11 Sep 2014

Menukar Uang Rusak di Bank Indonesia

setelah disambung...masih ada yang bolong^^

Jika bukan karena Hanif, mungkin saya takkan pernah sampai ke Bank Indonesia untuk menukar uang yang rusak. Ya...akhir pekan lalu Hanif membongkar tas emaknya dan sukses merobek uang 100 ribuan 2 lembar!! Padahal di dalam dompet saya ada pecahan lain yang lebih kecil nominalnya, kenapaaa...yang disobek yang warnanya merah huhuhu... Mana itu uang titipan buat temen lagi:(. Komen suami malah "ya udahlah, bersyukur anaknya sudah bisa merobek." Iya sih *pasrah. Akhirnya saya pun menyambung 'puzzle' uang tersebut dengan selotip. Hiks...ada bagian yang ngga ketemu, uangnya jadi bolong di tengah. Minggu depannya saya mencoba membawanya ke bank dekat kantor. Tapi ternyata ditolak oleh teller-nya dan disarankan untuk menukar ke Kas Keliling BI (yang biasa ada di pasar-pasar). Ok...cari-cari info lah saya, ternyata kas keliling hanya ada menjelang lebaran. Mau ngga mau terpaksa harus ke BI. Biar lebih jelas, akan saya jabarkan dalam poin-poin yaa... 
  1. Pastikan uang yang rusak masih bisa dibuktikan keasliannya (nomor seri masih terbaca) dan berukuran lebih besar dari 2/3 ukuran uang utuh. Jika tersobek menjadi beberapa bagian, boleh saja direkatkan dengan selotip atau ditempel di atas kertas sehingga bisa dibandingkan ukuran uangnya.
  2. Pergi ke Bank Indonesia terdekat. Yang paling dekat dengan kantor saya ya BI yang di Thamrin. Tempat penukaran uang ada di Lobi Gedung C. Jam buka hanya sampai jam 11 siang. Ada dua pintu gerbang di BI Thamrin, gerbang yang di Budi Kemulyaan dan gerbang yang di Kebon Sirih. Saya baru tahu ketika akan pulang kalau ada gerbang yang langsung ke parkiran motor. Gerbangnya ada di antara SMKN 38 dan RS Budi Kemulyaan. Jadi ngga usah muter-muter ke parkiran. 
  3. Tukarkan ID (KTP/SIM) dengan ID tamu di pos pengamanan dekat gerbang Budi Kemulyaan. Nanti akan ditanyakan untuk keperluan apa, ID yang diberikan khusus penukaran uang.
  4. Pergi ke gedung C, ada di antara gedung B dan D (haha...iyalah). Letaknya lebih dekat dengan gerbang Budi Kemulyaan, tanya aja satpam^^
  5. Sebelum masuk ke lobi, setiap pengunjung diwajibkan melewati detektor macam di bandara. Lalu mengambil nomor antrian dengan mengisi data pribadi (nama, alamat) dan pake difoto! Jadi kalau mau ngerampok BI, pikir-pikir dulu deh hehe...
  6. Menunggu nomor antrian dipanggil. FYI, wifi di gedung BI jooosss...cepet banget *matawifigratisan
  7. Menuju loket penukaran uang rusak. Berhubung uang saya sudah tersusun rapi dan masih jelas nomor serinya, tak sampai 10 detik saya sudah mendapatkan gantinya. Desain baru lagi, ada warna kuning di pojokan uang 100ribu. Alhamdulillah...
Nah, cukup sekian sampai di sini. Semoga bermanfaat^^

di dalam lobby Gedung C

uang pengganti...baruuu

gerbang parkir motor (sebelah SMKN 38)



Hanif di Buku Tahunan TK

yang jongkok bertopang dagu...kayak lagi susaah banget hehe

lagi-lagi jongkok^^

Late Post: Foto-foto Hanif di Perpisahan TK

semangat kibas-kibas bunga...tapi ngga mau nyanyi -_-'

lihat apa sih naak?

pose...kasih angka 2

kabur dari panggung...nyamperin operator laptop^^

bersama Bu Lina (walas Jingga 1)....tetep Hanif ngga bisa diam

hypersensitif dengan suara dari speaker

asyik sendiri saat teman lain bermain berkelompok

berfoto dengan teman sekelas Jingga...tapi koq sambil ngupil -_-'

dengan ayah

dengan ibuu

hmmm...gaya apa ini?

Komik: Anak Autis Sahabat Kita Semua Seri 1



Seperti yang pernah saya ceritakan bahwa saya mendapatkan komik ini dari seminar yang diadakan oleh MPATI (postingannya di sini). Komik ini cukup menarik dan komunikatif, menjelaskan tentang autisme secara simpel. Akhirnya saya putuskan untuk menyumbangkannya ke sekolah dengan harapan memberikan tambahan pengetahuan dan menumbuhkan empati anak-anak terhadap penyandang autisme (amiin..). Berikut saya posting capture komik-nya...bagi yang penasaran seperti apa isinya. Semoga tidak melanggar hak cipta yaaa...insya Allah niatnya berbagi informasi^^ Cekidot..








