Shannon Hale, Bloombury, 2012
Charlotte adalah wanita biasa. Ia bertemu dengan James, lalu menikah dan mempunyai dua anak yang sempurna. Ketika bisnisnya semakin sukses, ternyata kehidupan rumah tangganya mencapai titik balik. James meninggalkan Charlotte dan menikahi wanita itu. Hubungannya dengan anak-anaknya yang beranjak remaja pun tak berjalan mulus. Hingga suatu ketika, ia menemukan daftar "things to do before 30" di diary lamanya. Di antara sekian target, ia menuliskan "membaca novel Jane Austen" yang belum dilakukannya. Tak disangka ia menemukan penghiburan saat membacanya. Lalu ketika ia memutuskan "perlu" berlibur sejenak, destinasi pilihannya jatuh pada Austenland. Sebuah resort di Kent, Inggris di mana pengunjungnya dapat merasakan kehidupan di era Austen -rok lebar, korset dan berkuda- dan berperan menjadi orang lain bersama aktor di resort tersebut. Charlotte tak tahu apakah liburannya ini akan membantunya melihat lebih jernih segudang masalah yang dihadapinya atau malah akan semakin membuatnya terpuruk sebab hidupnya jauh dari kesempurnaan Austenland...
Buku ini adalah seri kedua dari serial Austenland. Tapi keduanya memiliki tokoh utama yang berbeda jadi membacanya tak perlu berurutan. Hal pertama yang terlintas dalam pikiran saat membaca serial ini adalah penulisnya pasti sangat maniak dengan Jane Austen. Sampai-sampai tercipta ide tentang Austenland, suatu resort di mana pengunjungnya bebas berperan jadi yang ia mau dan hidup ala Jane Austen. Meski sempat lama membaca bagian awalnya -karena hidup Charlotte yang sedemikian miserable-, lambat laun cerita makin seru bahkan banyak kejutan di alur ceritanya. Seri kedua ini agaknya terinspirasi dari karya Austen, Northanger Abbey yang bernuansa gothic dan ada misteri-misterinya. Saya juga salut dengan tokoh utama karena ia tak melupakan anak-anaknya walau tengah 'berlibur sejenak' di Austenland. Novel ini membuat saya berpikir bahwa yang terjadi pada Charlotte juga bisa terjadi pada siapa saja, bahwa hidup memang selalu naik dan turun. Tapiiii...di balik semua itu pasti ada hikmah. Seperti halnya Charlotte, berlibur di Austenland ibarat menjauh dari pusaran badai sehingga ia bisa melihat dengan lebih jelas segala permasalahan hidupnya untuk kemudian berusaha memperbaikinya...^^