20 Apr 2013

Pindah...


Minggu lalu saya dipindahkan. Alhamdulillah masih di kantor yang sama, hanya pindah ke bidang Perencanaan dan Pengembangan dari sebelumnya di Tata Usaha. Meski banyak yang bilang subbidang yang saya tempati sekarang sibuk banget, saya berusaha menjalaninya dengan ikhlas. Saat ini saya ditempatkan di subbidang Tenaga Pengajar, yang tugasnya secara garis besar merekomendasikan tenaga pengajar, baik dari intern widyaiswara maupun dari struktural DJP. Seberat apa pekerjaan saya nanti, saya belum tahu wong baru 2 hari. Saya tak mau berandai-andai atau terlalu mengambil apa kata orang. Biarlah saya merasakan sendiri dan semoga bisa memberikan yang terbaik. Apalagi saya masih menyimpan keinginan untuk bisa menjadi dosen suatu saat nanti. Mungkin dengan sering berinteraksi dengan kalangan widyaiswara, bisa memberikan gambaran lebih pasti dalam peta rencana masa depan saya. Amiiin.... Lagipula kalau lebih sibuk di kantor, mungkin hikmahnya saya akan terbebas dari godaan belanja online dan update blog hehe.... Jadi gaji yang didapat pun bisa lebih berkah dan hemat (meski sampai saat ini masih menunggu-nunggu SK aktif -_-).

Perkembangan Hanif alhamdulillah semakin baik. Komunikasi dan interaksi sosialnya lebih berkembang sekarang. Hanif mulai senang menerima kunjungan tamu di rumah, meniru gerakan orang lain dan makin pandai mengidentifikasi sesuatu, baik benda maupun orang. Menurut guru pendampingnya, kini Hanif sudah mau mendengarkan instruksi dari guru lain selain guru pendamping. Diet makanannya sudah tak seketat dulu, meski saya masih membatasi. Semoga Hanif semakin pandai dan menjadi anak yang sholeh. 


saya di antara teman2 sekantor

Resep: Cake Tape Keju



Gara-gara ada temen sekantor yang hobi banget beli cake tape, saya jadi mikir bisa ngga sih saya bikin. Tertantang nih ceritanya hehe... Resepnya saya contek dari resepnya Mba Erna Lubis di milis NCC.

Bahan:
3 butir telur utuh
1 kuning telur (saya ngga pake)
125 gram tepung terigu
125 gram margarin
100 gram gula kastor/gula halus
200 gram tape singkong yang empuk
1 sdm susu kental manis
25 gram keju parut untuk campuran (saya pakai kraft kecil 35 gram)
12,5 gram keju parut untuk taburan (ngga pake)
1/2 sdt BP (tambahan dr saya)
1/2 sdt vanilli (tambahan dr saya)

Cara:
  1. Pisahkan kuning dan putih telur, sisihkan. Kocok margarin bersama gula kastor sampai lembut dan creamy, lalu masukkan kuning telur satu per satu. Kocok sampai rata.
  2. Lumat tape singkong sampai lembut, campur dengan susu kental manis.
  3. Cuci whisk mixer, lap sampai kering dan gunakan untuk mengocok putih telur sampai kaku.
  4. Masukkan adonan putih telur ke adonan kuning telur, aduk rata. Masukkan tepung terigu(sduah dicampur dengan BP dan vanilli) dan tape sedikit demi sedikit secara bergantian, aduk hingga adonan terlihat homogen.
  5. Olesi cetakan dengan margarin (saya pakai happy call), lalu tuang adonan dan ratakan. Boleh ditambah kismis atau keju parut di atasnya, saya tidak pakai karena happy call tidak bisa membuat permukaan cake kering sebagaimana pakai otang.
  6. Panggang dengan api sangat kecil kurleb 8 menit, balik dan panggang kurleb 3 menit. Angkat dan sajikan.
Hasilnya lumayan sih, ngga se-mumbul (mengembang-red.) bolu klemben. Kata si ayah enak, ngga terlalu manis. Hanif juga doyan.