Pelatihan: Olahraga (Okupasi) untuk Anak dengan Autisme


isi goody bag yang saya dapat
Akhir Agustus lalu saya berkesempatan mengikuti pelatihan yang diadakan oleh MPATI (Masyarakat Peduli Autisme Indonesia) di Lotte Mall Bintaro. Infonya saya dapatkan dari shadow teacher Hanif di TK. Menurut salah satu peserta lain, banner acara ini juga sudah dipampang sejak beberapa waktu sebelum hari H. Haha...maklum jarang-jarang ke Lotte. Goody bag yang didapat isinya lumayan lengkap ada CD seri 2 (terapi okupasi), komik autis seri 1, hand out materi, brosur MPATI dan poster tentang deteksi dini autisme. Ternyata penggandaan materi seminar juga atas kerjasama MPATI dengan Pemerintah DKI Jakarta, Lotte Mart dan Rumah Zakat!! Ck...jadi semangat bayar zakat di RZ nih *salah fokus hehe

Seminar yang sudah ke-empat kalinya diadakan MPATI di Lotte Mall ini diisi oleh Pak Amiruddin, Amd. OT. Dari materi disampaikan intinya bahwa keterampilan motorik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan belajar anak. Ibarat membangun rumah, menguasai keterampilan motorik bak membangun pondasi yang kokoh. Jadi jika orang tua menganggap kemampuan kognitif lebih penting dengan mengajarkan calistung sejak dini, itu salah kaprah. Seorang anak tidak akan tahan menulis maupun berkonsentrasi dalam rentang waktu yang agak lama, jika keseimbangan postural anak belum terbentuk melalui berbagai permainan motorik. Perkembangan pada anak terjadi secara urut dari umum ke khusus, dari kepala ke kali dan dari pokok (badan) ke cabang (jari-jari). Anak akan dapat menulis dengan baik jika bagian pokoknya (lengan, bahu, dan punggung) telah terlatih dan kuat melalui stimulasi motorik. Setelahnya Pak Amir mengajarkan beberapa permainan motorik yang dapat dilakukan dengan barang-barang yang ada di rumah. Saya akan sebutkan beberapa yang dicontohkan kemarin dalam poin-poin:
  1. Tisu, dapat digulung, dipelintir, dan disobek-sobek untuk melatih kekuatan jari tangan
  2. Selang, dapat dipotong dan dibuat lingkaran seukuran hulahop untuk latihan lompat berpola
  3. Jepit jemuran, melatih kekuatan jari
  4. Lempar tangkap bola, melatih kekuatan lengan dan koordinasi mata-tangan. Dapat diganti dengan balon jika bola dianggap terlalu berat dst.

Pada akhir acara, peserta dibagi dalam grup dan diminta untuk berbelanja barang-barang yang bisa digunakan untuk latihan okupasi dengan budget yang disediakan peserta ke Lotte Mart. Lalu masing-masing grup mempresentasikan fungsi barang-barang yang dibelinya. Sayang HP saya ketinggalan (saking buru-buru keluar rumah karena ngga ngajak Hanif) jadi tidak bisa mendokumentasikan. Terima kasih buat MPATI dan Lotte Mall yang sudah mengadakan kegiatan ini. Sangat bermanfaat dan pengeeen ikutan lagi. MPATI mengadakan kegiatan ini 2 bulan sekali. Bagi yang ingin CD Penanganan Dini Autisme (2 CD) maupun info tentang kegiatan MPATI, bisa ke webnya di http://www.autismindonesia.org/.

Poster deteksi dini autisme


surat simpati yang dibagikan saat launching "Jakarta Ramah Autisme"

buku yang saya beli...review ditunggu yaaa

5 Sep 2014

Toko Khusus Kebutuhan Anak Autis

Berikut beberapa tempat yang menjual berbagai bahan makanan, makanan jadi, dan perlengkapan terapi yang pernah saya kunjungi di Tangerang dan sekitarnya. Insya Allah recommended seller deh...sudah pernah saya coba^^ Cekidot!
1. Arum Ayu


Pertama kali tahu arum ayu dari iklan di majalah yang saya baca di tempat terapi Hanif. Lalu saya sempat berkunjung (dan mencicip^^) di booth arum ayu saat ada pameran di basement Lotte Mall Bintaro. Rasa dan penampilannya tak kalah dengan kue-kue berbahan dasar terigu. Menurut teman yang juga pengusaha catering, owner dari arum ayu memang concern di ketahanan pangan alias rajin mempromosikan makanan dari umbi-umbian. Arum-ayu bisa menerima pesanan untuk pesta atau catering. 

2. Puri Bintaro

penampakan depan toko aka garasi^^

Saya kurang tahu toko maupun nama pemiliknya. Info tentang tempat ini saya dapat dari terapis Hanif. Di sini cukup lengkap, menjual berbagai macam bahan makanan (lokal maupun import), alat terapi, buku-buku referensi tentang ABK bahkan sampai perlengkapan mandi macam odol maupun shampoo khusus anak autis yang alergi. Letaknya di Puri Bintaro PB12 Nomor 20 Bintaro Jaya Sektor 9. Masuk ke komplek Puri Bintaro, terus saja sampai melewati danau, belok kiri ke PB12, cari nomor 20. Tidak ada plang toko di depan rumahnya, kalau bingung bisa tanya satpam di pos satpam PB12. Sang pemilik menggunakan garasi rumah sebagai display dagangannya. Tapi cukup nyaman koq...dapet aqua gratis hehehe... Sepertinya pemilik toko ini juga punya toko yang sama di Jakarta Design Center Lantai 4 Slipi Jakarta Barat. Saya belum pernah ke JDC tapi pernah baca di brosur (brosurnya ilang:( ).

hanif mejeng bersama kartu terapi



Yang ini situs online yang sering saya temukan ketika membutuhkan tepung mocaf (pengganti terigu). Selain itu, kainara juga menjual berbagai kue kering homemade, abon juga kerupuk yang aman untuk anak autis. Lokasinya di Bekasi kalau tidak salah, jadi lumayan hemat ongkir ke Jakarta. 



