- Masukan semua bahan ke slowcooker. Saya pakai merek Kris 3,5 liter.
- Tambahkan air sampai penuh (sekitar 2,3 liter)
- Masak selama 24 jam dengan setting low
- Setelah 24 jam, saring kaldu. Tambahkan garam secukupnya (saya 1 sdt).
- Masukan ke jar kaca dan simpan ke frezeer setelah dingin. Hasilnya sekitar 7-8 jar kaca ukuran 250ml
26 Mei 2024
Resep: Bone Broth (Kaldu Tulang)
25 Mei 2024
Membaca Ebook Legal di Ereader Kobo (Tanpa Kartu Kredit)
- Menginstall ADE (Adobe Digital Edition) di PC
- Membuat akun Adobe ID (buka ADE - klik Help - Authorize Computer - Ebook Vendor: Adobe-Create Adobe ID - isi form sampai selesai)
- Melakukan otorisasi terhadap PC (Authorize Computer - isi Adobe ID dan password yang telah dibuat)
- Melakukan otorisasi terhadap Ereader Kobo (hubungkan PC dan Kobo dengan microUSB - klik Connect di Kobo - buka ADE di PC - Kobo Ereader akan muncul di sidebar kiri - klik kanan di Kobo Ereader - klik Authorize Device)
- Beli ebook di Google Play dan bayar pakai OVO/Gopay.
- Mengekspor ebook dari Google Play. Caranya buka Google Play di PC, pilih tab Books dan ekspor ebook yang sudah dibeli dari your library dalam format file .acsm (bisa pdf atau epub atau ada opsi untuk memilih di antara keduanya).
- Membuka ebook tersebut di aplikasi ADE di PC.
- Memindahkan ebook ke library Ereader Kobo yang sebelumnya sudah terotorisasi (drag ebook dari library ADE ke Kobo Ereader).
- Eject Ereader dan ebook akan otomatis masuk ke Kobo ereader.
- Download Kobo App di Google Playstore ke HP Android.
- Login dengan menggunakan akun yang sama dengan akun Kobo di ereader
- Pilih buku yang diminati dan ikuti langkah sesuai petunjuk aplikasi.
- Saat pembayaran akan diarahkan ke Google Play. Jika Google Play kita terhubung dengan OVO atau Gopay, maka pembayaran akan langsung dikonversi ke rupiah dan bisa dibayar dengan OVO atau Gopay. Kursnya lumayan bersaing, minggu lalu saya membeli ebook $9,58 dan membayar Rp138ribuan.
- Ebook yang kita beli akan otomatis masuk ke Kobo ereader hanya dengan klik Sync di ereader. Di Kobo app juga ada free ebook dan ebook under $2. Scroll aja sampai ke bawah atau pakai search engine untuk eksplor judul-judul ebooknya di Kobo App.
Review E-reader Kobo Libra H2O
- Tombol fisiknya. Tombol ini berguna untuk pindah halaman. Jadi tidak harus swipe atau scroll tiap mau ganti halaman dan bisa dipegang satu tangan. Bentuk bodynya yang lebar dan lebih tebal di salah satu sisi juga membuat nyaman untuk pegangan.
- Baterainya. Ketahanan baterainya diklaim bisa sampai 2 minggu. Saya membaca setiap hari paling lama 1 jam, seringkali kurang dari itu dan wiken mungkin 3-4 jam. Dengan level brightness 45%, baterainya cukup awet sampai hampir sebulanan.
- Dictionary. Ada kamus bawaan yang bisa diakses secara offline. Ini bermanfaat banget ketika membaca ebook berbahasa inggris. Tinggal pencet aja kata yang dituju langsung keluar artinya.
- Storagenya hanya 8GB. Jika hanya menyimpan ebook, storage segitu sangat memadai tapi untuk yang suka baca komik filenya lumayan besar jadi pasti akan kurang. Tidak ada slot tambahan storage dengan microSD. Hal ini sudah diatasi di Kobo Libra 2 terbaru yang storagenya 32GB.
