Adalah suatu kebetulan jika buku fiksi yang saya baca bulan ini membentuk urutan angka. 9 Summers 10 Autumns karya Iwan Setyawan dan 11 Patriot-nya Andrea Hirata. Tanpa disengaja membacanya pun berurutan hehe... P
Buku yang pertama sa ya dapatkan dari seorang teman sebagai hadiah ultah. Yang bersangkutan tahu benar bahwa tak ada hadiah lain yang paling saya suka selain buku, sampai-sampai dengan lihainya bertanya pada saya ‘apa saya pernah baca 9 Summers 10 Autumns’. Ketika saya jawab ‘belum, emang kenapa?’, alasannya ‘kata temen bagus, penasaran pengen baca’ dan saya ngga ke-geer-an sama sekali kalau mau dikasih kado hehe... 9S10A, kita singkat saja demikian (kayak nama boyband korea ya), adalah novel pertama dari Iwan Setyawan. Ceritanya tentang seorang anak sopir angkot di Malang yang akhirnya bisa melanglang buana sukses menjadi Manajer di New York City. Iwan, dengan gaya flash back, diceritakan berkisah pada orang ketiga tentang hidupnya dari masa kecil hingga tiba di NYC. Karena itu judulnya 9S10A, selama itulah Iwan tinggal di New York dan ‘curhat’ kepada seorang anak kecil berseragam merah putih. Menurut saya, anak kecil ini mungkin representasi dari jiwa kanak-kanak Iwan yang selalu merindukan rumah. Awalnya saya mengira akan mendapatkan kisah dramatis pencapaian sukses seorang anak kampung sebagaimana Negeri 5 Menara dan Laskar Pelangi. Ternyata yang lebih menonjol di buku ini adalah ‘kehangatan keluarga’. Meski keluarganya bukan keluarga yang ‘sempurna’, kasih sayang dan pengorbanan satu sama lain-lah yang menjadikan setiap anak di keluarga Iwan meraih suksesnya masing-masing. Kehangatan itu juga membuat Iwan akhirnya memutuskan cukup selama sembilan musim panas dan sepuluh musim gugur saja, ia berada di benua yang berbeda dengan keluarganya.
Buku berikutnya saya beli di Pekan Buku Jakarta yang lalu. Satu-satunya buku yang saya beli hehe... Pengiritan. Novel ketujuh Andrea ini tipis sekali jika dibandingkan novelnya yang lain. Makanya saya bilang ini appetizer sebelum main course novel Andrea yang kedelapan ‘Ayah’. Novel ini berkisah tentang kecintaan Ikal terhadap sepak bola yang disebabkan oleh masa lalu sang ayah. Sayangnya ambisi Ikal menjadi pemain timnas terpaksa kandas, barulah kemudian ia beralih ke bulutangkis sebagaimana dikisahkan di novel sebelumnya. Gagal mewujudkan mimpi sang ayah membuat Ikal berjuang mendapatkan kaos ‘Figo’ –pemain favorit ayahnya- saat petualangan backpacker keliling Eropa bersama Arai. Kocak dan lucu sekaligus mengharukan –khas Andrea Hirata. Oh iya, novel ini ada CD lagunya loh. Ciptaan Andrea sendiri, hebat eui. Saya salut dengan Andrea. Saya selalu berpikir bahwa penulis fiksi yang didasarkan dari kisah hidupnya sendiri akan jadi ‘mandeg’ ketika cerita telah sampai pada titik di mana ia hidup saat ini. Tapi Andrea tidak, malah ia berhasil memunculkan banyak tokoh dari kisah hidupnya tanpa terlalu menonjolkan Ikal sendiri. Ngga berkesan pamer gitu hehe... Bahkan ia tidak sungkan-sungkan membuat Ikal terlihat konyol seperti di novel dwiloginya yang lalu –sampai2 saya jengkel bacanya-. Yah...walau berawal dari zero to hero, hero tak selamanya jadi hero terus kan? Hehe...ngga nyambung. Garis merah dari bacaan saya kali ini adalah ‘the power of family’ –halah:p. Jadi pengen pulaaang...
