25 Sep 2012

Pepes Ikan Mas





Suami suka banget pepes ikan. Pernah bikin tapi ngga enak. Makanya pas mertua datang ke rumah, aha...kesempatan kursus gratis. Pepes bikinan ibu mertua emang maknyusss hehe... Ini resepnya...sedikit ribet tapi enak^^

Bahan: 
1 kg ikan mas-isi 4 (bisa diganti ikan lain, patin juga enak)  
6 siung bawang putih 
1,5 ruas kunyit 
1,5 ruas kencur
2 ruas jahe
8 lembar daun jeruk 
4 lembar daun salam
5 buah cabe keriting 
3 buah cabe rawit (bisa ditambah kalau suka pedas) 
8 butir kemiri 
4 batang sereh, ambil bagian putihnya iris tipis 
2 butir tomat, potong-potong
2 ikat daun kemangi 
2 sdt garam 
Daun pisang secukupnya
Cara membuat: 
  1. Ulek kunyit, jahe,dan kencur terlebih dahulu. Baru tambahkan bawang, cabe, kemiri, dan garam, lalu ulek kembali sampai halus. Oh iya, sebaiknya jangan menggunakan blender untuk menghaluskan bumbu karena akan membuat rasa pepes kurang mantap akibat kita menambahkan air saat memblender.
  2. Cuci bersih ikan, campur dengan bumbu ulek, irisan sereh,dan potongan tomat. Diamkan selama 20 menit.
  3. Letakkan daun kemangi, daun salam dan daun jeruk di atas daun pisang, taruh ikan dan bumbunya, beri daun kemangi lagi, lalu gulung dan semat dengan lidi. 
  4. Kukus selama 40 menit hingga matang. Simpan di dalam kulkas kalau tak langsung dimakan.Panggang di atas wajan teflon sebelum disantap agar ikan lebih kesat dan hangat.

My First Jilbab



Beberapa waktu yang lalu, saya memperingati genap 13 tahun saya memakai jilbab. Bukan waktu yang sebentar, pun tak lantas berbanding lurus dengan kualitas iman saya –yang masih jauuuh dari standar ideal saya akan seorang muslimah. Mengingat masa-masa jilbaban pertama, saya cukup takjub bahwa saya bisa mendapatkan hidayah. Lahir di keluarga yang lumayan moderat terhadap agama, bahkan sampai SMA kelas 1 saya tahunya menutup aurat –pake jilbab- itu sunnah hukumnya. Suatu saat ketika Ospek SMA, saya diminta membacakan An Nuur 31 oleh seorang kakak kelas dan diterangkan panjang-lebar artinya kewajiban menutup aurat dsb. Saat itu pun saya masih berfikir “duuh, fanatik amat yak”. Tapi kersaning Gusti Allah, saya mulai senang melihat akhwat berjilbab. Kesannya adem. Sempat ditentang oleh ibu saat saya mengutarakan niat jilbaban, mungkin karena ibu saya meragukan niat saya hehe... Wong sholat subuh aja masih susah dibangunin. Akhirnya saya pun bernadzar “kalau saya bisa punya SIM dan naik motor ke sekolah, saya mau jilbaban”. Waktu itu saya belum bisa naik motor sama sekali dan saya berpikir akan sedikit sulit untuk saya bisa naik motor. Secara sejak kecil motorik kasar saya memang agak terlambat, buktinya saya baru bisa jalan di usia 2 tahun dan bisa naik sepeda roda 2 di kelas 5 SD. Telat banget yak... Tapi alhamdulillah, Allah mempermudah. Dalam waktu 2 bulan saya sudah mengendarai motor ke sekolah dan telah mengantongi SIM (nembak wkwk...*jangan dicontoh). Alhamdulillah pula, ternyata ayah saya sangat mendukung saya pakai jilbab bahkan langsung ngeluarin uang untuk beli seragam baru. Horeee...tahu gitu dari kemarin bilang langsung ke ayah saya aja ya... Akhirnya seminggu sebelum ujian cawu III kelas 1 SMA, saya resmi berjilbab. Ngga langsung konsisten sih, radius 10 meter dari rumah ngga apa ngga make jilbab. Hehe...takut tukang basonya ngga kekejar. Seiring berjalannya waktu, alhamdulillah saya dipertemukan dengan teman-teman yang baik, yang selalu menguatkan saya untuk terus bertahan dalam keimanan. That’s it, history-nya agak konyol yah. Sekarang setelah 13 tahun, saya bersyukur saya masih terus dijaga oleh Allah. Melihat jilbab begitu trending saat ini, saya juga gembira meski belum cukup pede untuk ikutan trend. Waktu zaman saya sekolah, pilihan model jilbab cuma segi empat dan bergo babat, sekarang subhanallah modis-modis dan berbagai macam gaya. Dulu di angkatan saya, jumlah jilbaber bisa dihitung dengan jari, kini jilbab is everywhere. Semoga dengan memasyarakatnya jilbab, berbagai birokrasi juga dimudahkan untuk jilbaber seperti diperbolehkannya foto berjilbab di ijazah dan SKCK. Kasihan banget ada teman yang harus foto berjilbab tapi telinganya kelihatan demi SKCK. Semoga Allah senantiasa menjaga dan memudahkan langkah kami semua, para muslimah. Amiin...