Book Review: The Hunger Games (Hunger Games#1)




Suzanne Collins, Scholastic, 2010

I never take a look on dystopian book before because I think it's kind of book that will dark my day hehe... Later I decided to give a try for The Hunger Games since everybody like the movie. I haven't seen it yet, but I will after I finished the book.

The book is told by Katniss side. She lives with her only mother and younger sister, Primrose in District 12. The nation of Panem consists of 12 districts dan the Capitol controlling the districts. Many years ago, rebellion happened toward the Capitol and resulted in demolition of district 13. Since then every year each district must send 2 teenagers, boy and girl, to compete in televised survivor games until the one last standing be the winner. That year in the reaping day of 74th Hunger Games, Katniss volunteers her sister place as girl tribute. Then the boy tribute from district 12 is Peeta Mellark, the baker's son who ever helped Katniss once when she was eleven, starving and desperate. Now Katniss has to do everything to win, but could she even killed Peeta?

I love this book. The plot is so engaging from reaping day, the parade of tributes, interview with Caesar and the Hunger Games itself. I still hate the killing part, but it is something that tributes were forced to do by the cruel Capitol. I also love how the writer makes Katniss looks so tough with archery and hunting things but inside she is just a girl dealing with her father death. Upon all of serious issues brought in the novel, I found myself waiting every single interaction of Katniss and Peeta. Hehe...guess a love triangle is never failed to keep my eyes on a book. Overall, the Hunger Games gives a great opening for the trilogy.

The movie review: I put this in here, coz don't wanna write the same thing over. The movie is awesome. I am very excited like all Capitol people when Katniss came out with the fire costume. The casts are also great, matching with what described in the book. Although many said Josh Hutcherson is too short, I think he is good as Peeta. He is no longer cute little Gabe in Little Manhattan. About the games, the director is doing good job by not making it too bloody, but I still hate it. Especially the career tributes who looks very casual doing killing. The only weak point from the movie is the duration. It makes a lot of adjustment and cutting from the original story. So if you like the movie, give a shot to the book too. You'll get more detail, more emotions, and more kisses! I tell you Peeta is more generous with kisses in the book than the movie:D



Resep: Bolu Marmer (Marble Pound Cake)



Lagi kepengin bikin bolu marmer, cari-cari di internet alamaaak...telornya banyak banget. Saya paling anti bikin kue telor banyak karena selain peralatan yang saya punya ngga muat, juga mengantisipasi sakit hati kalau gagal hehe... Akhirnya ketemulah resep Marble Pound Cake-nya Bunda Ricke Indriani. Awalnya ngga ngeh apaan sih pound cake, ya udahlah ikutin aja resepnya. Tekstur adonannya agak berat, waduuh...firasat buruk bakalan bantat nih. Tapi cake-nya tetap mengembang (dikit) dan empuk juga. Lalu saya cari info tentang pound cake, ternyata pound cake bertekstur lebih padat daripada sponge cake. Baru tahu juga kalau teknik yang biasa saya pakai (gula-telur dikocok mengembang, baru masuk tepung) itu namanya sponge cake hehe... Meski hasilnya enak, Hanif kelihatannya lebih suka sponge cake. Eksperimen kali ini untuk konsumsi emaknya^^. Ini dia resepnya:

Bahan:
3 butir telur utuh
1 kuning telur
150 gram mentega (saya pakai margarin)
100 gram gula pasir
150 gram terigu (saya pakai segitiga biru)
1/2 sdt vanilli
1 sdt baking powder
Pasta coklat/ coklat bubuk secukupnya

Cara:
  1. Kocok margarin sampai lembut, masukkan gula, dan kocok sampai creamy.
  2. Masukkan telur satu per satu sambil terus dikocok. Lalu turunkan kecepatan mixer dan masukkan terigu, vanilli, dan baking powder. Kocok sebentar, angkat mixer.
  3. Ambil 2 sdm adonan, beri pasta coklat, campur.
  4. Tuang adonan di cetakan (saya pakai happycall yang sudah dioles margarin), ratakan. Tuang adonan coklat di atasnya dan bentuk motif dengan ujung sumpit.
  5. Panggang dengan api kecil banget selama kurleb 8 menit. Saya sengaja tak memanggang balik karena ingin motifnya kelihatan.
  6. Angkat dan sajikan.
Selamat mencoba!!!
 

