27 Nov 2011

Flipped





Gara-gara penasaran pengin nonton filmnya –yang direview baguuus banget sama jutaaan orang di dunia maya- dan tak kunjung nemu bajakannya di lapak DVD langganan, akhirnya saya putuskan untuk membaca bukunya dulu. Sebenarnya edisi Indonesianya sudah ada, tapi berhubung saya lagi pengiritan jadi download aja dari internet. Hehe...lagi-lagi ngga modal dan ternyata memang bagus. Buktinya saya bisa menyelesaikannya sampai akhir. Biasanya saya males baca yang 'in English' kecuali emang bagus. Rekor ini cuma bisa disaingi oleh Vampire Academy Series yang juga terpaksa saya baca ebooknya ‘in english’ karena belum terbit edisi Indonesianya.

Juliana Baker jatuh cinta pada pandangan pertama pada Bryce Loski, tetangga barunya, ketika kelas 2 SD. Sebaliknya Bryce benci banget pada Juli, yang menurutnya aneh dan menyebalkan. Di mata Bryce, Juli suka bertingkah aneh dengan mengendus-endus rambutnya dan betah berjam-jam nangkring di atas pohon. Belum lagi keluarga Juli yang tak kalah aneh, ayahnya yang seperti tidak punya kerjaan lain selain melukis, saudara laki-laki Juli, Matt dan Mike, yang eksentrik dengan bandnya “Mistery Pisser”-tukang pipis misterius hehe- juga ular boa piaraan mereka, dan halaman keluarga Baker yang jorok tak terawat. Tapi Juli menganggap mata dan senyum Bryce sangat mempesona, bahkan untuk anak kelas 2 SD haha... Dan seperti kata pepatah “jangan terlalu benci, nanti jadi cinta”, that happens...

Meski ide ceritanya klise, tapi cerita ini disampaikan oleh Draanen dengan sangat pintar dan menarik. Gaya penceritaan disajikan dalam sudut pandang 2 orang secara berseling, Bryce dan Juli. Jadi pembaca bisa tahu ketika Bryce sengaja menghindari Juli dan mendekati Shelly –musuh Juli, cantik tapi berotak kosong- agar Juli tidak terus-terusan menempel, di sisi lain ternyata Juli malah menganggap Bryce begitu pemalu dan membutuhkan pertolongan untuk mendepak Shelly yang dianggapnya agresif. Salah tangkap dan akibatnya terjadilah duel antara Juli dan Shelly hehe. Kemudian seiring bertambahnya usia dan berbagai kejadian pada masa pertemanan mereka, Juli mulai melihat diri Bryce yang sebenarnya -yang ternyata tidak semenawan mata dan senyumannya-. Sementara itu Bryce juga makin menyadari bahwa Juli tidaklah seaneh anggapannya semula. Itulah maksud judul buku ini, Flipped, yang tadinya suka setengah mati jadi ilfil, dan yang semula benci jadinya malah suka. Di sini pembaca diajak untuk melihat ‘beneath the surface’ seluruh tokohnya. Keluarga Baker yang eksentrik ternyata lebih baik dari keluarga Loski yang terlihat serba sempurna. Petuah-petuah bijak banyak disampaikan melalui buku ini terutama oleh tokoh Robert Baker, ayah Juli dan Chet, kakek Bryce.
'Don’t jugde a book by it’s cover’, itulah inti yang ingin disampaikan dalam novel ini. Jadi bacalah, dan jangan men-judge sebelum selesai membacanya hehe.... Baguus...*makin pengen nonton filmnya...