Lebaraaan!!!

Lebaran kali ini lagi-lagi tak terlewati bersama si ayah. Ayahnya Hanif kebetulan mendapatkan kesempatan shortcourse ke Beijing selama 3 minggu. Ya sudahlah, saya dan Hanif pun pulang kampung lebih awal. Tapi meski minus si ayah, lebaran tahun ini tetap terasa ramai. Adik saya dan keluarganya pulang ke Maos tahun ini. Terakhir kali kami bersua waktu lebaran terakhir di Kediri 2 tahun yang lalu, sekarang membernya sudah nambah yaitu Panji, anak adikku yang baru berusia 1 tahun. Selain itu, yang membuat lebaran ini lebih istimewa adalah kehadiran om dan tante –adik-adik ibu- yang jauh-jauh datang dari Surabaya. Saya juga bersyukur karena ada bala bantuan untuk memasak hidangan lebaran. Tadinya saya sempat khawatir dan ngga pede kalau harus masak sendirian. Secara masih chef amatiran hehe...
Keadaan ibu...meski semakin menurun tetapi ibu terlihat senang kami semua bisa berkumpul. Sementara itu ayah yang badannya semakin kurus ternyata terkena hipertiroid. Alhamdulillah kondisinya sedikit membaik setelah mengkonsumsi obat dokter. Trus alhamdulillah juga tahun ini Hanif lebih kuat daripada tahun kemarin. Meski makan berbagai macam kue dan permen, Hanif ngga terlalu ngiler dan jadwal tidurnya juga tetap normal. Tapi memang aktivitas fisiknya jadi berlebih dan harus disalurkan, lari-lari keliling rumah dan bersepeda di sore hari. Karena jalanan di Maos relatif rata, Hanif mau mengayuh sepedanya. Bahkan saking kencengnya, saya sampai ngos-ngosan mengikutinya dari belakang –secara Hanif belum bisa ngerem-. Hanif juga kelihatan senang di rumah Mbahnya, tambah item hehe... Semoga kami bisa pulang lebih sering lagi^^...
 
Keluarga adekku

Keluarga ibu dari Surabaya

Foto bareng Hanif

Ayah dan Om Slamet

Ibuku dan Tante Marti

20 Sep 2012

Apa itu Behaviour Therapy (Terapi Perilaku)? (Terapi#1)

Akhir September lalu, tepat 2 tahun Hanif menjalani terapi. Saya jadi berpikir ingin men-share jenis-jenis terapi yang diikuti Hanif. Tentu saja tulisan ini tidak berdasarkan ilmu pengetahuan ya, hanya sharing pengalaman saja.