4 Apr 2013

Trip to Singapore (TTS#1): Persiapan



Setahun yang lalu, kami sekeluarga plus ibu mertua berkesempatan pergi ke Singapura.Sebenarnya itulah alasan saya dan Hanif membuat paspor. Kami ke sana dalam rangka wisuda si ayah. Meski ayahnya Hanif kuliah di Adelaide, wisudanya bisa 'nebeng' di cabang Uni Adelaide yang ada di Singapura. Untung saja ngga perlu jauh-jauh ke Adelaide, mahal bo. Seperti biasa sayalah yang diminta si ayah untuk mempersiapkan ini dan itu, maklumlah PA-nya suami. Persiapan pertama tentu membuat paspor, sudah pernah saya tulis sebelumnya. Yang kedua adalah booking tiket dan hotel. Karena acara wisudanya direncanakan sekitar akhir April 2012, saya memulai hunting tiket pesawat dan book hotel sejak bulan Januari 2012. Alhamdulillah saya mendapatkan tiket AirAsia untuk 4 orang pp. Jakarta-Singapura seharga Rp3.140.000. Murah banget ya, tiket mudik lebaran aja lebih mahal dari itu. Saya membelinya melalui website dan tidak pakai kartu kredit, ngga punya. Hal itu tak masalah karena ayah Hanif nasabah CIMB Niaga Syariah. Web AirAsia sudah terintegrasi dengan CIMBclicks, tinggal daftar e-banking dan book tiketnya (terakhir saya book AirAsia bulan ini, opsi pembayaran dengan debit Niaga/BCA sudah tidak ada lagi, entah kenapa -red). Jika saat membeli tiket belum punya paspor, masukkanlah nomor KTP pada kolom Nomor ID. Yang penting pada saat berangkat, paspor harus sudah punya. Langkah selanjutnya booking penginapan. Berhubung tak punya kartu kredit, saya pun mencari-cari penginapan yang bisa dibook tanpa DP/credit card. Ketemulah "The Hive@Boonkeng". Tinggal book via email saja lalu tunggu balasan konfirmasi dari pihak The Hive. Respon mereka sangat cepat. Selain itu, tarifnya juga lumayan miring hehe. Maklum backpacker hostel, toh buat istirahat aja.  Tiket udah, hostel udah, paspor udah, berikutnya menyusun rencana perjalanan (travel plan). Jika tidak menggunakan jasa tour, rencana perjalanan sebaiknya dibuat agar liburan berjalan lancar sekaligus mengamankan budget. Semakin detil rencana perjalanan semakin bagus, meski saat prakteknya pasti ada saja yang diubah. Untuk referensi berbagai destinasi di Singapura, saya lebih suka membaca blog-blog pribadi yang menuliskan pengalaman travelling ke Singapura. Tinggal googling saja dan jumlahnya saaaangat banyak, wow...ternyata orang Indonesia kaya-kaya ya hehe. Kalau saya mungkin sayang-sayang uang, kalau ngga demi wisuda si ayah. Setelah memilih tempat tujuan, buatlah semacam run-down acara lengkap dengan durasi waktu, moda transportasi dan estimasi biaya yang akan dikeluarkan selama di Singapura. Yah ibarat jadi tour guide untuk diri sendirilah. Saya merekomendasikan web gothere.sg untuk mencari tahu moda transportasi sekaligus biaya ke berbagai destinasi di Singapura. Anda bisa membuat lebih dari satu rencana perjalanan. Namanya juga rencana, Tuhan yang menentukan (jaka sembung naik sepedah, ngga nyambung dah...). Ohya, tambahan tips dari saya, print semua dokumen itinerary tiket, email booking hostel dan rencana perjalanan untuk pegangan. Sebagai backup, upload semua dokumen tadi plus scan paspor ke dropbox, just in case terjadi kehilangan. Lalu paling terakhir, pasang reminder untuk web-check in tiket (kalau pakai Air Asia) dan re-confirm hotel seminggu sebelum keberangkatan. Yang ingin tahu contoh rencana perjalanan, bisa donlot di sini (di dalamnya saya sertakan juga email dengan pihak hotel). Have a nice trip....!!!  ...bersambung ke TTS#2