- Tidak bisa memutar audiobook. Tapi ini ga masalah buat saya yang hanya membaca ebook. Kadang saya heran apa enaknya dengerin audiobook ya, seperti didongengin kali ya. Kobo Libra 2 sudah support audiobook walau belum ada speakernya (harus pakai headset).
- Input masih pakai microUSB dan tidak ada Bluetooth. Entah kenapa pula tidak bisa pakai sembarang microUSB, jadi saya agak kesulitan ketika lupa membawa kabel USB bawaannya atau kabel yang bisa (hanya kabel USB bawaan power bank robot). Kobo Libra 2 sudah support USB type-C plus bluetooth.
20 Mei 2024
Resensi: Better Off Friends
Finaally nulis lagi, setelah saya pikir-pikir menulis kontinu selama 30 hari itu berat. Apalagi yang ditulis bukan curhatan. Bahkan kalau pun curhatan sepertinya kehidupan saya juga tidak terlalu seru untuk bisa dituliskan setiap hari. Yah...intinya 30 hari menulis diralat jadi tidak setiap hari hehe...
Elizabeth Eulberg
Ebook, 2015
Guys and girls can be friends.
Buku ini dibuka dengan pernyataan di atas, sebelum masuk ke kisah Macallan (ce) dan Levi (co). Levi adalah murid baru kelas tujuh di sekolah yang sama dengan Macallan. Kegemaran mereka terhadap sebuah TV show produksi Inggris (dimana tak seorang pun di sekolah yang pernah menontonnya) membuat mereka dekat. Mereka berdua tak terpisahkan dan keluarga mereka pun dekat. Semuanya berubah setelah Levi memotong rambutnya, mendadak ia jadi populer bahkan jadian dengan Emily, sahabat Macallan. Macallan merasa seperti sedikit ditinggalkan, namun ia berusaha memaklumi kini Levi punya pacar. Levi pun merasa serba salah ketika pacar dan sahabatnya bertengkar. Hal yang sama kemudian terus berulang dengan pasangan berbeda sepanjang waktu kelas 7 sampai dengan freshman year (kelas 9). Semua orang di sekitar mereka berkomentar Macallan dan Levi harusnya jadian. Benarkah demikian? Ataukah mereka "better off friend"?
Buku ini sudah saya baca sekian tahun lalu, termasuk genre coming-of-age. One of my favourite book from Elizabeth Eulberg sampai saya baca ulang beberapa waktu lalu. Ide ceritanya sudah umum banget ya, friend into lover. Namun perjalanan di balik itu, tentu saja setiap kisah memiliki lika liku yang berbeda. Setiap tarik ulur serta putus sambungnya 'engaging'. Kisahnya diceritakan dari dua sudut pandang tokoh utamanya secara bergantian sehingga pembaca bisa mengetahui perasaan keduanya. Salah satu film yang disebut-sebut menginspirasi novel ini adalah When Harry Met Sally. Namun ceritanya tidak sama persis. Kalau di bagian akhir film tersebut ditampilkan cuplikan testimoni beberapa pasangan tentang pertemuan pertama mereka, di novel ini setiap akhir chapternya terdapat dialog antara Macallan dan Levi di kemudian hari mengomentari kejadian di chapter tersebut. Itu cute banget menurut saya.... Salah satunya saya lampirkan di bawah ya (ceritanya Levi cedera olahraga dan Macallan sempat terpaksa menjadi "perawat" ketika di sekolah karena Levi terlalu canggung menerima bantuan orang lain).
13 Mei 2024
Resensi: Critical Eleven
12 Mei 2024
Saya dan Komik
11 Mei 2024
Majalah Bacaan Jaman Dulu
Saya selalu menuliskan membaca sebagai hobi sejak dulu. Hobi membaca memang memberikan kesan pintar, padahal belum tentu yang sering dibaca adalah buku pelajaran hehe. Saya sendiri lebih suka membaca buku fiksi ketimbang buku nonfiksi. Hobi membaca saya seperti ditularkan oleh ayah saya. Dulu ayah saya sering membeli majalah Intisari.
