Suatu hari saya mengajak serta Hanif ke pengajian rutin di rumah seorang teman. Tak lupa saya bawa juga Samsung Galaxy Tab-nya untuk jaga-jaga ketika dia rewel atau bete. Saat tiba di sana, ternyata anak teman saya (Hasna namanya) juga membawa Ipad-nya. Di mana-mana rumput tetangga selalu kelihatan lebih hijau yang akhirnya menyebabkan Hanif dan Hasna bertukar gadget. Beberapa saat berselang, terdengar celetukan dari Hasna "Ummi, ini gimana?". Rupanya Hasna tak familiar dengan Galaxy Tab. Tak berapa lama lagi kembali terdengar "Ummi, ngga bisa..." dan seterusnya berulang hingga akhirnya Hasna meminta kembali Ipadnya. Sementara Hanif sedari tadi anteng-anteng saja memainkan Ipad milik Hasna. Terlepas dari kemudahan Ipad yang hanya punya 1 tombol, saya baru sadar ternyata Hanif memiliki logika yang cukup bagus. Ia tak pernah memainkan Ipad tapi bisa dengan lancar menggunakannya dengan menyamakan cara-cara yang biasa dia lakukan pada Galaxy Tab. Kali lain saya mendapati Hanif dengan lancarnya memutar lagu dari BB teman saya padahal ayah dan ibunya ngga ada yang pakai BB. Ayahnya pakai Iphone (yang sama sekali ngga boleh dimainkan Hanif) dan saya masih setia pakai Nokia E63 jadul (yang juga sudah dikuasainya). Ia pun lancar memakai Galaxy Tab 2 yang sedikit beda dengan miliknya GT P1000. Satu hal lagi yang saya sadari dengan melihat Hanif memainkan berbagai gadget adalah ia tak pernah takut untuk mencoba. Fearless Hanif^^. Kalau anak lain akan spontan berteriak minta tolong saat salah pencet dan tampilan layar berganti, sebaliknya Hanif akan terus saja mencoba pencet-pencet ngasal sampai gadgetnya hang barulah ia minta tolong. That's my son. Semoga Hanif kelak akan menemukan minat dan bakatnya.