4 Apr 2013

Nonton Film I'm Star


Akhir pekan lalu saya mendapatkan 2 undangan menonton film I'm Star dari pihak panitia. Kebetulan acaranya diadakan di Kampus STAN, almamater saya pada hari Minggu tanggal 31 Maret kemarin. Jadi mungkin yang diberikan ke saya adalah jatah undangan untuk dosen, i'm so lucky... Bagi yang belum pernah mendengar tentang I'm Star, film ini melibatkan para personel band autis "I'm Star" dan mereka juga pernah tampil di Kick Andy beberapa waktu yang lalu. I'm Star terdiri dari Arya, Ervita, Shinta dan Bima. Mereka adalah penyandang autis dan hebatnya...masing-masing menguasai lebih dari 1 alat musik. Acaranya dimulai jam 9 pagi tapi saya baru datang sekitar jam 9.30. Saya datang hanya bersama Hanif, karena si ayah berangkat dinas luar pagi itu juga. Acara intinya adalah pemutaran film yang didahului dengan talkshow ringan dan penampilan band I'm Star di sela-sela acara. Talkshownya sendiri mengambil tema "Autisme dan Kompleksitasnya" dengan pembicara Psikolog Sri Muji Rahmawati, yang merupakan pengajar di Sekolah Budi Waluyo -tempat 3 personel I'm Star belajar-. Bahasannya tentang gejala-gejala autis dan menurut saya penyajiannya sangat mudah dimengerti. Mungkin lain kali saya akan menuliskannya dalam posting tersendiri. Saya juga sempat disapa oleh Arya ketika hendak mengantar Hanif ke kamar kecil. Sedikit surprise...ternyata Arya sangat ramah. Ia terlihat begitu senang ketika dipuji atau diberi applause oleh penonton. Lagu yang dibawakan saat itu antara lain Heal The World, Oh Mama Oh Papa, New York New York, dan lagu lain yang tak begitu saya simak karena sembari mengawasi Hanif yang sibuk lari-larian dan naik turun tangga. Saat pemutaran film pun Hanif masih lari-lari meski tidak keluar gedung. Jadilah saya nonton ngga konsen, sebentar lihat film, sebentar lihat Hanif.

Film yang bertajuk sama dengan nama bandnya ini disutradarai oleh Damien Dematra. Bercerita tentang Marcella/Mela (diperankan Natasha Dematra) yang kurang mendapatkan perhatian dari kedua orang tuanya sejak kematian Melinda, adiknya yang (sepertinya) berkebutuhan khusus. Ia pun lebih suka menghabiskan waktunya di sekolah daripada pulang ke rumah. Saat pemilihan Ketua OSIS, Mela berhasil terpilih tapi sayang hanya mendapat sambutan dingin dari orang tuanya. Kemudian pihak sekolah yang berencana menjadikan sekolah sebagai sekolah inkusi mulai menerima beberapa anak berkebutuhan khusus (diperankan personel I'm Star) sebagai percobaan. Keberadaan mereka mengingatkan Mela akan adiknya dan ia pun menjadi dekat dengan mereka. Tapi tidak demikian dengan teman-teman yang lain, keempat siswa baru malah dibully, diejek dan dijauhi. Hal yang sama pun terjadi pada Mela sebagai efek kedekatannya dengan Arya dkk., semua sahabatnya menjauhinya bahkan posisinya sebagai Ketua OSIS terancam karena Lydia -kandidat saingannya yang juga putri anggota yayasan sekolah- menghasut pengurus OSIS lain untuk menentang Mela. Tapi ia tak putus asa dan mendapatkan ide untuk menggelar konser band I'm Star untuk menunjukkan pada teman-teman yang lain bahwa Arya dkk juga punya bakat. Untuk itu Mela berusaha melobi pihak sekolah di pertemuan dengan pengurus yayasan. Melihat perjuangan Mela, orang tuanya yang juga hadir di pertemuan itu akhirnya menyadari bahwa selama ini mereka malu mengakui keadaan Melinda dan telah menelantarkan Mela akibat tenggelam dalam penyesalan. Mela pun berdamai dengan orang tuanya dan pihak sekolah pun menyetujui I'm Star tampil di acara sekolah. Begitulah kiranya jalan cerita film yang bisa saya tangkap di tengah distraksi Hanif.

Film yang kabarnya menelan biaya 2 milyar ini sebenarnya tak terlalu istimewa baik dari segi gambar maupun jalan cerita. Bila dibandingkan dengan film lain yang mengangkat tema sama seperti Temple Grandin, Ocean Heaven dan My Name is Khan, film ini terlihat biasa saja. Tapi yang membuat I'm Star berbeda dengan film sejenis lainnya adalah keterlibatan para personel band I'm Star sebagai pemeran dalam film, sementara dalam film lain tokoh penyandang autisnya diperankan oleh aktor yang notabene 'normal'. Memang peran anak-anak I'm Star di sini bisa dibilang sebagai cameo, tapi tentunya itu sudah merupakan usaha terbaik yang bisa mereka lakukan di tengah segala keterbatasan. Saya sempat mengamati reaksi penonton saat pemutaran film dan tak sedikit di antara mereka yang mengusap air mata. Entah karena efek ceritanya atau karena efek nostalgia memiliki kerabat atau anak yang juga penyandang autis. Film ini juga menampilkan potret nyata dunia pendidikan kita yang masih diskriminatif terhadap anak-anak berkebutuhan khusus. Keberadaan anak-anak tersebut seringkali dianggap menghambat pencapaian anak lain maupun pencapaian pihak sekolah. Padahal model sekolah inklusif justru bisa melatih empati anak dan kreativitas guru dalam membuat modifikasi kurikulum yang sesuai. Tapi sekali lagi tak semua orang bisa dan mau menerima perbedaan. Bagi saya, bagian yang paling berkesan justru pada bagian akhir film yang menampilkan footage 'the real life' dari Arya dkk. saat mereka melakukan pekerjaan rumah, sekolah, latihan band, dan sholat. Semoga Hanif kelak juga akan menemukan passion-nya dan menjadi anak yang sholeh seperti mereka. Satu hal yang agak mengganjal di film ini adalah penggunaan bahasa Inggris (!). Ya, film ini asli menggunakan bahasa Inggris, tidak di-dubbing yang pada akhirnya malah membuat penyampaian cerita jadi terasa aneh dan tak alami. Jika pembuat film beralasan ingin go-international, film-film Korea toh tetap bisa meng-internasional dengan bahasa mereka sendiri. Kenapa pembuat film harus mengorbankan kenyamanan penonton negeri sendiri -dengan harus membaca terjemahan- hanya demi go-international. Padahal penonton Indonesia yang hendak diedukasi tentang autisme tak semuanya melek bahasa Inggris. Namun terlepas dari itu semua, film ini telah menjadi langkah awal untuk membuka mata masyarakat lebih lebar lagi terhadap penyandang autis sehingga akhirnya bisa menerima keberadaan mereka sebagai bagian dari keragaman yang diciptakan oleh Allah... Semoga sukses I'm Star.... Yang pengen nonton juga, bisa mengunjungi facebook Peduli Autisme untuk detail jadwal. 

penampilan Arya dkk

brosur acaranya

Hanif mejeng di pintu masuk