5 Mar 2014

Resensi: A Kiss in Time


Alex Flinn, HarperTeen, 2009

Ini bukanlah kisah tentang putri tidur yang biasa. Setelah tertusuk jarum pintal dan tertidur bersama seluruh kerajaannya, Putri Talia akan terbangun oleh ciuman dari cinta sejatinya. Tapi sungguh kenyataan tak seindah ramalan. Ia terbangun oleh ciuman Jack, seorang remaja yang kebetulan tersesat di hutan kerajaannya dan oh...tentu saja dia bukan pangeran. Selain itu, Talia juga harus menghadapi kemurkaan ayahnya yang mendapati bahwa seluruh kerajaan telah tertidur dan tersamarkan selama lebih dari 300 tahun. Kini kerajaan ayahnya sama sekali tak punya apa-apa dan ini semua kesalahannya. Gara-gara ia tak mengindahkan larangan yang telah didengarnya sejak kecil, jangan mendekati alat pemintal. Tak tahan dengan kemarahan sang ayah, Talia memutuskan pergi dengan Jack. Jika ramalan itu benar adanya, maka Jacklah cinta sejatinya. Meski cowok itu terlihat masih kekanakan tapi ia cukup baik dan Talia bertekad membuat Jack jatuh hati padanya. Mungkin segala sesuatunya akan kembali sebagaimana semula ketika cinta sejatinya menikahinya...

Jika pernah nonton Beastly-nya Alex Pettyfer dan Vanessa Hudgens, buku ini dikarang oleh penulis yang sama. Masih mengambil tema "remake" dari dongeng klasik, yang mana selalu jadi favorit saya. Kali ini berdasarkan dongeng klasik "Sleeping Beauty". Dibandingkan dengan Beastly yang mengambil plot yang sama dengan dongen aslinya, di karyanya yang ini Alex Flinn mengembangkan plot cerita dari versi aslinya. Di versi asli cerita berakhir saat putri tidur terbangun oleh ciuman sang pangeran, tapi yang ini putri tidur terbangun dan mendapati banyak masalah menghadang. Karakter tokoh utamanya Putri Talia awalnya digambarkan sebagai gadis manja tetapi lambat laun ia bisa menyesuaikan diri dengan "dunia modern" dan malah memberikan pengaruh yang positif ke orang-orang di sekitarnya. Sementara Jack adalah remaja labil yang tertekan oleh ambisi orang tuanya dan memberontak dengan berhura-hura. Perjuangan Talia membuat Jack jatuh hati dan interaksinya dengan dunia modern benar-benar kocak sekaligus menghibur. Bayangkan saja seorang putri dari 300 tahun lalu diminta menggunakan handphone bahkan diajak naik pesawat haha... Jujur, saya lebih suka novel ini dibandingkan Beastly.