31 Mar 2012

Setahun di Rumah


Ya...bulan Maret ini tepat setahun saya menjalani cuti di luar tanggungan negara dari jangka waktu 2 tahun yang saya ajukan. Meski awalnya sempat agak ragu-ragu mengambil cuti panjang, sekarang saya sama sekali tak menyesali pilihan ini. Tujuan saya mengambil cuti adalah agar saya bisa menstimulasi Hanif dengan lebih intens mumpung dia masih ‘golden age’. Tapi setelah dijalani, saya malah merasa banyak manfaatnya untuk diri saya sendiri di samping perkembangan Hanif yang alhamdulillah cukup menggembirakan.

Mengantar Hanif ke tempat terapi memberikan kesempatan kenal dekat dengan ibu-ibu ‘hebat’. Berbagi perasaan dan pengalaman dengan mereka membuat saya merasa bukan lagi ‘orang paling menderita sedunia’ *lebay mode-on hehe... Tak jarang kami saling bercermin dan lebih mensyukuri kelebihan buah hati masing-masing. Sungguh ini tak mungkin saya dapatkan kalau saya masih berstatus ‘working mom’. Ketika menunggui Hanif di playgrupnya pun demikian. Sharing dengan ibu-ibu wali murid membuat saya sadar bahwa memiliki anak normal pun tak mudah. Setiap anak memang diciptakan dengan karakter dan problematikanya masing-masing. Mungkin Hanif memang belum lancar bicara dan tidak fokus, tapi ia mudah diasuh, jarang rewel dan makannya gampang. Lagi-lagi saya bersyukur...

Manfaat lainnya jadi full-time mother adalah punya banyak waktu mengeksplorasi dapur. Jujur, dapur bukanlah domain favorit saya. Saya bahkan sempat tak tahu di mana si mbak menyimpan bawang putih di dapur. Ini nih akibat keenakan punya mbak yang pinter masak, sampai-sampai ngga pernah nyentuh dapur . Nah setelah si mbak pulang hampir setahun yang lalu, kemampuan masak saya lumayan meningkat. Saya bisa mengatur menu Hanif, membuatkan cemilan sendiri, bahkan membuat sambel –yang dulu untuk mengulek saja saya malasnya minta ampun, lama dan bikin pegel. Yah...masaknya juga yang gampang-gampang, tapi yang terpenting Hanif mau memakannya, suami...kadang mau kadang engga hehe... dan kini saya pun mulai sedikit menikmati aktivitas dapur (baru dikit loh). 

Bulan Maret ini pula saya mulai aktif mengajar lagi. Freelance saja, memanfaatkan waktu luang selama Hanif sekolah. Alhamdulillah Hanif mulai menikmati sekolah playgrupnya, acara masuk kelas tak lagi diwarnai tangisan bombay. Jadi tak usah ditunggu. Kebetulan jam usai mengajar pas jam pulang sekolah. Hitung-hitung me-refresh pelajaran kuliah dan demi tambahan penghasilan ^^. Semoga setahun ke depan perkembangan Hanif semakin baik, saya bisa lebih baik lagi dalam mengurus rumah dan si ayah juga sukses kerjaannya...banyak rejeki...amiiin.

Pororo

Eddy on board!!!

Entah kenapa bulan ini males banget mau nulis. Tiap online yang ada malah browsing ngga jelas atau baca sinopsis drama korea wkwk... Wah, mungkin perlu ganti suasana nih pikir saya. Akhirnya saya mengganti-ganti template blog. Jadi deh sekarang templatenya Pororo. Kenapa Pororo? Hanif suka Pororo, saya juga suka. Saya yakin banyak juga orang tua lain yang ngefans sama Pororo. Herannya sampai sekarang belum ada tuh VCD ori-nya. Serial TVnya juga ngga tayang lagi. 

Omong-omong tentang Pororo, Jumat lalu saya pergi ke Bintaro Plaza untuk setor SPT Tahunan di dropbox. Haha...dari dulu ngga berubah sukanya deadliner, pas di hari terakhir. Selesai urusan SPT, saya pulang lewat KFC. Lihat iklan menu Chaki free mainan Pororo, beloklah saya. Pengin beli untuk Hanif, padahal emaknya yang pingin tuh hehe. Ternyata stoknya tinggal Poby dan Eddy. Saya pilih Eddy karena ada mobilnya. Hanif suka mobil. Mobil Eddy ada sayapnya, di plastik pembungkusnya tertera sayap akan naik turun ketika mobil dilepaskan setelah ditarik mundur. Setibanya di rumah, Hanif seneng banget...sama KFCnya, bukan mainannya hehe.... Sehabis makan, kami mencoba mainan. Ternyata sayapnya ngga naik turun waktu mobil berjalan. Tapi ketika roda diputar dengan jari, sayap naik turun. Saya agak kecewa, tahu gitu pilih Poby aja. Mainan Poby diputar dan bisa jalan sambil naik turun tangannya. Untungnya Hanif tetep seneng, katanya ‘Eddy...Eddy...’. Bermain spanjang hari...Ikutlah bersamaku...Riang gembira...Selalu...Porong porong porong porong Pororo...’