Situs ini khusus menjual berbagai peralatan terapi dan jenisnya cukup lengkap. Di dalam situsnya, berbagai perlengkapan terapi tersebut sudah dikelompokkan sesuai fungsinya, apakah untuk motorik kasar, motorik halus atau oral. Harganya pun lebih bersahabat daripada membeli di klinik terapi (ini pengalaman saya). Pemiliknya adalah seorang psikolog yang membuka klinik psikologi bernama serupa, Potentia Center di Jalan Panjang Arteri Kedoya No. 88E Jakarta Barat.  

Nah, demikian informasi tentang toko khusus anak 'special'. Semoga bisa bermanfaat bagi para orang tua yang seringkali bingung mencari berbagai barang kebutuhan untuk anaknya yang berkebutuhan khusus. Selamat berbelanjaa.... 

3 Sep 2014

Review: The Selection Series (The Selection, The Elite, The One)



Kiera Cass, Harper Teen, ebook

The Selection

Impian seorang America Singer adalah bisa menikah dengan Aspen dan hidup bahagia. Terlepas dari kenyataan bahwa ia berasal dari kasta Lima sementara Aspen adalah kasta Enam dan menikah dengan kasta yang lebih rendah bukanlah pilihan banyak orang. Oleh karenanya, hubungannya dan 
Aspen masih menjadi rahasia mereka berdua. Hingga suatu ketika datanglah surat dari Kerajaan yang menyatakan bahwa America memenuhi syarat untuk berpartisipasi dalam "Selection", di mana 35 gadis usia 18-24 tahun dipilih dari berbagai kasta bersaing untuk menjadi istri dari putra mahkota, Pangeran Maxon. Berkat desakan Mom, ia pun mendaftar. Tak disangka sebelum hari pengumuman kandidat The Selection, Aspen memutuskannya. Ketika kemudian ia terpilih, America pun pergi dengan harapan melupakan Aspen dan paling tidak kompensasi yang didapatnya bisa membantu keluarganya meski ia yakin takkan bisa membuka hatinya untuk orang lain, sekalipun ia adalah pangeran Illea... Benarkah demikian?

The Elite

Ketika ia memutuskan untuk menawarkan 'persahabatan' dengan Pangeran Maxon, America mulai merasa nyaman berada di dekatnya. Maxon tak seperti apa yang ada di benaknya semula. Di sisi lain, ia bertemu kembali dengan Aspen, yang lolos seleksi pengawal dan ditugaskan untuk menjadi pengawal kerajaan. Persaingan antar para kandidat pun semakin ketat dengan 10 orang yang tersisa. Ia dan kandidat lainnya mulai diberikan tugas dan pelajaran terkait tugas seorang ratu masa depan. Selama Selection berlangsung, beberapa kali pemberontak menyusup ke istana. Antara kebimbangan hatinya dan suasana mencekam akibat pemberontakan, ia mulai menyadari bahwa ada sesuatu yang salah dengan Illea....  

The One

Siapa sangka gadis dari kasta Lima bisa berdiri menjadi salah satu calon The One? Dengan enam gadis yang tersisa, America menjadi semakin bimbang. Ia tahu Maxon menyukainya tapi tak ada yang menjamin pangeran tak menyatakan hal yang sama pada kandidat lainnya. Seiring perasaannya yang semakin dalam terhadap pangeran, ia juga belum berterus terang tentang identitas Aspen. Sementara itu pemberontak menjadi semakin brutal. Bukan hanya istana yang menjadi tujuannya tapi rakyat di tiap kasta juga menghadapi ancaman yang sama. Tekanan untuk membatalkan Selection menjadi semakin besar. Opini publik terhadap dirinya akhir-akhir ini menurun karena tindakan impulsif yang sering dilakukannya selama proses Selection. Mungkinkah Maxon memilihnya? Siapkah ia dengan segala tugas kerajaan yang kerap kali bertentangan dengan hati nuraninya?

Review:
Buku ini saya baca sudah agak lama, maraton pas lagi nganggur. Jadi reviewnya saya gabung juga, toh kesannya kurang lebih sama. Sebenarnya ide ceritanya sangat sederhana, pangeran yang mencari calon isteri. Ketika mengetahui Selection Series ada tiga buku, rasa penasaranlah yang membuat saya membacanya. Apa saja yang ditulis sampai bisa 3 buku:D.  

Berlatar belakang dunia setelah Perang Dunia keempat, di mana Amerika sempat dikuasai oleh China dan akhirnya berdiri Kerajaan Illea yang dipimpin Gregory Illea. Rakyat dibagi dalam delapan kasta, yang juga menentukan profesi mereka secara umum. Another distopian novel... Tokoh utamanya America Singer, ia dari kasta Lima yang kebanyakan bekerja di sektor seni. Sayang keahlian America ini tak terlalu dieksplor selama proses Selection. Karakternya tipikal heroine yang bold, impulsive dan passionate. Di sini ia berhasil membuka mata Price Maxon tentang beberapa kenyataan yang terjadi di luar istana *psst...jadi teringat film Ever After...eh Ella Enchanted juga...ck standar^^. Permasalahan di novel ini juga agak aneh, masa pemberontakan bisa terjadi di dalam istana berkali-kali! Persaingan antar kandidat dan maju-mundur hubungan Maxon-America-Aspen yang seru, tak heran buku ini begitu mudah dibaca. Berasa nonton reality show The Bachelorette versi distopian *ketahuan yang penggemar reality show:p. Overall, saya cukup menikmati membacanya.

