Saya
baru tahu kalau ternyata si ayah termasuk shopaholic juga. Dengan alasan lagi
diskon, ia membeli beberapa gadget sewaktu di Aussie. Yah, memang belinya ngga
ngeborong, cuma satu-satu aja. Tapi di saat seperti ini -saya tidak bekerja dan
Hanif butuh biaya yang tak sedikit-, tak pelak membuat saya agak sedikit kesal.
Nah, salah satu gadget yang dibelinya adalah Samsung Galaxy Tab generasi
pertama. Kata si ayah harga diskonnya 220 AUD, coba hitung dengan kurs 9000
rupiah. Emang murah sih. Yah...saya berusaha memakluminya. Saya juga gitu kalo
lihat diskon buku hehe...
Awalnya ayahnya cuma iseng mengajari Hanif G-tab. Tak
disangka Hanif cepat banget belajar dan dia bisa anteng kalau sedang main game.
Jadilah G-tab sebagai alternatif penghibur Hanif saat harus menunggu bahkan
saat potong rambut –yang tadinya susah banget-. Lama kelamaan saya dan ayahnya
jadi keenakan. Dikit-dikit dikasih main game. Alhasil Hanif ‘overdosis’ main
G-tab. Kalau baterainya habis, ia langsung tantrum. Pernah tidur jam 3 pagi,
gara-gara baterainya baru habis jam segitu. Kata terapisnya, memang anak
seperti Hanif cepat sekali belajar untuk hal-hal yang menarik seperti komputer
atau HP. Sebaiknya dibatasi penggunaannya. Menurut ibu-ibu di sekolah Hanif
juga, anak yang belum bisa baca sebaiknya maksimal 1 jam per hari main game.
Aaaah...saya jadi merasa ibu yang buruk. Mulailah kami membatasi jatah main
G-tab Hanif. Awalnya dia tantrum beraat, saya usahakan terjadinya di saat siang
hari agar tak mengganggu tetangga. Sore hari saya ajak Hanif ‘outing’ alias
jalan-jalan sore. Fiuh...1,5 jam jalan-jalan lumayan bikin saya keringetan.
Lambat laun jam tidur malam Hanif kembali normal dan ia mulai mengerti kalau
baterai habis maka harus dicharge dulu. Kadang ia masih menangis saat baterai
habis, biasanya saya gantikan dengan main laptop –yang harus dengan duduk, jadi
dia cepat capek. Sekarang Hanif masih main G-tab tiap hari. Tapi durasinya saya
batasi yakni saat saya harus masak atau menyiapkan bahan ngajar yang ngga pengen
diganggu. Saya juga menyuruhnya ini-itu dulu kalau Hanif minta main G-tabnya.
Mewarnai dulu, beresin mainan dulu, dll...rewardnya boleh main game. Ayahnya
pun berusaha memilihkan game yang edukatif, seperti belajar membaca, puzzle,
dsb. Durasi yang mulanya dua kali charge
(kurleb 5 jam) kini sudah berkurang menjadi 2 jam perhari. Alhamdulillah
Hanif juga ngga tantrum lagi saat saya harus menyudahi jatah main G-tabnya. PR yang
masih tersisa untuk emaknya...ya mengurangi hingga maksimal 1 jam per hari. Yah namanya juga proses...pelan-pelan...*ngeles.com