Nonton Film I'm Star


Akhir pekan lalu saya mendapatkan 2 undangan menonton film I'm Star dari pihak panitia. Kebetulan acaranya diadakan di Kampus STAN, almamater saya pada hari Minggu tanggal 31 Maret kemarin. Jadi mungkin yang diberikan ke saya adalah jatah undangan untuk dosen, i'm so lucky... Bagi yang belum pernah mendengar tentang I'm Star, film ini melibatkan para personel band autis "I'm Star" dan mereka juga pernah tampil di Kick Andy beberapa waktu yang lalu. I'm Star terdiri dari Arya, Ervita, Shinta dan Bima. Mereka adalah penyandang autis dan hebatnya...masing-masing menguasai lebih dari 1 alat musik. Acaranya dimulai jam 9 pagi tapi saya baru datang sekitar jam 9.30. Saya datang hanya bersama Hanif, karena si ayah berangkat dinas luar pagi itu juga. Acara intinya adalah pemutaran film yang didahului dengan talkshow ringan dan penampilan band I'm Star di sela-sela acara. Talkshownya sendiri mengambil tema "Autisme dan Kompleksitasnya" dengan pembicara Psikolog Sri Muji Rahmawati, yang merupakan pengajar di Sekolah Budi Waluyo -tempat 3 personel I'm Star belajar-. Bahasannya tentang gejala-gejala autis dan menurut saya penyajiannya sangat mudah dimengerti. Mungkin lain kali saya akan menuliskannya dalam posting tersendiri. Saya juga sempat disapa oleh Arya ketika hendak mengantar Hanif ke kamar kecil. Sedikit surprise...ternyata Arya sangat ramah. Ia terlihat begitu senang ketika dipuji atau diberi applause oleh penonton. Lagu yang dibawakan saat itu antara lain Heal The World, Oh Mama Oh Papa, New York New York, dan lagu lain yang tak begitu saya simak karena sembari mengawasi Hanif yang sibuk lari-larian dan naik turun tangga. Saat pemutaran film pun Hanif masih lari-lari meski tidak keluar gedung. Jadilah saya nonton ngga konsen, sebentar lihat film, sebentar lihat Hanif.

Film yang bertajuk sama dengan nama bandnya ini disutradarai oleh Damien Dematra. Bercerita tentang Marcella/Mela (diperankan Natasha Dematra) yang kurang mendapatkan perhatian dari kedua orang tuanya sejak kematian Melinda, adiknya yang (sepertinya) berkebutuhan khusus. Ia pun lebih suka menghabiskan waktunya di sekolah daripada pulang ke rumah. Saat pemilihan Ketua OSIS, Mela berhasil terpilih tapi sayang hanya mendapat sambutan dingin dari orang tuanya. Kemudian pihak sekolah yang berencana menjadikan sekolah sebagai sekolah inkusi mulai menerima beberapa anak berkebutuhan khusus (diperankan personel I'm Star) sebagai percobaan. Keberadaan mereka mengingatkan Mela akan adiknya dan ia pun menjadi dekat dengan mereka. Tapi tidak demikian dengan teman-teman yang lain, keempat siswa baru malah dibully, diejek dan dijauhi. Hal yang sama pun terjadi pada Mela sebagai efek kedekatannya dengan Arya dkk., semua sahabatnya menjauhinya bahkan posisinya sebagai Ketua OSIS terancam karena Lydia -kandidat saingannya yang juga putri anggota yayasan sekolah- menghasut pengurus OSIS lain untuk menentang Mela. Tapi ia tak putus asa dan mendapatkan ide untuk menggelar konser band I'm Star untuk menunjukkan pada teman-teman yang lain bahwa Arya dkk juga punya bakat. Untuk itu Mela berusaha melobi pihak sekolah di pertemuan dengan pengurus yayasan. Melihat perjuangan Mela, orang tuanya yang juga hadir di pertemuan itu akhirnya menyadari bahwa selama ini mereka malu mengakui keadaan Melinda dan telah menelantarkan Mela akibat tenggelam dalam penyesalan. Mela pun berdamai dengan orang tuanya dan pihak sekolah pun menyetujui I'm Star tampil di acara sekolah. Begitulah kiranya jalan cerita film yang bisa saya tangkap di tengah distraksi Hanif.