Jane Austen Inspired Books Part 2

4. Midnight in Austenland

Shannon Hale, 2012

Ini buku kedua dari serial Austenland. Ceritanya tidak bersambung, hanya sama-sama berkaitan dengan Austenland. Reviewnya di sini.

5. Prom and Prejudice

Elizabeth Eulberg, 2011

Lizzie Bennet adalah siswi beasiswa di Loungborn Academy, sebuah sekolah bergengsi di mana anak-anak orang kaya belajar. Hanya Jane-lah yang mau berteman dengannya. Ketika Bingley, salah seorang senior, menaruh perhatian pada Jane yang baik hati, Lizzie tentu saja ikut bahagia. Meski mau tak mau ia harus sering bertemu dengan Darcy, sahabat Bingley, yang menurutnya sombong dan terang-terangan memandang rendah siswa beasiswa seperti dirinya. Berhasilkah Jane meyakinkan Bingley untuk mengajaknya ke prom, acara yang begitu dinanti-nanti oleh seluruh siswa-siswi Longbourn (well, perkecualian Lizzie)? Bagaimana perseteruan Lizzie dan Darcy?

Ini buku karya Elizabeth Eulberg yang saya baca pertama kali for simple reason, karena ini re-telling dari Pride and Prejudice tapi versi remaja. Kesannya...benar-benar sama. Saya merasakan perasaan yang sama seperti ketika membaca versi aslinya *lebay.com. Tapi saya memang sering begitu, terbawa-bawa kalau sedang membaca. Perbedaan dengan versi aslinya adalah Lizzie dan Jane sahabat, bukannya saudara. Lalu prom menggantikan obsesi akan pernikahan di versi aslinya. Oh iya, di sini orang tua Lizzie tidak banyak diceritakan, kebalikan banget dengan Mrs. Bennet yang sangat demanding terhadap putrinya di versi asli. Pesan moralnya jangan terburu-buru dalam menilai orang lain dan prom bukanlah segala-galanya. Prom? Apa itu prom? *yang abg di tahun 90-an di Jawa. Wkwkwk...

6. Epic Fail


Claire LaZebnik, 2011

Bersetting di Coral Tree Prep, sebuah sekolah swasta bergengsi di Los Angeles. Elise Benton dan kedua saudarinya pindah ke Coral Tree karena Mrs. Benton mendapatkan pekerjaan di sana, yep...sebagai kepala sekolah. Ini membuatnya agak dijauhi oleh siswa-siswi yang lain. Di sisi lain ada Derek Edwards, anak dari seleb Hollywood yang menurut Elise sombongnya minta ampun. Ketika teman baik Derek mendekati kakaknya, ia pun harus sering bertemu dengan si sombong Derek. Belum lagi, Elise mendengar rumor kalau Derek pernah berbuat jahat terhadap Webster, saudara angkatnya! Bagaimana kelanjutannya?

Another re-telling of Pride and Prejudice...wkwkwk ngga bosen-bosen. This is the last, I promise. Lama-lama saya eneg juga membaca cerita yang sama berulang-ulang. Versi yang ini lebih kreatif dari Prom and Prejudice, nama-nama tokohnya diganti tapi tetap memiliki inisial yang sama (in case you don't know:p). Ceritanya agak sedikit beda di bagian akhir, walau garis besarnya sama. Mungkin gara-gara itu saya jadi merasa Derek agak kurang mewakili karakter Darcy yang canggung dan antisosial. Pesan moral novel ini...yah samalah hehe...

Ok, it's wrapped. Masih banyak sebenarnya novel-novel yang terinspirasi karya Austen. Tapi saya memutuskan untuk move on haha.... Mencari cerita yang baru, yang happy ending tentunya *teteup. Kadang terlalu predictable (saking ceritanya sama) juga ngga seru ya...

Jane Austen Inspired Books Part 1

Saya lagi pingin mengulas beberapa novel fiksi yang terinspirasi oleh Austen yang pernah saya baca. Maaf kalau reviewnya agak tidak detil karena beberapa sudah lama banget dibacanya.

1. Prada and Prejudice
 

Mandy Hubbard, 2009

Novel yang ditujukan untuk remaja ini berkisah tentang Callie, yang membeli sepatu Prada demi supaya dirinya dapat bergabung dengan 'geng populer' di sekolahnya. Tapi yang terjadi ia malah tersandung gara-gara sepatu Pradanya yang terlalu besar. Saat terbangun, Callie mendapati dirinya terlempar ke abad 18 dan bertemu seorang gadis periang bernama Emily. Emily hendak dijodohkan paksa oleh walinya yang juga sepupu Emily bernama Alex...

Kisah Callie ini tak benar-benar berdasarkan karya Austen, mungkin terinspirasi tepatnya. Prasangka yang terjadi antara Alex dan Callie sedikit banyak mirip dengan konflik Lizzie dan Mr Darcy. Cerita yang ringan dan memberi nilai yang cukup positif bagi para remaja untuk bangga jadi diri sendiri.

