19 Jun 2013

Resensi Buku: Confeito

 

Windhy Puspitadewi, GPU, 2005

Once again...teenlit time. Kali ini atas nama pertemanan saya membaca buku ini. Si penulis adalah teman satu almamater saat kuliah, tapi beda jurusan. Tidak kenal dekat, sekedar tahu nama dan orangnya. Tapi boleh dong ikutan bangga punya teman penulis hehe...

Bercerita tentang Hana, panggilan dari Hanacaraka Datasawala Magabathanga Padajayanya (hehe...saya langsung ketawa membaca nama si tokoh utama), si cewek tomboi, penyuka komik dan terpaksa masuk jurusan Teknik Mesin atas request Sang Papa. Hana berteman akrab dengan empat cowok keren, yang diceritakan seringkali membuatnya menerima tatapan membunuh dari cewek-cewek lain (hmmm...sound familiar with the story ha?). Ada Leonardi, cowok oriental yang gemar buku-buku Gibran, Gede Prama dan semacamnya. Saran darinya seringkali menjadi jalan pembuka bagi masalah orang-orang di sekitarnya, meski dirinya sendiri menyimpan sebuah rahasia bahkan dari keempat temannya. Seta, si kutu buku yang tidak pernah tidak mendapat nilai A tapi menganggap dirinya tak berarti apa-apa tanpa kepandaiannya. Ridwan yang dalam pencarian "Miss Right" aka gonta-ganti cewek namun selalu kepentok tipe cewek yang sama. Lalu Angga yang cinta mati bahkan bisa dibilang cinta buta dengan Arin, pacarnya sejak SMP. Persahabatan mereka berlima yang berbeda karakter bak permen confeito yang ditaruh di dalam stoples. Terasa manis, meski kadang bergesekan satu sama lain....

Novel ini adalah karya perdana penulis. Saya menemukan nama-nama yang familiar (teman-teman kuliah) di ucapan terima kasihnya. Bahkan ada dosen yang masuk dalam cerita dan mirip dengan deskripsi aslinya haha...'si bapak' yang satu itu memang tak ada duanya. Awalnya saya pikir ceritanya akan mirip dengan F4. But it's not. Diceritakan dari sudut pandang setiap tokohnya, kisah pertemanan lima sekawan ini cukup membuat saya senyam-senyum dengan percakapan antar tokohnya. Berasa nostalgia. Tapi konflik ceritanya menurut saya lebih ke anak SMA daripada anak kuliahan. Di sisi lain, saya juga salut atas banyaknya quote dari berbagai buku. Walau saya juga penggemar buku, saya tidak pernah sampai mengingat kata-kata dari buku yang saya baca. Secara keseluruhan, meski ceritanya sedikit mudah ditebak, novel ini memiliki 'sesuatu' yang bisa dipetik oleh pembacanya. Sebagaimana tujuan awal penulisnya ketika melahirkan novel ini (tertulis di bagian belakang buku).

ini nih yang namanya confeito
Gambar dari google.