Update 7 Desember 2011: saya sudah nonton!!! Tumben2nya siang ini modem saya lumayan cepat, download film cuma 35 menit. Allah sudah meridloi hehe... Kesan saya sih masih lebih seru baca bukunya. Ada beberapa bagian yang dihilangkan di film seperti 'the mistery pisser' dan pertengkaran Juli vs Shelly, pertimbangan durasi kali ya. Tapi saya lebih suka ending yang di film -yang menurut saya lebih happy-. Akting pemerannya bagus-bagus, yang jadi Mr. Loski itu yang di serial ER bukan ya? Yang jadi Bryce dan Juli juga cakep, so cute... Trus suasana filmnya itu loh 'oldies' ala tahun 60-an. Padahal setting di novel kayaknya masa kini deh. Mungkin karakter Juli dan Bryce dirasa langka untuk potret remaja barat masa kini makanya setting filmnya jadi dimundurin. Well, nice movie...four thumbs up (kaki juga ikutan hehe). Nonton film ini serasa nostalgia cinta monyet^^.



ni ending movienya

26 Nov 2011

Bolu Ketan Item Kukus


Bolu ketan item lumayan sering saya bikin untuk Hanif masa-masa awal dia harus diet. Bikinnya praktis dan rasanya juga legit. Resepnya saya dapat dari mamanya Raihan, teman satu tempat terapi, dengan modifikasi sana-sini. Saya biasa pakai ukuran gelas kopi (yang sering dipakai ngopi di warung, gelasnya ada garis horizontalnya dua dan garis2 vertikal di bagian bawah) berhubung timbangan Lion Star saya ngga terlalu akurat. Digoyang dikit, jarumnya langsung geser:p. Saya memang ngga terlalu saklek untuk takaran ketika bikin kue. Yang penting jadi, bisa dimakan dan anaknya doyan hehe...

Ini resepnya:

6 butir telur, buang 4 putihnya

1 gelas gula pasir

1 sdt TBM (ngga pake jg gpp)

Vanilli secukupnya

1,5 gelas tepung ketan hitam

0,5 gelas tepung mocaf

4 sdm penuh margarin, dicairkan

Caranya:

1. Kocok telur, gula, TBM dan vanilli sampai mengembang (kurleb 15 menit, kecepatan maks ya).

2. Masukkan tepung sedikit demi sedikit sambil diaduk manual.

3. Terakhir masukkan margarin cair, aduk balik sampai rata.

4. Olesi loyang dengan margarin, tuang adonan. Kukus selama 35 menit. Tutup tutup panci pake serbet ya.

Gampang kaaan. Bolu ketan item juga bisa dipanggang pake Happy Call. Lebih enak karena ada pinggiran gosongnya. Juga lebih cepat karena memanggangnya cuma 12-15 menit. Ini penampakannya hoho...


Tips:

1. Mengaduk tepung dan margarinnya harus perlahan dan tidak terlalu lama agar adonannya ngga kempis lagi dan kue akan mengembang sempurna.

2. Jika memanggang pake happy call, sebaiknya margarinnya dicairkan di pan-nya. Jangan lupa dioleskan di pan bagian atasnya. Alasannya biar ngga ada yang kebuang dan memperkecil kemungkinan lengket. Saya biasa memanggang sekitar 7 menit, lalu dibalik 5 menit dengan api kecil tapi ngga kecil banget. Pernah juga pake 10 menit/5 menit dengan api kecil banget, hasilnya warna matangnya lebih rata. Suka2 aja, pilih yang mana. Selama memanggang, pan jangan dibuka-buka. Percaya aja insya Allah mateng hehe... *sambil berdoa.