2. Mr. Darcy, Vampyre

Amanda Grange, 2009

Berlatar belakang setelah pernikahan antara Lizzie dan Mr Darcy, Lizzie mulai menyadari ada sesuatu yang disembunyikan suaminya. Berbagai kejadian yang janggal semakin membuat tanda tanya besar di benak Lizzie, sementara ia tinggal jauh dari keluarganya...

Terus terang saya agak lupa detail ceritanya. Pembaca tentu bisa langsung menebak apa yang terjadi dengan Darcy hanya dengan membaca judul novel ini. Ide awalnya sesungguhnya cukup menarik, tapi sayang penyampaian ceritanya tidak berjalan mulus dan membosankan. Saya hampir tidak dapat menyelesaikannya kalau saja tidak penasaran dengan ending cerita. Wajarlah bila saya tak ingat cerita persisnya, wong bacanya selayang pandang selintas lalu:D

3. Austenland

Shannon Hale, 2007

Jane begitu terobsesi dengan tokoh Mr Darcy dari film Pride and Prejudice hingga orang-orang terdekatnya beranggapan ia masih melajang di usianya yang kepala 3 karena terus saja mendambakan sosok Mr Darcy -yang jelas tak ada di dunia nyata-. Suatu ketika ia mendapatkan kabar bahwa salah seorang bibinya meninggal dan mewariskan sesuatu padanya. Ternyata warisan dari sang bibi berupa liburan di Austenland. Austenland adalah sebuah resort di mana pengunjungnya bisa berperan dan merasakan kehidupan abad ke-19, zaman di mana novel Jane Austen mengambil latar waktu. Di balik kegembiraannya bisa merasakan kehidupan ala Lizzie Bennet, Jane bertanya-tanya tentang maksud sang bibi memberikan hadiah ini padanya?

Austenland mungkin adalah impian bagi setiap penggemar novel Austen. Merasakan kehidupan abad pertengahan dengan rok-rok mengembang, kereta kuda, dan segala adab sopan santun ala bangsawan. Tapi seindah-indahnya kehidupan di Austenland, tetap saja hal itu tidak nyata. Buku ini adalah seri pertama dari serial Austenland. Ceritanya ringan dan menyenangkan ala2 chicklit (hehe...tahu kan pasti happy ending). Austenland juga sudah dibuat versi layar lebarnya dengan judul yang sama, tapi saya belum nonton.

bersambung....

2 Sep 2014

Anak Autis Boleh Makan Terigu? (Share Artikel)

Mungkin menjadi impian setiap orang tua penyandang autisme bahwa sang anak bisa bebas makan gluten. Karena hampir setiap makanan/jajanan melibatkan zat gluten ini -yang bahkan tidak bisa diproduksi di negeri sendiri alias masih mengimpor-. Artikel ini saya baca di majalah Tempo bulan Juni 2014. Rasanya seperti mendapatkan angin segar... walau saya tak sepenuhnya yakin dengan artikel ini. Selama ini Hanif masih menunjukkan efek ketika makan terigu. Mungkin suatu saat nanti... *berharap. Semoga bermanfaat.





27 Agu 2014

Tips: Membersihkan Bekas Spidol Permanen

Suatu ketika saya pulang kantor dan mendapati cermin di lemari sudah dicoret-coret spidol permanen warna merah. Tidak lain dan tidak bukan hasil dari kreativitas Hanif. Entah nemu di mana spidol merah. Tulisannya "SCTV" lengkap dengan lingkaran di ujung huruf S-nya-_- Biasanya bekas spidol permanen bisa dihilangkan dengan menimpa tulisan dengan spidol whiteboard. Tapi di rumah tak ada spidol whiteboard. Sempat terpikir "ah ya udahlah, cuekin aja. Resiko punya anak kecil." Tapi tiba-tiba saya teringat pernah menonton acara Jepang yang isinya tips2 orang Jepang melakukan segala macam, bahkan sampai ada tips bangun pagi tercepat *geleng-geleng. Di acara itu ditayangkan tips membersihkan bekas spidol di lemari kayu dengan COKLAT!! Ha...kebetulan ada coklat Chunky Bar di kulkas. Jadilah dikorbanin 1 blok untuk membersihkan kaca cermin. Caranya gampang, cukup digosok-gosok tepat di atas berkas spidol, lap dengan kain/tisu, lalu bersihkan kembali dengan cairan pembersih untuk menghilangkan lemak coklatnya. Hasilnya...cling! Saya sempat berpikir mungkin kandungan minyak/lemak dalam coklatlah yang mengikis bekas spidol. Saya pun iseng mencoba dengan margarin dan ...gagal. Oh iya, cara ini tidak bisa dipakai jika bekas spidol sudah terlalu lama. Selamat mencoba^^

step 1

step 2


26 Agu 2014

Resensi: The Lonely Hearts Club


versi english

Ebook, Elizabeth Eulberg


Setelah mengalami ditinggalkan sahabatnya demi 'cowok' dan dikhianati pacarnya sendiri, Penny Lane bertekad untuk tidak pacaran lagi (setidaknya selama ia masih sekolah). Terinspirasi dari salah satu lagu The Beatles -salahkan orangtuanya yang penggemar berat Beatles, sampai-sampai namanya dan kakaknya dicomot mentah-mentah dari lagu-lagu Ringo dkk-, Penny pun membuat klub anti cowok bernama "The Lonely Hearts Club". Awalnya ia hanya mencoba mengajak Tracy dan beberapa teman dekatnya, tapi siapa sangka kemudian klub bentukannya menjadi begitu populer. Bahkan mengundang reaksi keras dari para cowok di sekolah dan kepala sekolah! Namun bagaimana ketika Ryan, one of the most wanted boys, mendekatinya? 

