8 Mar 2024

Resensi: Heartbreak Motel

Ika Natassa

Gramedia Pustaka Utama, 2022

391 halaman

Novel ini berkisah tentang Ava Alexandra, seorang aktris terkenal yang selalu totalitas dalam setiap film yang dibintanginya. Penuturannya menggunakan alur flash back berselang seling antara masa lalu dan masa kini, mengikuti perjalanan Ava dari awal karir, membintangi film breakthroughnya, cinlok dengan aktor pasangan mainnya walau akhirnya kandas, kemudian pertemuannya dengan Raga -cowok yang tidak mengenal sosok aktris Ava Alexandra-, juga kisah masa kecilnya yang ternyata tidak semulus karirnya.

Ini kali kedua saya membaca novel Ika Natassa dan saya menyukai kisah Ava. Novel Ika yang pertama saya baca adalah The Architecture of Love, namun entah mengapa tidak terlalu berkesan *btw, saya membaca ulang novel itu setelah ini dan ternyata bagus juga haha...mungkin dulu saya bacanya kurang khusyu ya. Heartbreak Motel ini sedikit mengingatkan saya dengan Maya Kitajima (komik Topeng Kaca). Ava mirip dengan Maya dalam hal terlalu mendalami perannya, namun Ava membutuhkan waktu untuk move on dari perannya dengan cara menyepi di sebuah hotel. Inilah mungkin yang menjadi alasan judul novelnya. Ini bukan novel yang berakhir dengan wedding seperti novel romance pada umumnya, novel ini bak dialog hati Ava dalam setiap situasi yang dihadapinya tanpa ada ending yang puncak. Namun berkatnya, saya jadi bisa memahami alasan artis yang repot-repot berseteru dengan netijen yang komen negatif di akunnya, padahal dicuekin saja lebih praktis. Membaca novel ini seperti diajak untuk menerima seorang Ava yang ternyata jiwanya rapuh. Saya menikmati detil kebiasaan artis yang terungkap di novel ini, seperti memanggil dengan nama peran selama menjalani syuting walau tidak sedang di depan kamera. Ika Natassa serius melakukan risetnya sebelum penulisan novel ini. Secara keseluruhan, novel ini membuka pengalaman baru tentang sisi kehidupan artis yang tidak sesempurna kelihatannya dan sukses membuat saya jadi ingin membaca novel Ika Natassa yang lain. Oh satu hal lagi yang saya suka, i love the bickering between Ava and her bestfriend. Lucu, gemes dan bikin saya ngiri ingin punya bestfriend yang tetap erat meski sudah berkeluarga.