Resensi: Di Depan Kabah Kutemukan Jawaban


Riza Almanfaluthi, 2025
Maghza Pustaka, 200 halaman

Buku ini adalah buku kedua Pak Riza yang saya review. Saya punya beberapa buku beliau tulis dan ini yang paling terakhir saya beli. Namun paling berkesan bagi saya. Mungkin karena saya -sebagaimana muslim lain- juga rindu ke Baitullah ya. Semoga Allah ijabah kesempatan untuk berhaji atau umroh.

Buku ini berisi kisah perjalanan haji dan umrah yang pernah penulis alami. Berhajinya sudah di tahun 2011 dengan istrinya dan ibadah umroh di tahun 2025 awal dengan keluarga (istri dan anak). Penyajian buku terbagi 5 bab tentang persiapan, berbagai ritual dalam haji dan umrah, kisah-kisah di kota Nabi, kisah terkait Kabah dan terakhir tentang pulang. Ceritanya dituturkan dalam fragmen slice of life, bercampur antara momen saat haji maupun umrah. Selain menyelipkan  rujukan ayat al quran dan hadits, penulis juga menuliskan berbagai tips dan hacks baik untuk persiapan dan saat ibadah di sana. Pun merekomendasikan beberapa buku yang layak dibaca untuk menambah ilmu sebelum ibadah. 

Kesan saya seperti yang sudah saya tulis sebelumnya, sangat berkesan. Bahkan saya sampai menangis saat membaca di beberapa bagian. Meski bercampur antara experience di dua timeline berbeda, perpindahannya mulus dan tidak membuat bingung. Kadang penulis menceritakan pengalamannya sendiri atau keluarganya, pengalaman orang lain yang dikenal, pengalaman orang lain yang dibacanya atau kisah kaum teladan terdahulu. Terus terang saya kagum, penulis bisa mengolah berbagai kisah, fiqih singkat dan merangkainya menjadi cerita yang mengalir. Rujukannya banyak sampai 4 lembar panjangnya daftar pustaka buku ini. Rasanya seperti membaca kombinasi tulisan perjalanan berpadu tuntunan ringkas ibadah haji dan umrah hehe. Tapi tentu ini lebih mudah dibaca karena berupa tuturan kisah. Buku ini cocok dibaca untuk yang mau persiapan ibadah haji atau umrah, juga untuk yang ingin ikut merasakan pengalaman spiritual yang dialami penulis. 

Sebagai orang yang belum pernah ke Baitullah, tadinya saya sempat berpikir andai saja buku ini dilengkapi foto-foto tempat yang menjadi latar ceritanya pasti akan memberikan visual yang menambah rasa batin saat membacanya. Namun saya teringat bahwa di pengantarnya ditulis penulisan buku ini direncanakan setelah ibadah umroh jadi pasti di sana fokus ibadah. Sementara jika menggunakan foto orang lain, pasti akan ada persoalan hak cipta dan sebagainya. Aah...memang harus berimajinasi sendiri supaya makin kuat doanya untuk ke Baitullah^^

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Spectrum Education and Treatment Centre

Resensi: Ilmuwan-Ilmuwan Muslim: Pelopor Hebat di Bidang Sains Modern

Apa Itu Terapi Okupasi? (Terapi #3)