Another teen book from Elizabeth Eulberg. Covernya catchy banget, sekali lihat langsung tahu kalau novel ini pasti berkaitan dengan The Beatles. Sayang versi Indonesia-nya terbitan penerbit Belia malah merubah cover-nya, jadi ngga nyambung sama isi novel. Ceritanya agak lebay menurut saya. Tapi mungkin remaja sekarang memang lebay-lebay hehe... Perasaan waktu SMU dulu ngga gitu-gitu amat ditinggalin cowok. Masih banyak ikan di lautan *optimis^^ atau ngga pernah punya pacar #ups. Tapi saya suka ketika para gadis di The Lonely Hearts Club menemukan 'passion'nya masing-masing tanpa harus khawatir penilaian 'cowok'nya. Segitunya yah demi cowok...*abaikan penilaian emak-emak. Just be yourself and find somebody who likes you just the way you are...kira2 itu pesan morilnya. Bacaan yang pas untuk bernostalgia mengenang "the stupidity of high schooler girl"^^


versi indo

7 Agu 2014

Lebaran 7 Kota


Kalau dihitung, sampai tahun ini saya sudah melewatkan lebaran di 7 kota berbeda. Setiap tempat pasti punya cerita tersendiri. Sejak kecil sampai usia SMU, saya dan keluarga kerap menghabiskan lebaran di Surabaya, tempat tinggal mbah dari pihak ibu. Tapi setelah mbah putri dan mbah kakung tiada, ibu dan adik-adiknya beberapa kali pernah berlebaran di Kediri, rumah kami. Ibu saya memang anak tertua, jadi wajar jadi tujuan silaturahim. Selama itu hanya dua atau tiga kali kami berlebaran di rumah mbah dari keluarga ayah. Saat itu pertimbangannya perjalanan ke Maos (Cilacap) cukup jauh dan bekal yang harus dibawa juga tidak sedikit. Dengan dua anak yang masih sekolah dan hanya ayah yang bekerja, pulang ke Maos menjadi suatu kemewahan. Soal tradisi lebaran, ketiga kota tersebut tak jauh berbeda, hanya yang dikunjungi saja yang beda...

Destinasi lebaran kami mulai beragam setelah saya kuliah. Pada tahun pertama saya kuliah, ayah untuk pertama kalinya dimutasi ke Kalimantan Selatan. Ketika tahun kedua kuliah, saya dan adik saya akhirnya berkesempatan lebaran di Barabai. Pun jadi pengalaman pertama kami naik pesawat terbang wuiii.... Rasanya capek, engap... Menurut adik, bisa jadi rasa capek karena dekat dengan kematian. Memang saat itu cuaca agak kurang buruk dan pesawat Lion yang kami tumpangi bergetar-getar. Haha...capek deg-degan. Turun dari pesawat, perjalanan masih berlanjut menggunakan travel sekitar 4-5 jam hingga tiba di Barabai. Lebaran di Barabai sungguh berkesan. Bagaimana tidak, kami tak tahu kalau sehari sebelum lebaran pasar sudah tutup semua. Alhasil, lebaran pun semakin nikmat dengan menu 'indomie' hehe... Kami juga sempat kepagian pas sholat id karena datang jam setengah tujuh. Lapangan tenpat sholat masih seeepiiii. Ternyata sholat id di Barabai baru dimulai jam hampir jam 8.

Setelah saya menikah, otomatis destinasi lebaran nambah di rumah mertua, Palangkaraya. Lebaran di Palangkaraya kesannya heboh dan rame. Di sinilah saya baru merasakan yang namanya 'open house'. Kerabat mertua plus kolega adik ipar yang berjibun seolah tak berhenti dari pagi sampai malam. Selain itu, kebiasaan di sana setiap kali berkunjung, tamu akan ditawari makan besar. Tak seperti di Jawa, tamu disuguhkan kue-kue saja. Jadi seminggu sebelum lebaran kami sudah mencicil masak dan beli ini itu. Tapi sekarang ibu mertua seringkali lebih memilih makanan ringan seperti bakso, pempek atau spagetti untuk dihidangkan. Selain praktis, makanan tersebut juga lebih digemari. Saya dan suami juga sempat berlebaran di Palu, Sulawesi Tengah. Saat itu ayah sedang penempatan di sana. Asyiknya lebaran di perantauan adalah bisa jalan-jalaaaan!! Karena tidak ada sanak saudara yang harus disambangi hehe... Paling tetangga kanan-kiri saja, itu pun sebagian besar juga mudik. Waktu itu kami pergi ke salah satu pantai di daerah Donggala yang cantik dan berpasir putih. Tak lupa pula kami sempatkan mencicipi Sup Kaledo yang super yummy. Baru tahu kalau ternyata kepanjangannya Kaki Lembu Donggala...

