11 Mei 2024

Majalah Bacaan Jaman Dulu

Saya selalu menuliskan membaca sebagai hobi sejak dulu. Hobi membaca memang memberikan kesan pintar, padahal belum tentu yang sering dibaca adalah buku pelajaran hehe. Saya sendiri lebih suka membaca buku fiksi ketimbang buku nonfiksi. Hobi membaca saya seperti ditularkan oleh ayah saya. Dulu ayah saya sering membeli majalah Intisari.

Ayahlah yang pertama mengenalkan majalah Bobo kepada saya. Majalah Bobo yang terlama di rumah seingat saya tertanggal tahun 1985 (saat saya usia 3 tahun). Meski baru berlangganan sekitar usia SD. Dulu majalah Bobo terbit setiap hari Kamis. Karena langganan Bobonya dengan tukang koran di kantor ayah, jadi majalahnya baru dibawa ke rumah saat ayah pulang dari kantor di sore hari. Pernah beberapa kali ayah lupa membawa Bobonya waktu pulang. Saya menangis meraung-raung karena sudah menantikan membaca Bobo tapi tidak jadi. Akhirnya ayah saya kembali ke kantornya demi mengambil majalah Bobo. Di kemudian hari kadang ayah menggoda saya dengan bilang lupa membawa Bobo. Setelah saya udah hampir mewek, baru deh Bobonya dikeluarkan. Ckckck.... Saya juga rajin menjilid Sisipan Bobo (komik bersambung yang ada di setiap edisinya). Sisipan favorit saya adalah Sepatu Kuning Mungil serta Maria dan September. Belakangan saya baru tahu kalau beberapa komik sisipan tersebut diambil dari komik Nina. Saya sangat sayang dengan koleksi Bobo yang saya punya. Sampai-sampai ketika mau dijual ke tukang loak karena sudah memenuhi rak buku di rumah pun tidak saya izinkan. Barulah ketika ayah pindah ke Cilacap karena pensiun, koleksi Bobo saya pun dihibahkan oleh ayah entah kepada siapa.

Saat SMP saya dipaksa untuk berganti langganan majalah remaja. Meski awalnya menolak keras, akhirnya saya menurut. Saat itu dibelikan beberapa edisi majalah antara lain Kawanku, Anita Cemerlang, Aneka Yess dan Gadis. Saya pun memilih Gadis karena isinya paling variatif dan layoutnya cantik. Kalau Anita kebanyakan cerpen, Aneka kebanyakan liputan off air, dan Kawanku ga suka aja saya. Saya langganan Gadis sampai awal SMA. Aneh ya...saya malah dipaksa-paksa membaca majalah remaja haha... Padahal beberapa teman saya cerita kalau malah dilarang ortunya. Mungkin waktu itu saya agak kurang gaul dan ga modis haha... Untung saya ga terinspirasi kirim foto jadi Gadis Sampul wkwk *sadar diri juga sih. Di setiap edisi Gadis, biasanya ada kuis Kado Gadis yang disponsori brand tertentu. Pertanyaannya tentang pendapat terhadap sesuatu, jadi nantinya dipilih oleh redaksi bukan diundi. Jawaban masing-masing pemenangnya akan dimuat saat pengumuman. Waktu itu saya dapat bingkai arti nama dari brand kartu nama yang hits zaman itu (lupa namanya, bisa cetak kalung dan label nama juga) dan mini compo dari brand Hazeline (anak sekarang mana tahu itu apa ya hehe).


Saat SMA setelah saya berhijab, saya pun meminta berhenti langganan Gadis dan berganti jadi Annida majalah cerpen Islami. Saat itu Annida tidak dijual di Kediri, jadi pembeliannya dikoordinir oleh rohis setiap bulan untuk dipesan langsung dari Jakarta. Jadi ada seksi khusus yang menangani pemesanan majalah, namanya seksi distribusi. Kerjaannya keliling ke kelas-kelas mendata yang mau ikutan pesan, memesankan dan mendistribusikan ke kelas sambil menerima pembayaran. Luar biasa ya haha...dulu belum ada HP sih. Annida masih lanjut sampai kuliah. Tentu saat kuliah di STAN lebih mudah untuk mendapatkannya. Kadang diselingi dengan majalah islami lain, seperti Tarbawi dan Ummi. Saya pernah dapat hadiah kuis juga dari Annida dan pertama kalinya pergi ke Utan Kayu untuk mengambil hadiahnya (voucher dan beberapa majalah lama). Demikian cerita tentang bacaan majalah jaman dulu. Sebenarnya selain majalah saya juga membaca komik sih, mungkin lain kali akan dituliskan tersendiri saja karena ceritanya bisa panjang^^.

Credit photo: google search

#day11 (woow...udah hari ke-11, mulai deh posting di injury time)