12 Jun 2024

Resensi: I've Got Your Number



Novel ini saya beli beberapa waktu lalu di Google Play karena diskon dengan 38 ribu rupiah saja. Kadang di Google Play ada buku menarik yang diskon dan yang gratis juga ada. Sering-sering aja scroll buat ngecek. Lumayan walau tak sebanyak di Amazon.

Ceritanya diawali dengan Poppy yang kehilangan cincin pertunangannya saat acara kumpul bridemaids. Ketika teman temannya bergantian mencoba cincinnya tiba tiba alarm kebakaran berbunyi dan tak ada yang ingat cincin itu terakhir ada pada siapa. Tak cukup sial, ponselnya pun dijambret orang saat ia sangat membutuhkannya untuk berkomunikasi dengan orang-orang yang mungkin menemukan cincinnya. Ditambah lagi sore itu ia akan bertemu calon mertuanya (tanpa memakai cincin pertunangan yang merupakan harta keluarga Magnus calon suaminya!!). Di tengah hectic siang itu, Poppy tiba tiba menemukan sebuah ponsel di tempat sampah -mungkin itu pertolongan Tuhan-. Ponsel itu ternyata milik asisten pribadi dari Sam Roxton, konsultan di White Globe Consulting. Poppy pun meminjam sementara ponsel tersebut dengan syarat memforward semua email yang masuk ke ponsel Sam. Namun siapa sangka berbagi email membuatnya mengenal Sam lebih jauh, bahkan terlibat dalam suatu skandal konspirasi yang berlangsung di White Globe.

Membaca novel ini seperti mendapat paket komplit, mulai dari komedi, romance sampai suspense. Awalnya simpatik dengan kondisi Poppy yang sial banget, lalu berubah jadi komedi ketika Poppy harus menahan rombongan klien dari Jepang sementara Sam masih terjebak di tempat lain. Sam juga membantu Poppy menang telak permainan scrabble dengan keluarga Magnus yang hampir semuanya profesor -walau sebenarnya curang karena Sam searching internet dan mewaprinya ke Poppy yang beralasan sedang konsul jarak jauh dengan pasiennya-. Oiya, Poppy ini merasa insecure dengan keluarga calon mertuanya yang akademis banget sementara ia adalah fisioterapi yang belum pernah menulis artikel jurnal ilmiah (dejavu yhaa...sama jurnal). Bahkan novel ini pun ditulis dengan footnotes/catatan kaki yang merupakan inner thought dari Poppy sehingga turut memperkuat kesan upaya Poppy untuk terlihat lebih akademis hehe.... 

Karakter Poppy ini sejujurnya bikin saya gemas karena terlalu suka ikut campur sampai membuat saya berhenti membaca beberapa kali karena tak siap mengetahui kelanjutan dampaknya haha...tegang. Selain itu ia juga sulit berkata tidak dan kepo-an. Di sisi lain, karakter Sam juga tidak sempurna, ia digambarkan dingin, formal dan tanpa basa basi. Namun keduanya saling menyadarkan kekurangan masing-masing dan berusaha menjadi lebih baik. Ups spoiler hehe. 

Anyway, ini judul yang paling saya suka di antara novel Sophie Kinsella yang pernah saya baca. Pacenya terjaga sampai akhir, alurnya tidak mudah ditebak walau endingnya sudah bisa diduga. Tapi saya cukup terkesan dengan endingnya karena tidak ada satu pihak yang menderita banget alias semua mendapatkan sesuai perbuatannya. I love it.