Nah, lebaran tahun ini juga sedikit berbeda. Tak hanya karena kedatangan ibu mertua yang ingin berlebaran bersama anak sulungnya, ini juga pertama kalinya saya lebaran di Jakarta dan mudik naik mobil pribadi. Awalnya gara-gara ngga kebagian tiket kereta, tapi hikmahnya jadi bisa ngajak ibu mertua berlebaran di Jawa. Lebaran tahun ini giliran pulang ke Maos. Berhubung sewa mobil, akhirnya kami putuskan untuk berangkat di hari lebaran pertama sore supaya tidak kena macet. Lebaran di Jakarta rasanya sepiii haha... Cuma berkunjung ke ibu kontrakan yang dulu dan ke rumah satu teman yang sedang ngga mudik. Sorenya kami siap-siap mudiiik. Ternyataaa...banyak orang yang berpikiran sama! Perjalanan yang biasanya paling lama 10 jam, kemarin sampai 18 jam! Hadew... Lebaran di Maos juga lebih rame karena ketambahan saudara dari Bu Susi (ibu tiri). Jadi inget lebaran sewaktu ibu masih sakit, saya sempat harus masak sendiri di hari lebaran *sad..kangen ibu. Di sana kami juga tidak bisa leluasa jalan-jalan meski bawa mobil. Di mana-mana macet dan selalu ketemu mobil plat B. Jakarta pindah nih... Demi menghindari puncak arus balik, kami pun terpaksa pulang di lebaran keempat. Alhamdulillah masih lancar, meski Hanif nangis-nangis minta balik ke rumah mbah kakungnya karena belum puas. Maaf ya Hanif...lain kali kita ke rumah mbah kakung lagi.

Mumpung masih suasana lebaran, kami mengucapkan 

"Selamat Idul Fitri 1435 H. 
Taqobalallahu minna waminkum. 
Semoga kita smua menjadi insan yang bertakwa." 

gambar dari google

16 Mei 2014

Resensi: Daddy Long Legs


Jean Webster, Atria

Bagi yang gemar membaca komik, mungkin dulu pernah membaca versi komiknya yang berjudul “Georgia Abbot”. Padahal di novel aslinya ini tokoh utamanya bernama Jerusha Abbot. Jerusha dibesarkan di panti asuhan John Grier dan ia sudah mencapai masa kadaluarsa di sana, maksudnya sudah terlalu lama tinggal di panti. Karena esai yang dibuatnya semasa sekolah, salah seorang dari Dewan Pengawas Panti tergerak untuk membiayainya melanjutkan kuliah. Hal ini sangat jarang mengingat pada zaman tersebut anak perempuan, terutama dari kalangan miskin –apalagi yatim piatu-, biasanya tidak melanjutkan perguruan tinggi. Sang bapak asuh bersedia membiayai kuliah Jerusha dengan syarat ia harus menulis surat kepadanya setiap bulan, menceritakan kehidupannya di kampus. Karena Jerusha tak tahu nama asli sang bapak asuh dan hanya melihat siluet kaki panjangnya ketika keluar dari panti, maka is memutuskan untuk memanggilnya Daddy Long Legs. Sebenarnya ini adalah sebutan untuk laba-laba, bagi Jerusha  bayangan sang bapak asuh itu mirip dengan laba-laba (imajinasi seorang anak 17 tahun!!!). Sebagian besar novel ini terdiri atas kumpulan surat-surat Jerusha (yang selanjutnya memutuskan untuk dipanggil Judy –kedengarannya lebih keren-) kepada Daddy Long Legs. Surat-surat tersebut selalu dari Judy karena sejak awal sudah diberitahukan bahwa Daddy Long Legs tidak akan membalas. Pada akhirnya tentu saja terungkap jati diri Daddy Long Legs.

Novel ini menarik karena terdiri dari kumpulan surat. Pertama kali membaca novel yang dibangun oleh kumpulan email, SMS, dan instant messaging antar tokoh di dalamnya sewaktu SMU, lupa judulnya. Takjub karena kumpulan tulisan kepada orang bisa dijadikan sebuah novel. Ternyata novel ini lebih dulu dibuat, terbit pertama tahun 1912. Tapi di novel ini komunikasi hanya terjadi satu arah –dari Judy ke Daddy Long Legs- sehingga agar ceritanya dapat mengalir, bentuk surat Judy mirip seperti diary. Yah, wajar mengingat pada zaman itu belum ada email, sms, atau chatting. Sisi lain yang menarik di novel ini mengungkapkan pandangan dan kehidupan di Amerika pada tahun 1900-an, antara lain hubungan antar laki-laki dan perempuan yang sangat sopan, pandangan tentang kesetaraan pria dan wanita dalam pendidikan, hingga perasaan Judy ketika harus bergaul dengan teman-teman kuliahnya yang sebagian besar berasal dari kalangan berada.

13 Mei 2014

Resensi: After School Club


Orizuka, Bentang Belia, 2012

Ceritanya tentang Putra, cowok populer, ganteng dan kaya, yang terpaksa masuk kelas tambahan seusai sekolah karena nilai pelajaran Fisikanya jeblok. Meski awalnya enggan bin ogah karena melihat ke'dodol'an anak-anak After School Club, mau tak mau ia harus menjalaninya atau ayahnya akan dipanggil ke sekolah. Entah akan seperti apa reaksi ayahnya jika tahu anak semata wayang yang diharapkannya jeblok nilainya. Di After School Club ada Cleo -ketua club yg jahilnya setengah mati-, ada si kembar Ruby-Mario yang maniak cosplay, Zia yang always 'make-up', Tiar, Panca, dan anak-anak lain yang keusilannya bikin geleng-geleng kepala anak SD (lebih parah soalnya). Bahkan mereka kompak memanggil Putra dengan sebutan "pangeran". Namun di balik meriahnya kelakuan mereka, Putra menemukan sesuatu yang lain, sesuatu yang membuat mereka semua selalu datang ke After School Club sepulang sekolah...meski nilai mereka tak lagi jeblok.

