|
ruang sensori integrasi di Spectrum |
Ini tulisan
kedua saya tentang jenis terapi. Sekali
lagi, tulisan ini berdasarkan pengetahuan saya yang terbatas dari sumber
internet dan pengalaman pribadi (pernyataan disclaimer nih hehe).
Setiap hari,
bahkan setiap detik otak manusia akan menerima banyak rangsangan, yang kemudian
diterima, dihantarkan, diolah, dan diberikan respon yang sesuai melalui indera
dan organ-organ yang dimiliki. Proses ini berlangsung sangat cepat, bahkan
otomatis setiap saat. Nah, proses inilah yang disebut sensori integrasi. Anak dengan gangguan perkembangan atau
berkebutuhan khusus biasanya terganggu dalam proses sensori integrasinya.
Gejalanya bisa bermacam-macam dan berbeda setiap anak. Contohnya anak saya,
Hanif, baru bisa berjalan di usia 18 bulan. Agak terlambat tapi masih normal.
Tapi ternyata Hanif belum bisa melompat sampai usianya sekitar 3 tahun, hal ini
berdampak ia harus selalu berpegangan ketika naik undakan dan kekuatannya dalam
mengayuh sepeda. Contoh lainnya, ada anak yang hipersensitif terhadap sentuhan,
tidak suka dipeluk, dan tidak mau berjalan di rumput. Nah, yang seperti ini
juga bisa diterapi sensori.
Jika ada
yang pernah melihat proses terapi SI, akan tampak seperti sedang main-main di
indoor playground. Memang seperti itulah terapinya, bermain secara terarah.
Biasanya terapis akan melakukan assessment terlebih dahulu untuk menentukan
jenis- jenis aktivitas yang bisa memperkuat kelemahan anak dan orang tua bisa
mengulangnya di rumah. Jadi jika ada yang bilang ‘ngapain bayar mahal untuk
mainan doang, mending main sendiri di playground’, itu salah besar. Terapis
dapat membantu orang tua mengetahui kelemahan anak dan menyarankan jenis-jenis
aktivitas yang sesuai. Mengajak anak main ke playground tanpa mengarahkannya ke
aktivitas yang sesuai tidak akan menyelesaikan masalah karena anak cenderung
memilih permainan yang disukai, bukan yang diperlukan. Di sinilah diperlukan
peran orang tua dalam mengarahkan dan mengulang stimulasi sensori integrasi di
rumah.
Ada beberapa istilah yang sering dipakai dalam
indikator terapi sensori intergrasi.
Vestibular:
sistem sensori ini terletak di telinga
bagian dalam, berfungsi untuk memberitahu bagaimana posisi kita di atas
permukaan bumi dan memberikan respon selanjutnya. Misal jika kita hendak jatuh,
maka tangan kita akan terjulur menahan atau mencari pegangan.
Proprioceptive:
sistem sensori ini terdapat di dalam otot, berfungsi menginformasikan ke otak
perihal posisi badan, gerakan yang dilakukan dan kekuatan yang dibutuhkan.
Tactile:
sistem reseptor yang terdapat pada kulit disekujur tubuh, berperan menerima
rangsang getaran, tekanan, rasa sakit,dan gerakan.
Beberapa alat
yang digunakan di terapi sensori integrasi sebagai berikut.
Sikat
sensori berfungsi untuk merangsang tactile. Biasanya disapukan di tangan, kaki
dan punggung, tapi tidak boleh di perut, muka dan telapak. Untuk anak yang
hipersensitif dan menolak sikat, bisa digunakan spon lembut sebagai tahap awal.
Sikat sensori juga bisa meningkatkan awareness anak terhadap lingkungan sekitar.
Bola bobath
atau disebut juga bola pilates, bisa juga untuk terapi selain untuk senam
emaknya^^. Meletakkan anak secara terlentang di atas bola dapat memperkuat
tulang belakangnya. Anak diletakkan secara tengkurap di atas bola sambil kita
pegangi kakinya lalu didorong ke depan pelan-pelan sehingga anak akan terdorong
untuk merentangkan tangan ke depan menahan dirinya agar tidak jatuh. Hal ini dapat
merangsang vestibular anak.
Banyak aktivitas lain yang dapat kita lakukan di rumah
tanpa alat khusus. Untuk latihan tactile, dapat melakukan permainan tebak
angka/huruf dengan digambar pakai jari di punggung anak. Untuk latihan
vestibular, dapat diberikan melalui mengayun-ayun anak dengan kain atau naik
ayunan. Latihan proprioseptive dapat dilakukan dengan membiarkan anak membawa
sebagian belanjaan. Keseimbangan dapat dilatih dengan menuntun anak berjalan di
titian dan masih banyak inspirasi bermain secara terarah yang bisa kita
dapatkan baik dari terapis maupun membaca berbagai literatur. Jangan ragu untuk
mengkonsultasikan dengan ahlinya jika terdapat perkembangan si kecil yang
mencurigakan. Selamat bermain dengan anak!