Buku yang pertama sa ya dapatkan dari seorang teman sebagai hadiah ultah. Yang bersangkutan tahu benar bahwa tak ada hadiah lain yang paling saya suka selain buku, sampai-sampai dengan lihainya bertanya pada saya ‘apa saya pernah baca 9 Summers 10 Autumns’. Ketika saya jawab ‘belum, emang kenapa?’, alasannya ‘kata temen bagus, penasaran pengen baca’ dan saya ngga ke-geer-an sama sekali kalau mau dikasih kado hehe... 9S10A, kita singkat saja demikian (kayak nama boyband korea ya), adalah novel pertama dari Iwan Setyawan. Ceritanya tentang seorang anak sopir angkot di Malang yang akhirnya bisa melanglang buana sukses menjadi Manajer di New York City. Iwan, dengan gaya flash back, diceritakan berkisah pada orang ketiga tentang hidupnya dari masa kecil hingga tiba di NYC. Karena itu judulnya 9S10A, selama itulah Iwan tinggal di New York dan ‘curhat’ kepada seorang anak kecil berseragam merah putih. Menurut saya, anak kecil ini mungkin representasi dari jiwa kanak-kanak Iwan yang selalu merindukan rumah. Awalnya saya mengira akan mendapatkan kisah dramatis pencapaian sukses seorang anak kampung sebagaimana Negeri 5 Menara dan Laskar Pelangi. Ternyata yang lebih menonjol di buku ini adalah ‘kehangatan keluarga’. Meski keluarganya bukan keluarga yang ‘sempurna’, kasih sayang dan pengorbanan satu sama lain-lah yang menjadikan setiap anak di keluarga Iwan meraih suksesnya masing-masing. Kehangatan itu juga membuat Iwan akhirnya memutuskan cukup selama sembilan musim panas dan sepuluh musim gugur saja, ia berada di benua yang berbeda dengan keluarganya.
Buku berikutnya saya beli di Pekan Buku Jakarta yang lalu. Satu-satunya buku yang saya beli hehe... Pengiritan. Novel ketujuh Andrea ini tipis sekali jika dibandingkan novelnya yang lain. Makanya saya bilang ini appetizer sebelum main course novel Andrea yang kedelapan ‘Ayah’. Novel ini berkisah tentang kecintaan Ikal terhadap sepak bola yang disebabkan oleh masa lalu sang ayah. Sayangnya ambisi Ikal menjadi pemain timnas terpaksa kandas, barulah kemudian ia beralih ke bulutangkis sebagaimana dikisahkan di novel sebelumnya. Gagal mewujudkan mimpi sang ayah membuat Ikal berjuang mendapatkan kaos ‘Figo’ –pemain favorit ayahnya- saat petualangan backpacker keliling Eropa bersama Arai. Kocak dan lucu sekaligus mengharukan –khas Andrea Hirata. Oh iya, novel ini ada CD lagunya loh. Ciptaan Andrea sendiri, hebat eui. Saya salut dengan Andrea. Saya selalu berpikir bahwa penulis fiksi yang didasarkan dari kisah hidupnya sendiri akan jadi ‘mandeg’ ketika cerita telah sampai pada titik di mana ia hidup saat ini. Tapi Andrea tidak, malah ia berhasil memunculkan banyak tokoh dari kisah hidupnya tanpa terlalu menonjolkan Ikal sendiri. Ngga berkesan pamer gitu hehe... Bahkan ia tidak sungkan-sungkan membuat Ikal terlihat konyol seperti di novel dwiloginya yang lalu –sampai2 saya jengkel bacanya-. Yah...walau berawal dari zero to hero, hero tak selamanya jadi hero terus kan? Hehe...ngga nyambung. Garis merah dari bacaan saya kali ini adalah ‘the power of family’ –halah:p. Jadi pengen pulaaang...