Terapi perilaku bisa dibilang dasar dari semua jenis terapi. Terapi perilaku berfungsi untuk membentuk pola perilaku anak sesuai yang kita inginkan dengan metode reward and no-reward. Hampir semua anak yang ikut terapi di tempat yang sama dengan Hanif, mendapatkan terapi jenis ini. Tak hanya anak berkebutuhan khusus saja, anak yang salah pola asuh pun bisa disarankan mengikuti terapi perilaku. Misal anak yang dibesarkan dengan budaya permisif (apa-apa boleh alias dimanja), dapat dibentuk perilakunya dengan terapi ini.
Prinsipnya adalah memberikan reward bila anak melakukan apa yang diminta dan membatalkan atau menarik reward bila anak menolak atau tak melakukannya. Ada beberapa latihan dalam terapi perilaku yang saya ketahui. Latihan pertama adalah belajar duduk, tidak keluar dari kursi. Sambil duduk anak diberikan berbagai aktivitas agar anak betah. Nangis ngga? Tentu saja, Hanif masih menangis sampai 3 bulan terapi. Wajar saja, anak yang biasanya tidak bisa diam ‘dipaksa’ untuk terus berada di kursi selama sesi terapi. Saya bahkan sempat berpikir menghentikan terapi karena tidak tega mendengar tangisannya. Tapi alhamdulillah hasilnya sekarang Hanif bisa duduk tenang saat makan di tempat publik.
Tahap yang kedua adalah latihan kontak mata. Biasanya menggunakan berbagai benda yang didekatkan ke mata kita agar anak tertarik dan melihat kita. Lambat laun anak akan bisa memandang saat kita panggil walau tanpa pancingan ‘benda’. Hanif juga sudah bisa dipanggil, walau kontak matanya masih sangat sebentar. Lalu ada tahapan imitasi atau meniru, terapis akan mencontohkan dan anak diminta menirukan. Misal terapis bilang tirukan sambil menepuk meja.  Jika semakin pintar, perintah tak lagi dengan contoh tapi cukup dengan ucapan. Contohnya ambil warna merah. Beberapa tahapan terapi tersebut bermanfaat untuk membentuk sikap belajar yakni bisa duduk tenang dan paham perintah. Ibarat hendak memasukkan air ke dalam botol, tentu akan sulit bila botolnya terus bergoyang, gitu kata terapis. Mungkin ada banyak lagi jenis latihan/tahapannya, tapi yang saya tahu cuma dasarnya saja^^.
Tools yang digunakan selama terapi perilaku ini ada bermacam-macam. Yang paling sering digunakan adalah label gambar. Selain berfungsi untuk mengenalkan, label gambar juga bisa dipakai untuk latihan kontak mata. Jenisnya bermacam-macam, ada label huruf, angka, warna, tempat, profesi, asosiasi, hewan, sayuran dan lain-lain. Orang tua juga bisa membuat sendiri di rumah untuk label seperti huruf, angka, warna atau suku kata.


Mainan juga dipakai selama terapi. Mainan edukatif bisa untuk melatih konsentrasi dan pemahaman. Mainan telepon bisa dipakai untuk pengenalan dan bermain peran. Mainan juga dapat diberikan sebagai reward,apalagi jika anak suka mainan tertentu. Berikan mainan tersebut hanya jika anak melakukan dengan benar apa yang diminta. Dengan begitu, anak akan terdorong untuk belajar patuh. Selain itu, reward dapat pula berupa sorakan, pujian, tepuk tangan atau pelukan.


Nah, itulah sekelumit tentang terapi perilaku. Insya Allah akan dibahas jenis terapi yang lain di postingan berikutnya. Semoga bermanfaat...


1 Sep 2012

Akhirussanah


Di acara perpisahan kakak TK B, Hanif dan teman-teman PGnya ikut berpartisipasi. Hanif turut serta dalam drama bertema pelestarian hutan. Perannya jadi sapi, mondar-mandir pakai topi sapi. Sayangnya topinya baru dicobakan saat gladi bersih. Alhasil Hanif ngga mau pakai saat di panggung. Ya udah mondar-mandir aja, ngga jelas hehe... Setelahnya tiap anak dapat piala dengan predikat sesuai kelebihan tiap anak. Hanif dapat predikat “cerdas membaca talaqqi” sesuai di rapornya. Bahkan anak yang pendiam pun mendapat predikat “cerdas dalam bersabar”. Hehe...hebat juga ide bu guru. Soalnya anak-anak seneng banget waktu dapat piala, termasuk Hanif. Punya Hanif ditaruh di dekat kipas angin tapi menghadap ke belakang alias terbalik. Ternyata di bagian belakang piala ditempel foto Hanif hehe... Tujuannya sih biar tidak tertukar waktu membagikan. Ini sebagian potonya...


main di playground

hanif dan pialanya

bete...sapinya ngantuk^^

saat di panggung

foto bersama teman2