18 Des 2012

Resensi: Ilmuwan-Ilmuwan Muslim: Pelopor Hebat di Bidang Sains Modern


Ehsan Masood, Gramedia Pustaka Utama, 2009

Siapapun yang mencari kebenaran tidak akan mendapatkannya dengan mempelajari tulisan para pendahulunya lalu hanya menerimanya begitu saja. Siapa pun yang mempelajari karya ilmiah harus, jika dia ingin menemukan kebenarannya, mengubah dirinya menjadi kritikus atas apa yang dibacanya. Dia harus menelaah berbagai hasil pengujian dan penjelasan dengan keakuratan tinggi dan mempertanyakannya dari berbagai sudut pandang dan aspek yang berbeda-beda.
Hassan Ibnu al-Haitsam, Kairo, abad ke-10
Buku yang berjudul asli “Science and Islam: A History” ini sesungguhnya menceritakan sejarah perkembangan ilmu pengetahuan pada masa kejayaan Islam yakni sekitar tahun 800 sampai 1700. Sistematika buku ini dibagi menjadi 3 bagian, di mana bagian pertama menjabarkan secara singkat perkembangan sains mulai dari zaman Rasulullah sampai pasca jatuhnya Dinasti Abbasiyah. Dalam sejarah sering disebutkan ‘zaman kegelapan’ yakni masa hilangnya ilmu pengetahuan yang terjadi setelah keruntuhan Kerajaan Romawi sampai dengan terbitnya pemikiran Galileo tentang heliosentris (awal zaman Renaissance). Pada masa itulah sebenarnya ilmu pengetahuan berkembang pesat di bawah pengaruh kerajaan Islam. Berbagai karya filsuf Yunani diterjemahkan dan dikembangkan menjadi lebih sempurna oleh para ilmuwan pada masa itu. Penemuan kertas oleh bangsa Cina pun turut mendorong penyebaran sains ke berbagai kalangan dengan lebih murah. Sementara itu bagian kedua menjelaskan lebih detil tentang berbagai cabang ilmu yang berkembang pesat di masa itu, antara lain: kedokteran, astronomi, matematika, alkimia, dan mekanika. Pada dasarnya kebutuhan beragamalah yang mendorong berkembangnya sains. Anjuran islam untuk menjaga kesehatan mendorong ilmu kedokteran, kebutuhan akan keakuratan waktu sholat, hilal dan arah kiblat menggiatkan ilmu astronomi, sementara perhitungan waris yang rumit membutuhkan matematika aljabar. Di bagian terakhir penulis buku ini berusaha merangkumkan perkembangan sains di masa kini, khususnya pada umat muslim dan menganalisis hubungan seperti apa yang seharusnya dibangun antara islam dan sains agar sejarah buruk masa lalu tak terulang kembali.
Buku ini sudah ada di rak buku saya entah sejak kapan saya sampai lupa. Yang saya ingat saya membelinya dengan harga diskon. Awalnya saya bermaksud menyeimbangkan porsi bacaan antara fiksi dan nonfiksi, walau di kemudian hari kebanyakan buku nonfiksi saya tak selesai dibaca #sigh. Setelah membaca 99 Cahaya di Langit Eropa, saya jadi teringat buku ini. Alhamdulillah kali ini saya berhasil menyelesaikannya tanpa mengantuk^^. 
Tajuk buku ini agak-agak kurang tepat menurut saya karena yang diceritakan di sini bukan hanya ilmuwan muslim tapi perkembangan sains secara umum pada masa kejayaan Islam di Eropa. Para ilmuwan tersebut selain beragama Islam, ada juga yang memeluk Yahudi, Nasrani, bahkan Majusi (Zoroastrianisme). Entah atas pertimbangan komersial atau apa, penterjemahan judulnya jadi berbeda dengan judul asli. Di sisi lain, penulis cukup berhasil merangkumkan sejarah perkembangan sains dengan bahasa yang mudah dimengerti dan ringkas sehingga buku ini bisa menjadi pengantar untuk membaca buku lain sejenis yang lebih komprehensif. Buku ini juga dilengkapi daftar pustaka cukup banyak, yang bisa dijadikan referensi untuk mendalami sejarah sains Islam. Membaca buku ini, saya jadi menyesal tak begitu tertarik dengan sejarah Islam di pelajaran agama islam zaman masih sekolah. Sejarah Islam pasca wafatnya Rasul bagi saya identik dengan ajang saling membunuh demi perebutan kekuasaan, tak ada bedanya dengan sejarah Indonesia zaman kerajaan. Makanya tak satu pun tertinggal di ingatan tentang pelajaran waktu itu, tidak berkesan. Tapi berkat buku ini, mata saya jadi semakin terbuka akan adanya penghapusan peranan Islam dari kurikulum sejarah dunia dan munculnya ‘mitos’ zaman kegelapan. Padahal pada masa itulah Islam mencapai kejayaan dan berkontribusi dalam transfer ilmu pengetahuan. Sentimen keagamaan telah membuat orang-orang tertentu menghapus jejak-jejak Islam dari ranah sejarah sains. Tak sekedar mengetahui sejarah sains Islam, ada beberapa hal penting yang saya petik dari buku ini:
  1. Kebenaran bisa datang dari mana saja sebagaimana ilmuwan muslim yang mempelajari karya filsuf Yunani yang penyembah berhala. Sentimen agama hendaknya tak menghalangi kebenaran (ilmu) selama tak mempengaruhi keyakinan.
  2. Keberhasilan dalam pengembangan ilmu pengetahuan hanya akan terjadi dengan dukungan penuh pemerintah seperti yang dilakukan para sultan zaman dulu. Hal ini memang  agak sulit diterapkan di negara berkembang yang rakyatnya masih berkutat dengan kelaparan dan mendanai proyek sains akan terlihat sebagai keputusan yang kurang ‘merakyat’. Saya jadi teringat nasib yang sama pada proyek pembuatan pesawat di negara kita zaman Habibie jadi menristek.
  3. Sains dan agama adalah dua hal yang tidak untuk dipertentangkan. Agama mendorong sains, dan sains memudahkan keberagamaan. Ketika sains dipertuhankan, agama mulai dipertanyakan dan paham rasionalisme dipaksakan, itulah saat kehancurannya sebagaimana yang terjadi pada berbagai dinasti Islam zaman dahulu.