22 Sep 2024

Resensi: Undomestic Goddess



Sophie Kinsella, 506 halaman
Gramedia Pustaka Utama, 2005

Novel ini berkisah tentang Samantha yang bekerja di salah satu firma hukum ternama di London. Ia bekerja siang malam 7 hari dalam seminggu demi mengejar impiannya menjadi partner. Ketika impiannya mulai tampak di depan mata, ia baru menyadari bahwa dirinya melewatkan satu tahapan pekerjaan yang berakibat kerugian jutaan dollar bagi firma hukumnya. Merasa shock dengan kenyataan tersebut, tanpa sadar ia melangkahkan kaki meninggalkan kantornya, menaiki kereta tanpa tujuan dan tiba di sebuah desa kecil. Kelaparan dan haus membuatnya mampir ke sebuah rumah. Namun terjadi kesalahpahaman sehingga tuan rumah menyangka Samantha datang melamar sebagai housekeeper. Karena tak punya pekerjaan lagi, Sam pun mulai menjalani peran barunya meski...ia sama sekali tak bisa masak, bebersih, dan apapun yang berhubungan dengan pekerjaan rumah tangga...

Novel ini termasuk novel standalone dari Sophie Kinsella yang saya suka. Sudah pernah saya baca beberapa tahun yang lalu dan saya baca ulang karena sudah lupa ceritanya. Ide cerita kali ini adalah tentang wanita karir yang super sibuk kemudian terpaksa beralih ke slow living karena kasus hukum. Beberapa waktu belakangan slow living menjadi tren di tengah maraknya isu kesehatan mental akibat tekanan kerja. Membaca ulang novel ini jadi terasa lebih relate bagi saya saat ini (meski tekanannya tak sebesar yang dialami Sam). Seperti biasa, membaca novel ini seperti mendapat paket lengkap. Kisah zero-to-hero nya dapet (dari ga bisa apa apa sampai mahir urusan rumah), romcom-nya ada (ketemu tukang kebun yang simpatik😍) dan misterinya juga ada (konspirasi kasus hukum Sam). Dari kisah Sam, saya belajar bahwa tragedi bisa terjadi kapanpun dan kadang ada kalanya merasa tak ada jalan keluar, namun ketika kita tetap berusaha mungkin akan ada pintu lain yang terbuka, pintu yang tak pernah diduga sebelumnya. Ah...novel romcom kan memang selalu happy ending, haha...memang iya. Tapi bukankah kita juga bisa berdoa dan mengusahakan happy ending?