Ayahlah yang pertama mengenalkan majalah Bobo kepada saya. Majalah Bobo yang terlama di rumah seingat saya tertanggal tahun 1985 (saat saya usia 3 tahun). Meski baru berlangganan sekitar usia SD. Dulu majalah Bobo terbit setiap hari Kamis. Karena langganan Bobonya dengan tukang koran di kantor ayah, jadi majalahnya baru dibawa ke rumah saat ayah pulang dari kantor di sore hari. Pernah beberapa kali ayah lupa membawa Bobonya waktu pulang. Saya menangis meraung-raung karena sudah menantikan membaca Bobo tapi tidak jadi. Akhirnya ayah saya kembali ke kantornya demi mengambil majalah Bobo. Di kemudian hari kadang ayah menggoda saya dengan bilang lupa membawa Bobo. Setelah saya udah hampir mewek, baru deh Bobonya dikeluarkan. Ckckck.... Saya juga rajin menjilid Sisipan Bobo (komik bersambung yang ada di setiap edisinya). Sisipan favorit saya adalah Sepatu Kuning Mungil serta Maria dan September. Belakangan saya baru tahu kalau beberapa komik sisipan tersebut diambil dari komik Nina. Saya sangat sayang dengan koleksi Bobo yang saya punya. Sampai-sampai ketika mau dijual ke tukang loak karena sudah memenuhi rak buku di rumah pun tidak saya izinkan. Barulah ketika ayah pindah ke Cilacap karena pensiun, koleksi Bobo saya pun dihibahkan oleh ayah entah kepada siapa.
Saat SMP saya dipaksa untuk berganti langganan majalah remaja. Meski awalnya menolak keras, akhirnya saya menurut. Saat itu dibelikan beberapa edisi majalah antara lain Kawanku, Anita Cemerlang, Aneka Yess dan Gadis. Saya pun memilih Gadis karena isinya paling variatif dan layoutnya cantik. Kalau Anita kebanyakan cerpen, Aneka kebanyakan liputan off air, dan Kawanku ga suka aja saya. Saya langganan Gadis sampai awal SMA. Aneh ya...saya malah dipaksa-paksa membaca majalah remaja haha... Padahal beberapa teman saya cerita kalau malah dilarang ortunya. Mungkin waktu itu saya agak kurang gaul dan ga modis haha... Untung saya ga terinspirasi kirim foto jadi Gadis Sampul wkwk *sadar diri juga sih. Di setiap edisi Gadis, biasanya ada kuis Kado Gadis yang disponsori brand tertentu. Pertanyaannya tentang pendapat terhadap sesuatu, jadi nantinya dipilih oleh redaksi bukan diundi. Jawaban masing-masing pemenangnya akan dimuat saat pengumuman. Waktu itu saya dapat bingkai arti nama dari brand kartu nama yang hits zaman itu (lupa namanya, bisa cetak kalung dan label nama juga) dan mini compo dari brand Hazeline (anak sekarang mana tahu itu apa ya hehe).
Saat SMA setelah saya berhijab, saya pun meminta berhenti langganan Gadis dan berganti jadi Annida majalah cerpen Islami. Saat itu Annida tidak dijual di Kediri, jadi pembeliannya dikoordinir oleh rohis setiap bulan untuk dipesan langsung dari Jakarta. Jadi ada seksi khusus yang menangani pemesanan majalah, namanya seksi distribusi. Kerjaannya keliling ke kelas-kelas mendata yang mau ikutan pesan, memesankan dan mendistribusikan ke kelas sambil menerima pembayaran. Luar biasa ya haha...dulu belum ada HP sih. Annida masih lanjut sampai kuliah. Tentu saat kuliah di STAN lebih mudah untuk mendapatkannya. Kadang diselingi dengan majalah islami lain, seperti Tarbawi dan Ummi. Saya pernah dapat hadiah kuis juga dari Annida dan pertama kalinya pergi ke Utan Kayu untuk mengambil hadiahnya (voucher dan beberapa majalah lama). Demikian cerita tentang bacaan majalah jaman dulu. Sebenarnya selain majalah saya juga membaca komik sih, mungkin lain kali akan dituliskan tersendiri saja karena ceritanya bisa panjang^^.
Credit photo: google search
#day11 (woow...udah hari ke-11, mulai deh posting di injury time)