4 Mei 2024

Resensi: Candy Candy

Komik ini pertama kali saya baca waktu SD. Salah seorang teman sekelas bercerita ia dibelikan set box Candy Candy oleh pamannya yang dinas di Jakarta. Alhasil hari itu saya main ke rumahnya dan membaca 9 serinya sampai habis. Haha...binge reading sedari dini. Sepanjang ingatan saya, komik ini tidak happy ending sehingga ketika animenya tayang di tv pun saya malas menontonnya. Beberapa waktu lalu -berselang puluhan tahun kemudian haha...- saya berkesempatan membaca ulang. Well, ternyata ceritanya tidak seburuk yang saya ingat.

Bagi yang belum tahu, Candy Candy bercerita tentang kehidupan Candice White, seorang anak yatim piatu yang dibesarkan di Rumah Poni. Sewaktu kecil, ia pernah menangis di Bukit Poni dan dihibur oleh Pangeran Bukti Poni (disebutnya demikian karena Candy tak tahu namanya). Ketika beranjak remaja, ia diadopsi oleh keluarga Ardley dan bertemu dengan Anthony (yang wajahnya mirip dengan Pangeran Bukit Poni). Namun malangnya, Anthony kemudian meninggal karena kecelakaan sebelum pertunangannya dengan Candy. Setelah itu Candy disekolahkan di sebuah akademi di Inggris. Di sana ia bertemu dan jatuh hati pada Terry, siswa yang terkenal bermasalah. Kemudian Terry keluar dari akademi dan memutuskan mengadu nasib sebagai aktor di Amerika. Candy pun pulang ke Amerika dan memutuskan belajar menjadi perawat karena keinginannya membantu orang lain. Namun karena suatu kejadian, Candy tidak bisa bersama Terry. Kemudian saat perang meletus, Candy yang bertugas di sebuah rumah sakit berjumpa dengan Albert yang sedang hilang ingatan. Albert adalah pria yang suka berpetualang dan membantu Candy di beberapa kesempatan. Candy pun memutuskan merawat Albert, keduanya menjadi dekat. Endingnya, terungkap bahwa Albert merupakan Paman William Ardley yang selama ini menjadi bapak angkat Candy dan ia juga adalah Pangeran Bukit Poni.

Kisah cinta Candy yang kandas dua kali dan endingnya yang menggantung mungkin jadi penyebab dulu saya benci komik ini (walau tetap dibaca sampai habis). Namun ketika membacanya sekarang, kesan saya ya... that's life. Kadang kita kehilangan, tapi selalu ada hal baik di balik semuanya. Open endingnya pun tidak lagi terasa mengecewakan bagi diri dewasa saya. Haha...setelah dewasa ternyata saya menjadi lebih realistis. Dari Candy, kita belajar untuk menerima kehilangan, tak apa melangkah mundur sejenak untuk kemudian bangkit kembali dan melangkah maju. 

Btw, beberapa waktu lalu saya baru tahu kalau open ending Candy Candy dikarenakan dispute antara author dan comic artist-nya. Authornya kemudian menerbitkan light novel final yang mengungkapkan secara tersirat siapa suami Candy. Bahkan sampai ada fans yang membuat analisis siapakah gerangan suami Candy antara Terry atau Albert haha... Tulisannya bisa dibaca di sini. Kalau menurut saya pribadi, berdasarkan beberapa kesamaan kisah Candy dengan cerita klasik Daddy Long Legs maka saya sepakat dengan analisis tersebut. Akhir kata, ternyata membaca ulang bacaan masa kecil bisa memberi perspektif yang berbeda. Hhmm...baca apa lagi ya yang jadul-jadul...

#day5