Kesan pertama yang terlintas di pikiran saya saat awal membaca buku ini "wah, koq sinetron banget". Cowok ganteng, tajir dengan cewek populer yang selalu 'nempel' walau bukan pacarnya, lalu sekelompok anak-anak 'nerd' yang jadi bulan-bulanan di sekolah *ugh... Hampir-hampir saya berhenti di awal bab. Tapi syukurlah semakin ke belakang ceritanya tak seperti dugaan awal saya. Buku ini mengingatkan saya pada film jadul The Breakfast Club. Ceritanya ngga mirip banget sih, tentang 5 siswa dari 'geng' berbeda yang terpaksa harus menjalani hukuman bersama di hari Sabtu. Selama menjalani hukuman, mereka jadi terbuka satu sama lain dan sadar akan kesamaan di antara mereka yakni mempunyai masalah keluarga. Meski hanya bersetting setengah hari, karakter tiap tokoh dalam film tersebut ter-explore dengan baik. Sayang sekali buku ini tak demikian, karakter anggota After School Club yang lain hanya jadi 'tempelan' pelengkap kisah Putra dan Cleo. Padahal cerita akan lebih berwarna jika tak hanya fokus pada satu orang. Keusilan member After School Club menurut saya terasa agak kekanakan untuk remaja setingkat SMU. Overall, saya cukup menikmati buku ini. Pesan moralnya ada, tentang teman sejati dan pentingnya komunikasi yang baik dengan orang tua. Saya jadi berpikir, apakah memang sesulit itu untuk mengemukakan pendapat pada ortu untuk abege sekarang^^ *alhamdulillah punya ortu yang supportive

Review: Divergent and Free Four


Veronica Roth, Katherine Tegen Books, 2012


It's been a while since my last reading in January maybe?. Still doing read but I just pick articles and a looot of korean drama synopsis. Hwahaha...it's addicting, you know? It's the same as reading serial, plus it has screencaps from the drama. Now since there is no interesting drama to be fan of ^^, I decide going back to old habit. Beside, I have English challenge this year...minimal 7 english books, which is still no progress -it's Maaay *screaming. For the first turn I take Divergent. It's because of the movie, of course. Wanna read it before watching. Let's check the review...

Another dystopian novel...as usual it's always about the wold that divided into several faction. It consists of Abnegation -whose valuing selflessness-, Candor -valuing honesty-, Erudite -valuing cleverness-, Dauntless -valuing bravery- and Amity -valuing love/caring, I forgot this one. Anyway, our heroine is Beatrice or Tris. She comes from Abnegation, but she always feel not selfless enough being an Abnegation. There is a tradition that every child from all faction can choose to stay in their current faction or switch to other when they are 16. Switching to other faction sometimes means cut the tie from family because faction comes first than blood. From the test before the ceremony, Beatrice know the test result can't tell exactly what faction she should belong to. She is divergent and the examiner tells her not to tell anybody her result. Then she choose Dauntless while his brother choose Erudite, both make their father dissapointed. In Dauntless, Tris have to pass several tests before she can be the member officially.  During the training, she found that Dauntless is no longer valuing bravery but more to cruelty. The instructor of the training named Four is later known being a Divergent too. She also learns being Divergent means death in Dauntless. When her mom visiting, mom asks her to find her brother in Erudite and tell him for investigating about simulation serum. It seem something really bad is happening in their country...

Bah...it should be easier writing review in English since I read English, but it's not hehe... Okay, I feel too much things revealed in the first book. The pace is quite fast. Suddenly the heroine got boyfriend and there is no second lead... make me feel something missing :D. The character of Tris is typical heroine, stone-headed, bold and determined. On the other side, Four is somehow potrayed less stronger than her, not physically but mentally. It's not how the alpha male should be, right? Reading this novel also gave me a little bit of Harry Potter -the all faction and ceremony things-, a glimpse of The Hunger Games -in part of the deadly training-, and  a sparkle of Vampire Academy -falling in love with instructor, but still in Divergent way. I enjoy this novel even this don't make me wanna jump to the second book right after like with The Hunger Games.


Addition: Free Four

I found this when I was googling about Divergent. Since this only one chapter, I just put it in here. Free Four tells about a part of Divergent story from Four's point of view. The part being told is the blade throwing part, when Tris is forced to take Al's place to be the target because she defends for him. Then Nick, the cruel leader of Dauntless, asks Four to throw the knife. It then revealed that Four is actually struggling the strategy to cover his interest to Tris, of which Nick is suspicious about. It's always nice reading the story from both sides. I felt that way reading Flipped. Anyway, according to writer's blog, there will be five short stories of Four. Two of it (Free Four and The Transfer -I haven't read this) have been released.  The rest will come out this year, 2014, and they will make it in one book. Yaaay...Four-mania must be thrilling (I'm not included^^).