Film yang kabarnya menelan biaya 2 milyar ini sebenarnya tak terlalu istimewa baik dari segi gambar maupun jalan cerita. Bila dibandingkan dengan film lain yang mengangkat tema sama seperti Temple Grandin, Ocean Heaven dan My Name is Khan, film ini terlihat biasa saja. Tapi yang membuat I'm Star berbeda dengan film sejenis lainnya adalah keterlibatan para personel band I'm Star sebagai pemeran dalam film, sementara dalam film lain tokoh penyandang autisnya diperankan oleh aktor yang notabene 'normal'. Memang peran anak-anak I'm Star di sini bisa dibilang sebagai cameo, tapi tentunya itu sudah merupakan usaha terbaik yang bisa mereka lakukan di tengah segala keterbatasan. Saya sempat mengamati reaksi penonton saat pemutaran film dan tak sedikit di antara mereka yang mengusap air mata. Entah karena efek ceritanya atau karena efek nostalgia memiliki kerabat atau anak yang juga penyandang autis. Film ini juga menampilkan potret nyata dunia pendidikan kita yang masih diskriminatif terhadap anak-anak berkebutuhan khusus. Keberadaan anak-anak tersebut seringkali dianggap menghambat pencapaian anak lain maupun pencapaian pihak sekolah. Padahal model sekolah inklusif justru bisa melatih empati anak dan kreativitas guru dalam membuat modifikasi kurikulum yang sesuai. Tapi sekali lagi tak semua orang bisa dan mau menerima perbedaan. Bagi saya, bagian yang paling berkesan justru pada bagian akhir film yang menampilkan footage 'the real life' dari Arya dkk. saat mereka melakukan pekerjaan rumah, sekolah, latihan band, dan sholat. Semoga Hanif kelak juga akan menemukan passion-nya dan menjadi anak yang sholeh seperti mereka. Satu hal yang agak mengganjal di film ini adalah penggunaan bahasa Inggris (!). Ya, film ini asli menggunakan bahasa Inggris, tidak di-dubbing yang pada akhirnya malah membuat penyampaian cerita jadi terasa aneh dan tak alami. Jika pembuat film beralasan ingin go-international, film-film Korea toh tetap bisa meng-internasional dengan bahasa mereka sendiri. Kenapa pembuat film harus mengorbankan kenyamanan penonton negeri sendiri -dengan harus membaca terjemahan- hanya demi go-international. Padahal penonton Indonesia yang hendak diedukasi tentang autisme tak semuanya melek bahasa Inggris. Namun terlepas dari itu semua, film ini telah menjadi langkah awal untuk membuka mata masyarakat lebih lebar lagi terhadap penyandang autis sehingga akhirnya bisa menerima keberadaan mereka sebagai bagian dari keragaman yang diciptakan oleh Allah... Semoga sukses I'm Star.... Yang pengen nonton juga, bisa mengunjungi facebook Peduli Autisme untuk detail jadwal. 

penampilan Arya dkk

brosur acaranya

Hanif mejeng di pintu masuk

3 Apr 2013

Jealousy to Woody?

Beberapa kali berkesempatan pergi ke luar negeri si ayah tak bisa membawa kami sekeluarga (saya dan Hanif). Pertama saat ke Australia untuk S2 dua tahun lalu, lalu ke China untuk ikut seminar internasional dan minggu ini ke Thailand untuk ikut workshop IMF. Pada kesempatan itu, tentu saja si ayah pasti foto-foto. Siapakah yang difoto saudara-saudari? Woody.... Boneka miniatur pemeran Toys Story itu lebih sering menjadi objek jepretan di luar negeri daripada kami... Well, should I be jealous to Woody?
mw bunuh diri hehe...take a deep breath (judul versi si ayah)

Woody in Uni Adelaide

In front of Mitchell Building, Adelaide

Mejeng di Forbidden City

Say hay from Great Wall of China

At Temple of Heaven