29 Agu 2012

Resensi: Adriana, Labirin Cinta di Kilometer Nol


Fajar Nugros dan Artasya Sudirman, Lingkar Pena

Novel ini bukan buku baru dan termasuk salah satu favorit saya. Tapi sepertinya tidak terlalu populer kalau melihat vote-nya di goodreads, padahal novel ini bagus lho. Jika pernah membaca Rahasia Meede, kesamaan novel ini dengannya adalah sama-sama berlatar bangunan bersejarah Jakarta. Tentunya dengan tema cerita yang jauh lebih ringan dan ada kocak-kocaknya khas anak muda Jakarta.

“Jika karpet itu berganti lima kali, aku akan menjumpaimu di tempat dua ular saling berlilitan pada tongkatnya, saat proklamasi dibacakan.” Mimpi apa Mamen semalam, bertemu gadis cantik di Perpustakaan Nasional yang memberinya teka-teki aneh ketika ia memintanya untuk ketemuan lagi. Bahkan ia tak sempat bertanya nama gadis itu. Berbekal rasa penasaran (mungkin juga karena love at first sight), Mamen meladeni teka-teki demi teka-teki yang diberikan si gadis bernama Adriana. Tapi berhubung ia sering bolos sejarah saat sekolah, Mamen meminta bantuan Sobar, sohibnya yang jago sejarah.

Awalnya Adriana hanya ingin mengerjai Mamen, cinta pertamanya saat sekolah. Dulu Mamen tak mengenalnya, apalagi sekarang saat dirinya sudah bermetamorfosa (lebih cantik maksudnya). Tapi siapa yang menyangka kalau dia juga akan mendapatkan teka-teki. Mungkinkah Mamen, si buta sejarah, yang membalas teka-tekinya? Adriana memutuskan menelusurinya untuk mencari tahu.

Setiap teka-teki yang diselesaikan Mamen dan Adriana berujung pada berbagai bangunan bersejarah Jakarta dan menguak sedikit kisah di baliknya yang tidak akan didapat dari buku teks sejarah sekolahan. Andai belajar sejarah bisa semenyenangkan ini. Ya...membaca novel ini seperti belajar sejarah dengan menyenangkan melalui teka-teki. Pada akhirnya seluruh labirin teka-teki itu berakhir di kilometer nol Jakarta, di mana Mamen menyadari arti cinta sejati dan menemukannya.

Buku yang ditulis oleh Fajar Nugros dan Artasya Sudirman ini disajikan dari dua sudut pandang. Cerita dari sisi Mamen ditulis oleh Fajar, dan sisi Adriana ditulis Artasya. Pembaca akan terpuaskan mengetahui apa yang dirasakan kedua tokoh utamanya, cover both sides seperti prinsip jurnalis hehe... Buku ini dilengkapi foto-foto, untuk memperkuat visualisasi bagi yang belum pernah mengunjung situs-situs sejarah Jakarta. Alur ceritanya juga cukup menegangkan dengan adanya pihak ketiga yang menciptakan labirin antara Mamen dan Adriana. Anyway, novel ini lengkap, ada lucunya, misterinya, sejarahnya, romantisnya pun ada. Refreshing reading for spare time!