Yang terakhir yang paling susah. Sebenarnya para WI tersebut sudah dikelompokkan berdasarkan kluster kompetensinya yaitu KUP, PPh, dan PPN. Tapi ternyata tak sesederhana itu karena terkadang mata pelajaran dinamai spesifik seperti Imbalan Bunga, Karakteristik Subjek Pajak. Saya yang berbackground akuntansi ini super-duper-oon masalah perpajakan. Yang mana KUP, yang mana PPh.... But the show must go on, learning while doing. Lalu jika pengajar di Pusdiklat penuh atau kompetensinya tidak sesuai dengan materi, maka saya juga harus menghubungi pengajar dari luar, baik dari Balai Diklat di daerah, Pusdiklat lain maupun dari kalangan akademisi. Bersurat, bertelepon, bersms...di sini kemampuan berkomunikasi mutlak dibutuhkan. Saya yang biasa menulis tak lantas membuat urusan 'komunikasi' ini berjalan lancar. Memilih kata-kata sedemikian rupa sehingga pesan tersampaikan kepada pihak lain secara halus tetapi tetap tepat secara makna. Kesalahan berbahasa bisa menimbulkan artikel baru di website (baca di sini).
Bekerja di tempat baru memberi kesadaran bahwa saya masih harus banyak belajar. Mungkin saat ini saya merasa berada dalam zona tak nyaman, tapi bukankah hal yang sama terjadi pada masa-masa awal saya menjadi bendahara di BDK Balikpapan? Ibarat belajar jalan, saya masih nabrak-nabrak dan sering jatuh saat ini hehe... Semoga segala sesuatunya akan lebih baik ke depannya nanti. Amiin...
Penyesuaian awal saya lakukan dengan agak susah payah. Menghafalkan widyaiswara (WI) yang jumlahnya 28 orang, letak mejanya dan kompetensinya. Yang terakhir yang paling susah. Sebenarnya para WI tersebut sudah dikelompokkan berdasarkan kluster kompetensinya yaitu KUP, PPh, dan PPN. Tapi ternyata tak sesederhana itu karena terkadang mata pelajaran dinamai spesifik seperti Imbalan Bunga, Karakteristik Subjek Pajak. Saya yang berbackground akuntansi ini super-duper-oon masalah perpajakan. Yang mana KUP, yang mana PPh.... But the show must go on, learning while doing. Lalu jika pengajar di Pusdiklat penuh atau kompetensinya tidak sesuai dengan materi, maka saya juga harus menghubungi pengajar dari luar, baik dari Balai Diklat di daerah, Pusdiklat lain maupun dari kalangan akademisi. Bersurat, bertelepon, bersms...di sini kemampuan berkomunikasi mutlak dibutuhkan. Saya yang biasa menulis tak lantas membuat urusan 'komunikasi' ini berjalan lancar. Memilih kata-kata sedemikian rupa sehingga pesan tersampaikan kepada pihak lain secara halus tetapi tetap tepat secara makna. Kesalahan berbahasa bisa menimbulkan artikel baru di website (baca di sini).
Bekerja di tempat baru memberi kesadaran bahwa saya masih harus banyak belajar. Mungkin saat ini saya merasa berada dalam zona tak nyaman, tapi bukankah hal yang sama terjadi pada masa-masa awal saya menjadi bendahara di BDK Balikpapan? Ibarat belajar jalan, saya masih nabrak-nabrak dan sering jatuh saat ini hehe... Semoga segala sesuatunya akan lebih baik ke depannya nanti. Amiin...
seusai in house training |