Morning Light



Sejujurnya bukan masanya lagi saya membaca novel bergenre teenlit. Malu...inget umur hehe... Tapi novel yang satu ini beda, yang jelas saya tidak menyesal membacanya. Awalnya gara-gara nama penulisnya terasa familiar bagi saya, dan ternyata benar...sang penulis adalah teman seangkatan saya waktu kuliah tapi beda spesialisasi. Aih...makin penasaran nih. Jadilah saya meminjam buku ini dari adik kelas saya. Teteup...ngga modal...
Cover buku ini bergambar bunga matahari, tapi entah kenapa judulnya morning light. Sinopsis di cover belakang buku ini menuturkan tentang bunga matahari yang lelah terus menatap matahari. Singkat kata, awalnya saya menyimpulkan ceritanya mirip cintapuccino kali ya, cinta bertepuk sebelah tangan... Ternyata saya salah. Ada 4 tokoh sentral di buku ini Sophie, Devon, Julian dan Agnes. Mereka sohiban sejak SMP dan mereka berempatlah bunga mataharinya. Sophie yang ingin jadi penulis tapi dibayang-bayangi ketenaran sang mama, jurnalis ternama. Devon yang cinta sepak bola, jadi tertekan berlatih di bawah arahan sang ayah yang mantan pesepak bola handal. Julian yang berambisi melebihi prestasi yang pernah diraih kakaknya. Sementara Agnes selalu merasa dirinya tidak dicintai orang tuanya karena tak sepintar dan secantik almarhumah kakaknya. Mereka berjuang untuk lepas dari bayang-bayang matahari dan mendukung satu sama lain. Bagaimanakah akhir ceritanya? Baca sendiri ya...
Di luar dugaan saya menyukai buku ini. Padahal si empunya buku bilang “ngga terlalu bagus mbak”. Yah, selera beda-beda. Ceritanya mengalir dan cela-celaan antar 4 sahabat yang akhirnya “in love” satu sama lain membuat buku ini tidak membosankan. Saya bahkan senyum-senyum sendiri karena lucu. Tentang cinta-cintaan, meski ada tapi tidak menjadi fokus utama di novel ini. Pokoknya beyond ekspektasi saya terhadap novel teenlit umumnya. Mereka berempat saling mendukung sampai akhirnya menyadari ada sesuatu yang berbeda, pun tanpa harus dinyatakan dengan kata "suka" -yang menurut saya norak:p-. Siapa sama siapa hayo? Bagaimana pun, yang terpenting adalah moral values dari novel ini. Just be yourself, secara penting banget tuh buat para ABG. Hehe...yang udah ngga ABG lagi.
For Windhy, keep up the good work. Salut masih bisa bikin novel padahal kerjanya 7.30 to 5. Penasaran pengen baca novelnya yang lain:)

Class Visit

“So...bakso.... Ibu Guru punya bakso nih! Siapa mau beli?.”

Anak-anak berebut menghampiri. “Aku! Aku!.”

“Ayo, yang anak sholeh, duduk dulu. Kasihan yang di belakang ngga bisa lihat”

“Nih, bakso yang ini terbuat dari kayu. Boleh disusun jadi menara. Ditumpuk dua boleh, satu-satu pun boleh. Biar tinggi kayak menara WTC.”

“Kalau mau pipis ke WTC ya bu?.”

Hehe...itulah percakapan yang sempat saya dengar ketika mengikuti Class Visit di sekolah Hanif. Ibu Guru sedang mengajari anak-anak membuat menara dari balok kayu. Saya dan Bu Dewi, salah satu wali murid juga, berkesempatan ikut Class Visit minggu lalu. Tujuannya untuk memberikan masukan pada pihak sekolah tentang kegiatan belajar, baik metode, media, maupun cara pengajaran. Selama 1,5 jam di dalam kelas, saya diperkenalkan sebagai guru baru...hanya untuk sehari hehe...dan selanjutnya menjadi asisten Ibu Guru. Kegiatan hari itu sholat dhuha, meronce, menyusun menara, memasang puzzle, lalu makan snack bersama. Subhanallah...ibu gurunya sudah oke cara mengajarnya. Malah saya yang jadi berlajar banyak hari itu. Tentang bagaimana cara bicara yang menarik perhatian anak, melerai anak yang bertengkar, membujuk yang nangis, mengajari sholat, sampai membiarkan anak makan secara mandiri meski berantakan. Padahal ibu gurunya sebagian besar masih single loh. Sayangnya saya tidak bisa visit di kelas Hanif karena Hanif kolokan kalau ada ibunya. Tapi saya cukup puas mendengar cerita Bu Dewi yang visit di kelas Hanif. Katanya “Hanif mau ikut kegiatan, Bu”. Alhamdulillah...