Saya suka menulis sejak SD. Meski tetap tak suka ketika harus mengerjakan mengarang bebas yang tak pernah absen dari ujian Bahasa Indonesia kala itu. Bagi saya menulis itu harusnya tanpa beban dan tanpa paksaan. Maka saat itu saya mulai menulis diary. Hanya menceritakan keseharian dan apa yang saya rasakan. Tidak pula untuk konsumsi orang lain.
Ketika dewasa, saya menghindari menulis diary. Memilih untuk curhat langsung saja pada Allah dan beberapa kawan dekat. Jujur agak khawatir ketika tumpahan emosi sesaat yang berjejak tersebut akan menimbulkan konflik di kemudian hari. Tapi saya tetap ingin menulis. Saat itu baru mulai trend blogging dan saya pun ikut membuatnya. Topiknya seputar keseharian saat itu yakni mengurus anak kala mengambil cuti panjang sekitar 2 tahun. Jadilah isi blog ini review buku dan film (karena saya suka baca novel dan nonton tapi bukan yang hobi banget), resep (dulu sempat dipaksa berkutat di dapur karena hanif harus diet CFGF) dan cerita perjalanan (biar ada cerita untuk dikenang). Namun lepas 2 tahun dan saya mulai aktif bekerja kembali membuat menulis blog jadi on-off.
Ketika sekarang muncul Ig, saya masih prefer blog. Entah mungkin karena Instagram terlalu riuh dan saya merasa agak kurang nyaman berbagi di sana. Pun tulisannya tidak bisa terlalu panjang. Mungkin juga saya yang tidak terlalu pede tulisan saya dibaca orang lain tapi tetap ingin menulis di ruang publik. Gimana dong? I know i'm weird. Di sini saya merasa bisa menuliskan tanpa beban, tentunya tentang topik yang aman ya mengingat bisa diakses oleh siapa saja. Berharap bisa sedikit memberi manfaat, tapi tidak mau terlalu terlibat dalam polemik perbedaan pendapat. I just wanna write...just as simple as that.
Kalau tulisan ilmiah...well saya masih harus belajar banyak terkait hal itu. Apalagi profesi saya saat ini mengharuskan output tulisan ilmiah setiap tahunnya. Banyak pakem-pakem dan aturan yang sampai sekarang saya masih terus belajar untuk mempraktikkannya. Belum bisa menikmati tidak lantas membuat alasan untuk tidak melakukan. Kan digaji untuk itu salah satunya hehe... Kalau mau menulis bebas, ya di blog aja. Semoga dimampukan dan diberikan semangat dalam menulis.
Baik menulis artikel ilmiah maupun postingan ala-ala di blog, keduanya memberikan manfaat. Kepuasan karena sudah menghasilkan sesuatu pasti. Tapi yang lebih penting, menulis kerap membantu menata pikiran sebelum menuangkannya menjadi aksara bermakna. Tak jarang saya mereka ulang suatu kejadian di kepala saya dan mengingat apa yang saya rasakan saat itu. Di situ terjadi proses validasi perasaan yang ternyata penting dalam proses mencari ketenangan hati. Itu yang saya rasakan ya, bisa jadi setiap orang berbeda. Kebiasaan menulis katanya juga membantu untuk bisa berbicara di depan publik secara lebih runut. Well, apakah benar begitu? Mungkin benar, saya merasa lebih lancar berbicara di depan umum. Namun mungkin juga karena semakin sering melakukannya. Ketika harus berbicara di luar rutinitas (selain di depan mahasiswa), saya sih tetap grogi hehe... Semoga Allah memberikan kekuatan untuk bisa terus menulis. Aamiin...